BAB I PENDAHULUAN. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, RaSAIL Media

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

I. PENDAHULUAN. Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), hlm Haryono, Pembelajaran IPA Yang Menarik dan Mengasyikkan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 5. 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan yang mutlak

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Jamun, Pedoman Penyusunan Perangkat Pembelajaran RA/BA (Sesuai Permendiknas

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mutu prestasi akan menjadi rendah. Dalam motivasi belajar terdapat

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI TERBIMBING BIDANG STUDI MATEMATIKA DI SLTP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BEAKANG MASALAH Sebagai kegiatan yang tidak dapat dipsahkan dari kegiatan belajar adalah kegiatan mengajar. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal.1 Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat di lepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan yang dominan keseluruhan organisasi pendidikan di samping keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah merupakan suatu proses interaksi hungan timbal balik antara guru dan siswa. Pendidikan merupakan proses membawa perubahan yang diinginkan perilaku manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses perolehan pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi.2 Proses pembelajaran merupakan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa dan guru, interaksi tersebut siswa lebih sebagai subjek pokok bukan objek belajar yang selalu di atur oleh guru, sebagai subjek pembelajaran siswa di haruskan aktif agar dapat belajar sesuai dengan potensi yang di miliki siswa. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. diupayakan sekolah terhadap Pendidikan adalah segala pengaruh yang anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.3 Guru berperan sebagai fasilitator dan siswa yang lebih aktif proses pembelajaran, dengan demikian proses pembelajaran menjadi hidup siswa dapat memahami materi. 1 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm. 55. 2 3 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, Arr-Ruzz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 35. Ibid., hlm. 37. 1

2 Pendidikan juga dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara di bukunya Choirul Mahfud yang berjudul Pendidikan Multikultural yaitu kongres Taman Siswa bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter) pikiran dan tubuh anak. Dalam Taman Siswa tidak boleh di pisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. 4 Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pendidikan dengan hidup mereka. 5 Pendidikan bermaksud untuk membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya baik jasmani maupun rohai sesuai dengan nilai- nilai yang ada di masyarakat dan kebudayaan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa. Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berbagai mata pelajaran yang telah diajarkan di sekolah, salah satunya adalah mata pelajaran Aqidah Akhlak. Aqidah Akhlak bahkan merupakan mata pelajaran yang telah diberikan sejak sekolah tingkat MI dengan tujuan untuk membekali peserta didik dengan akhlak-akhlak yang sesuai dengan ajaran agama islam. Kemudian berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak disekolah, guru pembelajaran yang baik keterandalan hendaknya dapat menciptakan kondisi bekerja sama, mempunyai keberanian dan berkompetisi disamping mempunyai kemampuan pemahaman. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa disamping memiliki kemampuan pemahaman siswa diharapkan pula memiliki keterampilan yang baik bekerja sama. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut sangatlah penting jika 4 5 Ibid, hlm 33. Choirul mahfud, Pendidikan Multikultural, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 32.

3 pelaksanaannya guru harus menerapkan berbagai teknik/model pembelajaran yang sesuai. Namun, selama ini model pembelajaran yang sering digunakan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah model pembelajaran tradisional. Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menggunakan model pembelajaran tradisional cenderung meminimalkan keterlibatan siswa, sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik. Selain itu, siswa lebih cenderung belajar individual karena tidak banyak memiliki kesempatan bekerja sama dengan temannya yang lain pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 6 Oleh karena itu, agar kegiatan belajar mengajar Aqidah Akhlak ini berlangsung lebih efektif dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah dinyatakan diatas maka tidak ada salahnya jika guru menerapkan model pembelajaran yang lain dianggap sesuai untuk materi yang diajarkan. Salah satunya adalah model Pembelajaran Kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Pembelajaran kooperatif yaitu pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil anak didik untuk bekerja sama mencapai tujuan belajar. 7 Pembelajaran kooperatif pada kenyataannya siswa akan lebih cepat belajar jika mendapat bantuan dari orang-orang sekitarnya. Bantuan dari orang sekitarnya ini dapat berupa dari teman sebayanya, yaitu dengan saling bekerja sama dan saling berbagi mengenai masalah yang sedang dipelajari. Kecakapan bekerja sama perlu dilatihkan pada siswa karena dengan dimilikinya kecakapan kerja sama yang disertai saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu, siswa akan mampu untuk membangun semangat komunitas yang harmonis. 6 7 hlm. 192. Hasil Observasi Awal, 22 februari 2016. Moh Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Diva Prees, Yogyakarta, 2009,

4 Salah satu teknik pembelajaran yang termasuk ke model pembelajaran kooperatif adalah teknik pembelajaran three steps interview. Pembelajaran kooperatif tipe three steps interview merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana.8 Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif di kelompok. Ini artinya, siswa boleh bertukar ide dan memeriksa ide sendiri suasana yang tidak terancam. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya mampu mengondisikan dan mampu memberi dorongan (motivasi) untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika proses pembelajaran. 9 Pembelajaran kooperatif tipe three steps interview setiap siswa diberi kesempatan untuk saling berinteraksi dengan saling mewawancarai secara langsung dan menyampaikan kembali hasil wawancaranya serta dituntut untuk saling bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya sebagai salah satu pendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran three steps interview merupakan teknik pembelajaran yang belum terlalu sering diperbincangkan dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan masih sedikitnya penelitian terhadap implementasi, keefektivan, maupun perbandingan model pembelajaran ini dengan model pembelajaran lain, khususnya mata pelajaran Aqidah Akhlak. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Implementasi Teknik Three Steps Interview Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah akhlak Di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017 8 9 hlm. 78. Hasil Observasi Awal, 22 februari 2016. Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva Press, Yogyakarta, 2013,

5 B. FOKUS PENELITIAN Penelitian ini akan menjelaskan secara rinci dan detail tentang wilayah penelitian dan ruang lingkup permasalahan yang akan di teliti, untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini dan agar tidak terjadi pelebaran pembahasan maka peneliti memfokuskan pada Implementasi tekik Three Steps Interview meningkatkan kemampuan pemahaman Siswa pada mata pelajaran Aqidah akhlak di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. C. RUMUSAN MASALAH Permasalahan suatu penelitian perlu dikemukakan, sebab akan membatasi pembahasan sehingga penelitian tidak akan meluas. Adapun permasalahan yang dirumuskan pnelitian ini adalah : 1. Bagaimana Implementasi Teknik Three Steps Interview meningkatkan kemampuan Pemahaman Siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat teknik Three Steps 3. Bagaimana solusi mengatasi faktor penghambat teknik Three Steps 4. Bagaimana hasil mengatasi faktor penghambat teknik Three Steps Shibyan Peganjaran Bae Kudus tahun pelajaran 2016/2017?

6 D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Implementasi Teknik Three Steps Interview meningkatkan kemampuan pemahaman Siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus tahun pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat teknik Three Steps 3. Untuk mengetahui solusi mengatasi faktor penghambat teknik Three Steps Shibyan Peganjaran Bae Kudus tahun pelajaran 2016/2017? 4. Untuk mengetahui hasil mengatasi faktor penghambat teknik Three Steps E. MANFAAT PENELITIAN Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat. Baik manfaat secara teoritis maupun praktis. a. Secara praktis, memberikan manfaat bagi sekolah di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus bahwa Implementasi Teknik Three Steps Interview meningkatkan kemampuan pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa belajar. b. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya di MTs NU Raudlatus Shibyan Peganjaran Bae Kudus sebagai lokasi penelitian.