Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

KUPU-KUPU (RHOPALOCERA) DI KAWASAN TAMAN SATWA KANDI KOTA SAWAHLUNTO, SUMATRA BARAT. Oleh : HUSNI MUBAROK PULUNGAN BP :

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

9-077 STRUKTUR KOMUNITAS KUPU-KUPU PADA AREA WANA WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS DI BATU

PENDAHULUAN Latar belakang

Yustina Laboratorium Zoologi FKIP Universitas Riau

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

V. SIMPULAN DAN SARAN. Gunung Merapi tergolong rendah dengan nilai H 1,92. yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

KEANEKARGAMAN KUPU-KUPU DIURNAL (SUB ORDO: RHOPALOCERA) DI KOMPLEK GUNUNG BROMO KPH SURAKARTA KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Juli 2012 dan bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

bio.unsoed.ac.id Di dalam konsep Agrowisata, usaha pertanian unggulan dikembangkan a. Latar belakang 1. PENDAHULUA}{

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB 2 BAHAN DAN METODA

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

IV. METODE PENELITIAN

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

MONITORING LINGKUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

Keanekaragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera) pada Empat Tipe Habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi Utara

4 KARAKTERISTIK SUMBER DAYA KUPU-KUPU (Lepidoptera) YANG DIMANFAATKAN SECARA KOMERSIAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Kelompok Papilionidae lebih banyak aktif di siang hari untuk menghindari predator, seperti burung yang aktif pada pagi hari (Homziak & Homziak 2006).

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

Di Area Kampus Binawidya Universitas Riau. Yustina 1

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BEMBAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Sejarah Perkembangan Status, Penggunaan Lahan, dan Keanekaragaman Hayati Kebun Kelapa Sawit Indonesia

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. dalam kawasan wisata alam Trinsing yang secara administratif termasuk ke dalam

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA: RHOPALOCERA) DI KAWASAN PENYANGGA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

KEANEKARAGAMAN DAN SEBARAN KUPU-KUPU (Lepidoptera: Rhacalopera) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA SUMATERA SELATAN

3 METODE. Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian; Sumber: Ditjen PHKA (2008)

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau ELPE BIBAS 1*, AHMAD MUHAMMAD 1, DESITA SALBIAH 2 1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 *email: elpebibas@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini mengenai keanekaragaman spesies dan kelimpahan kupu-kupu di kawasan Gunong Bonsu Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Sampling dilakukan dalam kurun waktu antara bulan Januari dan April 2015 di empat tipe habitat yang berbeda, yaitu hutan sekunder, hutan karet, perkebunan kelapa sawit dan lokasi-lokasi wisata. Sampling menggunakan kombinasi dua metode, yaitu penangkapan dan perangkap menggunakan umpan buah pada sepanjang transek (transek dengan panjang 100 m di setiap lokasi yang dipilih). Kupu-kupu yang diperoleh terdiri dari 1641 individu anggota dari 189 spesies dari famili Papilionidae (14 spesies), Nymphalidae (105 spesies), Pieridae (19 spesies), Lycaenidae (14 spesies) dan Hesperiidae (19 spesies). Diantara spesies ini, hanya Troides amphrysus (birdwing butterfly) yang dilindungi di tingkat nasional maupun internasional. Kawasan Gunong Bonsu memiliki indeks keanekaragaman spesies yang sangat tinggi (H = 4,53). Kata kunci: indeks keanekaragaman spesies, kelimpahan, kupu-kupu ABSTRACT This study concerned the species diversity and abundance of butterflies in Gunong Bonsu, an area situated in Rokan Hulu District, Riau Province. Sampling was conducted within the period of Januari-April 2015 in four different habitat types, i.e. secondary forest, rubber jungle, palm oil plantation and tour sites. Two standardized sampling methods were combined, i.e. sweeping and trapping using fruit bait along transect (100 m-long fixed transect in each selected site). A total of 1641 individuals were captured with 189 butterflies species were identified, including 14 species of Papilionidae, 105 species of Nymphalidae, 19 species of Pieridae, 14 species of Lycaenidae, and 19 species of Hesperiidae. Among these species, only Troides amphrysus (birdwing butterfly) which is protected by the law at national as well as international level. The species diversity index for Gunong Bonsu area is very high (H = 4,53). Keywords: abundance, butterflies, species diversity index PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, baik yang berupa flora maupun fauna. Kelompok fauna yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi di negara ini adalah kupu-kupu, yang diperkirakan terdiri dari 4000-5000 spesies (Tsukada & Nishiyama, 1982). Di Pulau Sumatera diperkirakan terdapat tidak kurang dari 1000 spesies (Whitten et al., 1999). Kekayaan spesies kupu-kupu dapat mengalami penurunan sejalan dengan semakin meningkatnya deforestasi dan alih fungsi lahan hutan (Koneri, 2008). Oleh karenanya kekayaan spesies kupu-kupu yang ada di Pulau Sumatera diduga akan terus mengalami penurunan mengingat kedua hal ini masih terus berlanjut di pulau ini, termasuk di Riau. Kekayaan spesies kupu-kupu pada suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh keanekaragaman flora yang ada di dalamnya (Dewenter & Tscharntke, 2000). Hal ini disebabkan karena banyak spesies kupu-kupu yang memiliki asosiasi spesifik dengan spesies tumbuhan tertentu, yaitu sebagai inang bagi larva mereka (Solman, 2004). 39

Selain itu, tumbuhan juga merupakan sumber sari bunga (nektar) dan/atau sari buah yang menjadi makanan kupu-kupu dewasa, disamping menjadi pembentuk habitat bagi serangga ini (Devries, 1988). Dengan demikian, hilangnya hutan-hutan alam secara langsung mempengaruhi ketersediaan baik sumber makanan maupun habitat yang sesuai bagi kupu-kupu. Kawasan Gunong Bonsu merupakan sebuah kawasan wisata di Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, dimana Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu berminat untuk mengembangkannya menjadi taman wisata kupu-kupu. Daya tarik dari sebuah taman wisata kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh antara lain tingkat keanekaragaman dan kelimpahan spesies kupu-kupu yang ada di dalamnya. Hingga saat ini sebenarnya, baik keanekaragaman dan kelimpahan spesies kupu-kupu serta komposisi spesies yang ada di dalam kawasan yang dimaksud belum pernah diteliti, terutama secara sistematik. Menurut Hill & Hamer (1998), karakteristik vegetasi yang ada pada masing-masing jenis penggunaan lahan menentukan kualitasnya sebagai habitat kupu-kupu. Hal ini diduga akan mempengaruhi jumlah dan komposisi spesies serta kelimpahan individu kupu-kupu yang ada. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mempelajari keanekaragaman dan kelimpahan spesies kupu-kupu di kawasan Gunong Bonsu, dimana di dalamnya terdapat berbagai tipe habitat. Informasi yang dihasilkan melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi pengelolaan kawasan ini sebagai taman wisata kupu-kupu. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam selang waktu antara bulan Januari dan April 2015. Tempat penelitian berada di kawasan Gunong Bonsu, yang terletak di wilayah Desa Sialang dan Desa Pawan, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, yang berada sekitar 10 km dari Kota Pasir Pengaraian. Penelitian ini difokuskan pada empat jenis penggunaan lahan atau tipe habitat, yaitu hutan sekunder, hutan karet, kebun kelapa sawit dan lokasi-lokasi wisata. Keempatnya dipilih karena merupakan jenisjenis penggunaan lahan yang cukup dominan dalam kawasan Gunong Bonsu. Pengumpulan Data Pengamatan kupu-kupu dilakukan di empat tempat yang mewakili masing-masing jenis penggunaan lahan atau tipe habitat di kawasan Gunong Bonsu, sehingga seluruhnya akan terdapat 16 tempat pengamatan terpisah. Di masing-masing tempat akan dilaksanakan tiga kali pengamatan menggunakan kombinasi dua metode sampling, yaitu pengamatan langsung di sepanjang garis transek (linear transect count, LTC) menggunakan jaring serangga mengikuti prosedur Noerdjito & Aswari (2003) dan menggunakan perangkap berumpan buah mengikuti metode Samways et al. (2010). Metode sampling LTC atau yang juga disebut metode Pollard dan Yates (Noerdjito & Aswari, 2003) diterapkan dengan cara membuat garis transeks sepanjang 100 m pada masing-masing tempat sampling. Masing-masing garis transek dibuat dengan merentang tali rafia di atas permukaan tanah yang diberi pancang agar posisinya tidak berubah untuk memudahkan pengamatan ulangan. Dengan demikian, rute pengamatan pada masing-masing tempat yang dipilih bersifat tetap. Penangkapan kupu-kupu dilakukan antara pukul 07.00-10.00 WIB dan jam 14.00-17.00 WIB. Penangkapan dilakukan di sepanjang transek-transek yang telah dibuat dengan waktu pengamatan selama 30 menit/transek pada tiap tipe habitat. Setiap individu kupu-kupu yang terlihat di sepanjang transek, yaitu hingga maksimal 5 m di sebelah kiri-kanan transek akan ditangkap menggunakan jaring serangga yang berdiameter 40 cm dan bertangkai 150 cm. Kupu-kupu yang tertangkap di sepanjang suatu transek dimasukkan ke dalam sebuah wadah dalam keadaan hidup. Di ujung transek tersebut, setiap kupu-kupu yang dapat segera diidentifikasi akan dilepaskan lagi setelah spesies dan jumlah individunya dicatat. Kupu-kupu yang tidak dapat diidentifikasi terpaksa dibunuh dan diawetkan untuk keperluan identifikasi lebih lanjut di laboratorium menggunakan buku panduan pengenalan bergambar, yaitu Corbet & Pendlebury (1992). Sampling dengan perangkap berumpan buah digunakan untuk menagkap kupu-kupu pemakan buah (frugivora), yaitu sebagian dari anggota-anggota famili Nymphalidae (subfamili Charaxinae, Nymphalinae, Morphinae, dan Satyrinae) (Hughes et al., 1998). Perangkap yang digunakan berbentuk silinder yang memiliki diameter 30 cm dan tinggi 1 m menggunakan umpan pisang atau nenas yang sangat masak (DeVries, 1988; Samways et al., 2010). Di setiap tempat pengamatan dipasang lima perangkap yang diletakkan di sepanjang garis transek lain yang sejajar dengan garis transek TLC tersebut di atas dengan jarak tiap perangkap 20 m. Perangkap dipasang dengan umpan pisang mulai pagi hari pada pukul 07.00 WIB dan dibiarkan selama 24 jam. Keesokan harinya perangkap diperiksa dan kupu-kupu 40

yang terperangkap di dalamnya dikumpulkan dan diidentifikasi. Semua kupu-kupu yang dapat diidentifikasi di lapangan segera dilepaskan lagi setelah dicatat spesies dan jumlah individunya. Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman spesies yang dihitung dengan menggunakan Indeks Shannon-Weiner. Indeks ini merupakan sebuah ukuran untuk menunjukkan proporsi kelimpahan masing-masing spesies di suatu habitat (Krebs 2002; Odum 1998). H = - (pi ln pi) di mana, H' adalah indeks keanekaragaman spesies, pi adalah proporsi individu spesies ke-i terhadap semua spesies (pi = ni/n), ln adalah logaritma natural, ni adalah jumlah individu ke-i dan N adalah total individu semua spesies. Selain itu, dilakukan juga penaksiran tentang jumlah spesies baru yang masih berpeluang dijumpai apabila upaya sampling ditambah. Penaksiran ini dapat dilakukan dengan bantuan program EstimateS (Version 9.1.0) (Colwell 2013) yang dapat dioperasikan dalam Ms.Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Keanekaragaman spesies Melalui penelitian ini berhasil ditemukan 1641 individu kupu-kupu di kawasan Gunong Bonsu, yang terdiri dari 189 spesies dari lima familia yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, Lycaenidae dan Hesperiidae (Gambar 1). Menurut jumlah individu maupun jumlah spesies yang mewakilinya, famili yang paling dominan adalah Nymphalidae (937 individu atau 57,10%; 105 spesies atau 55,56%). Sebaliknya, famili yang diwakili oleh jumlah spesies terkecil adalah Papilionidae (14 spesies atau 7,41%) dan yang diwakili oleh jumlah individu terkecil adalah Hesperiidae (65 individu atau 3,96%). Berdasarkan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener, kawasan Gunong Bonsu memiliki Indeks Keanekaragaman Spesies (H ) tingkat kawasan atau Beta Diversity yang sangat tinggi, yaitu mencapai 4,53 (Odum, 1993). Gambar 1. (a) Jumlah dan proporsi spesies dan (b) jumlah dan proporsi individu kupu-kupu yang ditemukan di kawasan Gunong Bonsu menurut familia Sebagian besar individu spesies (55,56%) kupu-kupu yang ditemukan merupakan anggota famili Nymphalidae. Dominansi famili Nymphalidae sebagaimana dijumpai dalam penelitian ini merupakan pola yang umum dijumpai di berbagai tempat lain. Menurut Corbet & Pendlebury (1992) jumlah spesies yang terhimpun dalam famili ini mencapai 275 spesies. Selain memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi, famili Nymphalidae juga memiliki sebaran yang lebih luas dan tingkat kelimpahan umum yang lebih tinggi dibanding familia lain. Pada tingkat subfamilia, Nymphalinae (Nymphalidae) adalah subfamili yang diwakili oleh jumlah spesies dan individu terbesar (52 spesies atau 27,51%; 452 individu atau 27,54%), sementara Curetinae (Lycaenidae) diwakili oleh jumlah spesies dan individu terkecil (1spesies atau 0,53%; 1 individu atau 0,06%). Dari keseluruhan spesies kupu-kupu yang ditemukan, terdapat satu spesies kupu-kupu yang dilindungi yaitu Troides amphrysus. Spesies kupu-kupu ini telah dilindungi di Indonesia sejak tahun 1980, dengan SK Menteri Pertanian No. 576/Kpts/Um/8/1980 dan No. 716/Kpts/Um/8/1980. Spesies ini 41

juga termasuk kedalam CITES Apendix II, dimana spesies ini dilarang diperdagangkan kecuali yang berasal dari hasil penangkaran (Simbolon & Iswari,1990). Pola kejenuhan spesies Analisis menggunakan program EstimateS mengungkapkan bahwa jumlah seluruh spesies yang ditemukan di kawasan Gunong bonsu sudah mendekati kejenuhan (Gambar 2). Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan upaya sampling kemungkinan tidak akan menghasilkan penambahan spesies baru dalam jumlah yang signifikan. 200 Jumlah spesies 150 100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah sampling Gambar 2. Pola kejenuhan spesies di kawasan Gunong Bonsu Pola kelimpahan individu Menurut jumlah individu yang mewakili, spesies-spesies yang ditemukan dapat diurutkan dalam peringkat kelimpahan individu atau species abundance range. Jumlah individu yang mewakili masingmasing spesies sangat beragam, yaitu berkisar 1-88 individu/spesies atau rata-rata 8,68 individu/spesies. Sebagian besar (145 spesies atau 76,72%) spesies anggota komunitas ini memiliki tingkat kelimpahan rendah, yaitu hanya diwakili oleh <10 individu, yang mana kurang lebih sepertiganya (47 spesies atau 24,87% dari seluruh spesies) adalah singleton atau spesies yang hanya diwakili oleh satu individu saja (Gambar 3). 100 Jumlah individu 80 60 40 20 0 1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 131 141 151 161 171 181 Spesies Gambar 3. Pola kelimpahan individu kupu-kupu di kawasan Gunung Bonsu KESIMPULAN Di kawasan Gunong Bonsu dapat dijumpai setidaknya 189 spesies dari 5 familia, yaitu Hesperiidae, Lycaenidae, Nymphalidae, Pieridae dan Papilionidae. Famili Nymphalidae diwakili jumlah individu dan spesies terbesar (937 individu dan 105 spesies). Indeks Keanekaragaman Spesies (H ) tingkat kawasan atau Beta Diversity yang sangat tinggi, yaitu 4,53. Terdapat satu spesies kupu-kupu langka dan dilindungi, yaitu Troides amphrysus. 42

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami ucapakan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rokan Hulu yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan terimakasih banyak juga kami ucapkan kepada Bapak Yusri Syam selaku pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Rokan Hulu yang telah banyak memberi masukan dan membantu peneliti selama dilapangan. DAFTAR PUSTAKA Colwell RK. 2013. EstimateS: Statistical Estimation of Species Richness and Shared Species for Samples. Version 9.1.0, URL http: //purl.oclc.org/estimates. [1 Februari 2015]. Corbet AS, Pendlebury HM. 1992. The Butterflies of The Malay Peninsula, Fourth edition revised by Lt. Col. J. N. Eliot. Kuala Lumpur: Malayan Nature Society. Devries PJ. 1988. Stratification of fruit-feeding nymphalid butterflies in a Costa Rican rainforest. Journal of Research on the Lepidoptera 26: 98 108. Dewenter IS, Tscharntke T. 2000. Butterfly Community in Fragmented Habitats. Ecology Letters, 3.449-456. Hill JK, Hamer KC. 1998. Using spesies abundance models as indicators of habitats disturbance in tropicals forest. Journal of Applied Ecology. 35:458-460. Hughes BG, Daily GC, Ehrlich PR. 1998. Use of fruit bait traps for monitoring of butterflies (Lepidoptera: Nymphalidae), Revista de Biologia Tropical. 46(3): 697 704. Koneri R, Saroyo. 2013. Distribusi dan Keanekaragaman Kupu-kupu (Lepidoptera) di Gunung Manado Tua, Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken, Sulawesi Utara. Jurnal Bumi Lestari. 12(2): 357 365. Krebs CJ. 2002. Ecological Methodology. New York: Harper and Row, Publisher. Noerdjito WA, Puji A. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa: Seri Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI Cibinong. Samways MJ, Hitchins P, Bourquin O, Henwood J. (2010). Tropical Island Recovery: Cousine Island, Seychelles. Oxford: Wiley Blackwell. Simbolon K, Iswari A. 1990. Jenis Kupu-kupu yang Dilindungi Undang-undang di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Solman RAJ. 2004. Nectar host plants of some butterfly species at Visakhapatnam. Science and Culture 70: 187 190. Tsukada E, Nishiyama Y. 1982. Butterflies of the South East Asian Island Vol I. Papilionidae. Plapac. Ltd. Tokyo. Japan. Whitten TRE, Soeriaatmadja, Affiff SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. pp. 258-265. 43