ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. jasa dari suatu benda disebut ijarat al- ain atau sewa-menyewa, seperti sewa

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PERLINDUNGAN KERJA OUTSOURCING MENURUT UU NO. 13 TAHUN 2003 DAN FIQH MUAMALAH

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

Ji a>lah (ا لج ع ال ة) artinya janji hadiah atau upah. 1

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG KONTRAK KERJA DALAM ISLAM (AL- IJÃRAH)

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK OPER SEWA RUMAH KONTRAKAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. muamalah diantaranya tolong-menolong, merupakan hal yang sangat diperlukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN UJRAH PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARI AH. CABANG SEMARANGs

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA LAHAN PERTANIAN DI DESA GETASREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana praktek lelang undian dalam penyewaan tanah kas desa di desa Sumberagung Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro. Dari data yang didapat, maka sewa-menyewa tanah kas desa secara garis besar dapat dianalisis dari beberapa segi, yaitu: a. Analisis syarat praktek lelang undian dalam penyewaan tanah kas desa ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau menjual jasa perhotelan dan lain-lain. ija>rah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad al-ija>rah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa. 1 Telah dijelaskan pada bab sebelumnya praktek sewa-menyewa dengan undian dilakukan oleh masyarakat desa Sumberagung yang mana praktek sewa-menyewa ini dilakukan dengan cara undian. Untuk melakukan sewa-menyewa tanah kas desa masyarakat datang di balai desa untuk mengikuti sewa-menyewa dengan lotre undian. Pihak perangkat desa menyiapkan lotre undian yang sudah diberikan nama-nama penyewa yaitu perwakilan dari setiap KK (Kartu Keluarga). Kemudian, setelah warga berkumpul lotre kemudian dikocok dan nama yang keluar dari lotre tersebutlah yang berhak menyewa. Pihak perangkat desa memberitahu jangka waktu masa sewa dan harga yang harus dibayar oleh warga untuk menyewa tanah kas desa. Jangka waktu pembayaran diberikan selama 1 1 Adi Warman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raha Grafindo Persada, 2004), 128. 52

53 minggu dan setiap tanah kas desa yang disewakan pembayaranya berbedabeda sesuai luas lahan yang akan di sewa. Untuk sewa-menyewa tanah kas desa ini diberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat yaitu: 1. Dewasa, dan mampu bekerja dengan baik 2. Warga dari desa Sumberagung 3. Setiap KK (Kartu Keluarga) harus ada perwakilan 1 nama yang akan dimasukkan pada lotre undian supaya dapat menyewa tanah kas desa. Setelah mengetahui syarat praktek sewa-menyewa tersebut maka syaratsyaratnya sudah terpenuhi. Hal itu dapat dilihat dari masyarakat yang sudah rela dengan syarat-syarat yang diberikan oleh perangkat desa tanpa ada unsur paksaan. Ketentuan umum ini dapat dilihat pada firman Allah dalam surat An- Nisa ayat 29 : Artinya: hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa ayat 29). 2 Berkaitan dengat ayat tersebut, maka dalam melakukan sewa-menyewa tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang menyebabkan seseorang harus memakan harta sesama manusia dan dalam melakukan muamalah harus 2 Depag RI, AL-Quran Terjemah Indonesia, (Jakarta: Sari Agung, 2002), 150.

54 berdasarkan suka sama suka diantara kedua belah pihak yang melakukan akad. Di dalam melakukan akad tidak boleh ada unsur penipuan, baik yang datang dari mu ji@r ataupun dari musta ji@r. Banyak ayat ataupun riwayat yang berbicara tentang tidak bolehnya berbuat khianat ataupun menipu dalam berbagai lapangan kegiatan, dan penipuan ini merupakan suatu sifat yang amat dicela agama. Kedua pihak yang melakukan akad ija>rah pun dituntut memiliki pengetahuan yang memadai akan obyek yang mereka jadikan sasaran dalam berijara>h, sehingga antar keduanya tidak merasa dirugikan atau tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari. 3 Manfaat dari sesuatu yang menjadi objek ija>rah adalah berupa sesuatu yang mubah, bukan sesuatu yang haram. Agama tidak membenarkan terjadinya sewa-menyewa atau perburuhan terhadap sesuatu perbuatan yang dilarang agama, seperti tidak boleh menyewakan rumah untuk perbuatan maksiat, baik kemaksiatan itu datang dari pihak penyewa atau yang menyewakan. Tidak dibenarkan memberi upah untuk sesuatu perbuatan yang dilarang agama. Obyek ija>rah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat. Oleh sebab itu, para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa 3 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 35.

55 tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa. 4 Tidak hanya syaratnya saja dalam sewa-menyewa juga harus memenuhi rukun dari sewa-menyewa tersebut yang mana orang yang melakukan sewa yaitu perangkat desa dan masyarakat di desa Sumberagung, sewa atau imbalannya adalah sewa berupa tanah kas desa dengan imbalan berupa uang sewa, manfaat dari tanah kas desa tersebut yakni digunakan untuk pertanian dan s}higa>tnya berupa penyataan sewa dari perangkat desa dan persetujuan dari penyewa yaitu dari masyarakat. Rukun dalam sewa-menyewa menurut jumhur ulama ini ada 4 yaitu: 1) Mu ji@r dan Musta ji@r Mu ji@r dan Musta ji@r, yaitu orang yang melakukan akad sewamenyewa atau upah mengupah. Mu ji@r adalah yang memberikan upah dan yang menyewakan, musta ji@r adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu, disyaratkan pada mu ji@r dan musta ji@r adalah baligh, berakal, bisa mengendalikan harta, dan saling meridhai. 5 Menurut ulama Syafi iyah dan Hanabilah apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila ija>rahnya tidak sah. Akan tetapi, ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia balig. Oleh 4 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 232-233. 5 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 117.

56 karenanya, anak yang baru mumayyiz pun boleh melakukan akad ija>rah, hanya pengesahannya perlu persetujuan walinya. 6 2) S>}igha>t S}igha>t yaitu tercapainya ija>rah dengan ijab dan qabul, atau yang menggantikan keduanya (ijab dan qabul). Disyaratkan pula dalam s}igha>t adanya kesesuaian antara qabul dengan ijab, tidak ada pemisah yang lama antara keduanya diam atau perkataan asing. 7 Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad ija>rah. Apabila salah seorang di antaranya terpaksa melakukan akad ini, maka akad ija>rah nya tidak sah, 8 3) U>jrah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah. 9 Ujrah dalam akad ija>rah barang dibayar ketika akad sewa atau dibayar diawal setelah terjadinya akad, kecuali dalam akad ditentukan lain dan tidak merugikan salah satu pihak. 10 Kompensasi harus berbentuk harta dengan nilai jelas, konkret atau dengan menyebutkan kriteria-kriterianya. Karena sewa merupakan bayaran atas nilai manfat, berarti nilai tersebut disyaratkan syarat harus diketahui. 11 6 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), 279. 7 Wahbah Al-zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 408. 8 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat..., 279. 9 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., 118. 10 Sohari Sahrani, Ruf ah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 172 11 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 4, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), 208.

57 4) Ma qu>d Alai>h (barang/manfaat) Barang yang menjadi objek akad dapat diserahterimakan pada saat akad, baik secara fisik atau definitif. Tidak sah untuk menyewakan binatang yang lepas dan lumpuh. Begitu pula tanah pertanian yang gersang dan binatang pengangkut yang lumpuh, karena tidak ada barang tidak memiliki manfaat. Manfaat barang tersebut status hukumnya mubah, bukan termasuk yang diharamkan. 12 Berdasarkan analisis diatas, dalam syarat praktek lelang undian dalam penyewaan tanah kas desa syarat dan rukunnya sudah terpenuhi, sehingga praktek yang dilakukan sudah sesuai dengan hukum Islam. Dengan terpenuhinya syarat dan rukun ini akan membuat praktek lelang undian dalam penyewaan tanah kas desa ini diperbolehkan dalam hukum Islam. b. Analisis hukum Islam terhadap praktek lelang undian dalam penyewaan tanah kas desa. Praktek sewa-menyewa tanah kas desa di desa Sumberagung ini dilakukan dengan sistem undian. Dalam prakteknya tidak semua warga atau masyakat di desa sumberagung menyewa tanah kas desa tersebut ketika namanya keluar dalam lotre. Hal ini karena tidak semua orang memiliki kepandaian dalam bertani dan tidak semua orang mampu membayar uang sewa. Sehingga, dalam prakteknya ketika ada nama yang keluar dan orang tersebut tidak ingin 12 Ibid., 205.

58 menyewa tanah kas desa maka, orang tersebut berusaha mencari orang lain yang ingin menyewa tanah tersebut. Tanah kas desa yang disewakan ini berupa tanah/sawah yang digunakan untuk pertanian. Dan tidak semua orang mampu mengolah tanah pertanian tersebut. Dalam mengikuti lotre undian ini masyarakat juga tidak dipungut biaya. Jadi, mereka hanya akan membayar uang sewa saja ketika nama tersebut keluar dari lotre undian. Untuk masalah harga sewa dari perangkat desa sudah menentukan harga sewa yang harus dibayar dalam penyewan tanah tersebut. Namun dalam praktek tersebut terdapat banyak orang yang ketika namanya keluar kemudian mencari orang lain lagi untuk menyewa tanah tersebut. Mereka mematok harga lebih dari yang sudah pihak pamong berikan. Sehingga orang yang mendapatkan undian tersebut bisa menyewakan hasil sewaannya kepada orang lain memberikan harga lebih tinggi. Ini membuat orang tersebut mendapatkan keuntungan secara cuma-cuma karena dalam mengikuti lotre undian tersebut juga mereka tidak dipungut biaya apapun. Seperti yang telah dijelaskan dari bab sebelumnya yaitu mengulangsewakan adalah menyewakan barang sewaan kepada orang lain. Pada dasarnya seorang penyewa dapat menyewakan kembali suatu barang yang telah disewakan kepada pihak orang lain. Pihak penyewa dapat mengulang-sewaan kembali barang sewaannya dengan ketentuan bahwa penggunaan barang yang disewanya tersebut harus sesuai dengan penggunaan penyewa pertama, sehingga tidak menimbulkan kerusakan terhadap barang yang disewakan.

59 Semua fuqaha sepakat bahwa seseorang yang menyewa suatu barang, maka baginya diperbolehkan menyewakan kembali barang sewaannya kepada orang lain. Menyewakan barang sewaan kepada orang lain disebut juga badal khuluw. Inilah yang disebut dalam bahasa keseharian sebagai oper kontrak. Badal khuluw dalam kondisi ini dirinci menjadi dua: a. Sesudah masa sewa berakhir. Dalam kondisi ini, badal khuluw tidak diperbolehkan karena ini berarti menyewakan milik orang lain tanpa persetujuan pemilik. b. Sebelum masa sewa berakhir. Dalam hal ini terdapat dua pendapat Ulama yang memperbolehkan. Dalam praktek sewa-menyewa tanah kas desa ini masyarakat yang mendapatkan lotre undian menyewakan tanah kas desa tersebut kepada orang lain sebelum masa sewa berakhir. Karena setelah lotre undian itu didapatkan perangkat desa memberikan jangka waktu pembayaran selama 1 minggu. Sedangkan dalam prakteknya ketika orang tersebut mendapatkan lotre undian orang tersebut langsung pulang dari balai desa dan langsung menemui orangorang yang biasanya menyewa. Ulama yang membolehkan menyewakan barang sewaan kepada orang lain sebelum masa sewa berakhir dengan beberapa alasan yaitu: 1) Hal ini sudah membudaya di tengah masyarakat, sedangkan budaya dan kebiasaan yang tidak bertabrakan dengan syariat itu diperbolehkan.

60 2) barang sewaan tersebut bisa dimanfaatkan oleh penyewa atau pun orang lain. Sebagaimana penyewa punya hak untuk melepas hak sewanya dengan mendapatkan kompensasi dari pihak lain, ataupun tidak mendapat kompensasi apapun. 3) Hal ini diperbolehkan karena merupakan kebutuhan yang cukup mendesak, sehingga dengan memperbolehkannya menyebabkan hilangnya kesempitan. Jadi, dalam prakteknya menyewakan barang sewaan kepada orang lain diperbolehkan karena hal ini sudah membudaya ditengah masyarakat, sehingga masyarakat sudah terbiasa ketika mendapatkan lotre undian dan tidak mau menyewa mencari orang lain lagi yang mau menyewa. Adapun ulama yang mengharamkan badal khuluw dalam kasus ini, memberikan beberapa alasan: 1) Penyewa tidak memiliki hak untuk menyewakan kecuali dengan seizin pemilik barang, karena hal tersebut menyebabkan pemilik terhalangi untuk mengatur hartanya sendiri. Alasan ini jelas tidak tepat, karena penyewa hanya menyewakan barang tersebut sehingga mendapatkan badal khuluw hanya sampai masa sewa berakhir. 2) Mereka juga beralasan bahwa penyewa tidak diperbolehkan menyewakan dengan biaya sewa yang lebih mahal dari pada biaya sewa yang telah dia bayarkan. Dari praktek ini masyarakat di desa Sumberagung sudah terbiasa dalam menyewakan barang sewaan kepada orang lain. Akan tetapi dalam prektek

61 tersebut biaya sewa yang diberikan oleh pemenang lotre undian kepada orang lain yang menyewa memberikan harga lebih dari yang sudah diberikan perangkat desa. Misalkan dari perangkat desa sebesar Rp. 6.000.000, oleh pihak pemenang lotre disewakan kepada orang lain dengan harga sebesar Rp. 7.000.000. Sehingga, pemenang lotre mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 1.000.000. secara cuma-cuma. Akan tetapi pihak yang mau menyewa tidak keberatan untuk membayar uang sewa tersebut meskipun harganya dinaikkan. Tidak ada unsur paksaan hal ini dilakukan atas unsur kerelaan. Semua fuqaha sepakat bahwa seseorang yang menyewa suatu barang, maka baginya diperbolehkan menyewakan kembali barang sewaannya kepada orang lain. Namun apabila harga atau ongkos sewa yang kedua tersebut lebih tinggi dari harga sewanya yang semula. Maka hal ini fuqaha berselisih pendapat. 13 Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya melarang cara seperti itu, dengan alasan bahwa cara tersebut termasuk dalam bab memperoleh keuntungan dari apa yang tidak memerlukan tanggungan, oleh karena tanggungan terhadap barang tersebut berada di tangan pemiliknya, yakni orang yang menyewakan. Sementara itu Madzhab Maliki dan Madzhab Hambali juga berpendapat bahwa si penyewa boleh menyewakan kembali barang yang telah ia sewa itu 13 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Beirut : Dar Al-Jiil, 1989), 216.

62 kepada orang lain. Sebab manfaat barang yang ia sewa itu telah ia miliki, jadi boleh saja ia memenuhi manfaat barang tersebut dengan dirinya sendiri atau orang yang mewakilinya, tetapi dengan syarat hendaknya menyamainya atau lebih kecil dalam hal penggunaan barang sewaan tersebut. Dan tentang biaya ongkosnya boleh sama atau lebih tinggi dari ongkos sewa semula. Jadi menurut penulis, dalam praktek sewa menyewa ini sudah sesuai dengan ajaran Islam. Meskipun pemenang lotre undian menyewakan kembali kepada orang lain itu tidak apa-apa. Karena dalam akad ija>rah menyewakan barang sewaan itu diperbolehkan selama hal ini tidak membuat salah satu pihak dirugikan. Mengenai harga sewa yang diberikan oleh pemenang lotre undian kepada penyewa dengan harga tertinggi itu juga tidak menjadi masalah karena hal itu atas dasar kerelaan. Karena penyewa juga akan mendapatkan keuntungan dengan menyewa tanah kas tersebut dan itu sudah dianggap sebagai suatu cara tolong-menolong atas sesama. Dan karena menyewakan barang sewaan kepada orang lain di desa Sumberagung sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan. Seperti halnya suatu budaya yang tumbuh dari kebiasaan yang tidak bertentangan dengan syariat maka hal itu tidak dilarang.