BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya. maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan. Dalam dunia matematika juga terdapat kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah kemahiran memecahkan masalah yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat datang dari guru, suatu fenomena atau persoalan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. aspek penalarannya. Risnawati mengutip pendapat Johnson dan Rising yang. logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reiza Kusumowardhany, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. paling kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya 1.

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. 1. memiliki bahasa tersendiri dan cara berkomunikasi juga berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika. Fadjar Shadiq menyatakan bahwa

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah penting. Sejalan dengan kuatnya tuntutan keterbukaan dan perkembangan informasi secara global, kemampuan mengkomunikasikan ide dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi menjadikan seseorang dapat berbagi informasi maupun ilmu yang dimiliki kepada orang lain. Melalui komunikasi, seseorang dapat memenuhi kebutuhan emosional dan intelektualnya dengan cara memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang disekitar. Berkaitan dengan aktifitas komunikasi dalam pembelajaran matematika, matematika bukan lagi sekedar alat untuk berpikir, tetapi merupakan alat untuk menyampaikan ide dengan jelas dan tepat. 1 Salah satu tujuan penting siswa harus belajar matematika adalah karena matematika sudah menjadi alat komunikasi yang sangat kuat, berpengaruh, teliti, tepat, dan tidak membingungkan. 2 Kemampuan komunikasi matematika juga merupakan salah satu standar kompetensi lulusan bagi siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 yaitu mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, 2009), h. 20. 1 Risnawati, Strategi Pembelajaran Matematika, (Suska Press: Pekanbaru, 2008), h. 9. 2 Fadjar Shadiq, Kemahiran Matematika, (Departemen Pendidikan Nasional: Yogyakarta, 1

2 diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 3 Sehingga kemampuan komunikasi matematika menjadi sangat penting dan aspek yang harus dikembangkan sebagai bekal siswa dalam menjalani proses pembelajaran matematika di sekolah. Aktifitas sosial yang melibatkan proses interaksi yang aktif dalam pembelajaran matematika, menjadikan siswa harus belajar melalui mendengar, membaca, dan memvisualisasikan ide matematika. Siswa juga harus mengungkapkan ide mereka secara bertutur, menulis, melukis graf/gambar dan menggunakan bahan konkrit. 4 Hal itulah yang menyebabkan komunikasi matematika memiliki peranan yang penting dalam membantu siswa bukan hanya membina konsep saja, tetapi membina keterkaitan antara ide yang tidak formal, intuitif, dan bahasa abstrak dengan simbol matematika. Selain mampu bernalar dan memecahkan masalah matematika, seorang siswa juga harus mampu mengkomunikasikan ide matematika kepada guru maupun sesama teman, sehingga dengan hal tersebut dapat mencapai tujuan hasil pembelajaran matematika yang maksimal. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang meliputi 5 aspek, yaitu: pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi. 5 Adanya tujuan 3 http://www.slideshare.net/yanipitoy/permen-22-2006ar-standar-isi, diakses pada 29 Januari 2014. 4 Hery Sutarto, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan Optimalisasi Modalitas V-A-K(Visual, Auditory dan Kinestetik) pada Mata Kuliah Geometri, Jurnal Penelitian Pendidikan, (Semarang, 2008), h. 176. 5 Rozi Fitria, Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Assesment) dalam Pembelajaran Matematika, (Pekanbaru, 2009), h. 7.

3 tersebut menuntut agar kemampuan komunikasi matematika khususnya menjadi baik. Kemampuan komunikasi matematika yang baik akan membantu siswa dalam mengeksplorasi ide matematika yang dimilikinya, maka untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika diperlukan strategi yang tepat. Guru mempunyai peranan penting dalam merancang pengalaman belajar di kelas sehingga siswa mempunyai kesempatan bervariasi untuk berkomunikasi secara matematika. 6 Berdasarkan hasil wawancara pada hari Kamis, 14 Februari 2013 dan observasi beberapa kali oleh peneliti dengan guru matematika serta siswa MTs Bahrul Ulum Al-Islamy Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih tergolong rendah. Padahal usaha pembelajaran telah dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, seperti memberikan penjelasan materi dengan baik, memberikan tugas kelompok dan memberikan kesempatan siswa menyampaikan kesimpulan yang didapat di akhir pembelajaran. Namun kenyataannya di lapangan, masih terdapat masalah dalam pembelajaran matematika, khususnya pada aspek komunikasi matematika. Hal ini dapat terlihat dengan ditemukannya gejala-gejala komunikasi matematika yang rendah. Gejala-gelaja tersebut sebagai berikut: 6 Ali Mahmudi, Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, (Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta, 2009), h. 4.

4 1. 60% dari jumlah siswa tidak bisa mengkonstruksikan persoalan matematika kedalam bentuk graf atau gambar. 2. 65% dari jumlah siswa tidak bisa menggunakan simbol-simbol matematika dalam menyelesaikan persoalan matematika. 3. 81% dari jumlah siswa tidak bisa menyampaikan argumen terhadap ide matematika yang dimilikinya. 4. 69% dari jumlah siswa tidak bisa mendeskripsikan langkah-langkah pengerjaan soal dalam pembelajaran matematika. 5. 50% dari jumlah siswa tidak bisa mengambil kesimpulan dari pemecahan soal matematika. Gejala-gejala komunikasi matematika yang rendah tersebut, harus diberi solusi dengan cara guru lebih meningkatkan mutu pembelajaran. Guru dapat menggunakan banyak model pembelajaran yang berkembang saat ini dalam mengajar. Berbagai macam model pembelajaran tersebut salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif yang merupakan metode relevan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Menurut Thompson pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. 7 Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu 7 Yusuf, Pembelajaran Kooperatif, 2003, [online] http://www.damandiri.or.id /file/yusufuns bab2.pdf, h. 9, diakses pada 07 April 2013.

5 berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. 8 Sehingga cara yang tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa adalah dengan berdiskusi kelompok. Diskusi kelompok memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berfikir, mengklarifikasikan pemahaman dan ketidakpahaman, serta mengeksplorasi kemampuan matematika dengan baik. 9 Co-op co-op merupakan salah satu pengembangan dari model pembelajaran kooperatif. Co-op co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. 10 Co-op co-op memiliki ciri khusus yaitu terjadinya kooperatif sebanyak dua kali. Kooperatif pertama adalah diskusi antar anggota dalam kelompok, dimana antar anggota kelompok memiliki subtopik yang berbeda dengan anggota lainnya. Kooperatif kedua adalah diskusi kelas, dimana topik pada kelompok berbeda dengan topik kelompok lainnya. Setiap siswa harus bisa menjelaskan dan mengkomunikasikan permasalahan yang menjadi tanggung jawab sendiri dengan baik kepada temanteman kelompok, sehingga siswa banyak dilatih untuk mengkomunikasikan gagasan matematika kepada teman sesama kelompok dan teman kelompok lain. Adanya alasan tersebut, pembelajaran menggunakan model pembelajaran 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Prenada Media Grup, 2006), h. 247. 9 Ali Mahmudi, op.cit., h. 4. 10 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Nusa Media: Bandung, 2005), h. 229.

6 kooperatif tipe co-op co-op diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika. Memahami permasalahan yang telah dipaparkan serta mempertimbangkan kelebihan pembelajaran menggunakan co-op co-op, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op Co-Op terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa MTs Bahrul Ulum Al-Islamy Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. B. Definisi Istilah Berikut ini diberikan penjelasan mengenai istilah-istilah dalam penelitian, diantaranya: 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi tertulis. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, aljabar dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis dapat berupa uraian pemecahan masalah atau pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan siswa dalam mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan persoalan matematika.

7 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). 11 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op Model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op adalah suatu model pembelajaran yang setiap kelompoknya memiliki topik yang berbeda dan setiap siswa dalam kelompok pun memiliki topik kecil yang berbeda dengan teman sekelompoknya. Dalam model pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai fasilitator dan lebih menitikberatkan kepada keaktifan siswa. Siswa dilatih untuk dapat mengkomunikasikan permasalahan dan solusi dari topik kecil yang menjadi tanggung jawabnya kepada orang lain. 12 Sehingga komunikasi matematika siswa akan semakin terlatih. 11 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 309. 12 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung:Nusa Media, 2008), h. 229.

8 C. Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Kemampuan komunikasi matematika siswa belum diberdayakan sepenuhnya. b. Belum menggunakan strategi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika. c. Siswa kurang termotivasi dalam mengkomunikasikan ide-idenya dalam memecahkan masalah. 2. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Bahrul Ulum Al-Islamy Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. b. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran dengan model pembelajaran co-op co-op pada kelas eksperimen dan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

9 c. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi tertulis matematika. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional?. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

10 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang terkait, diantaranya: a. Bagi Siswa Model pembelajaran kooperatif dengan tipe co-op co-op ini dapat menjadi sarana belajar yang efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. b. Bagi Guru Model pembelajaran kooperatif dengan tipe co-op co-op ini dapat menjadi alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa di sekolah. c. Bagi Penulis Laporan ini dapat menambah wawasan dan keterampilan penulis dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe co-op co-op untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.