BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

BAB II KAJIAN TEORI. Carl R. Rogers mengembangkan terapi clien centered sebagai reaksi

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, tetapi ada tiga bidang. yang harus diperhatikan, diantaranya 1

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. artinya saling membutuhkan yang lain sebagai hal yang esensial dalam hidupnya.

PENDEKATAN CLIENT CENTERED COUNSELING DALAM MENGATASI ANAK DARI KELUARGA DISHARMONIS (Studi Kasus Siswa X di SMP Dharma Wanita 7 Tanggulangin)

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

JURNAL STUDI TENTANG CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH SISWA KELAS XI SMKN 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB V PENUTUP. Adalah kondisi dimana siswa X mengalami suatu mood atau perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

KEEFEKTIFAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VI SD PANGAMBANGAN 5 BANJARMASIN

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Metode konseling karier Nur Cita Qomariyah Membina Skill. Mahasiswa di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP UNP Kediri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

MARIKA NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

JURNAL STUDI TENTANG SIKAP DASAR ROGERIAN YANG DIMILIKI KONSELOR SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB IV ANALISIS DATA. broken home di SMP Al Amanah Bilingual, maka analisis tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan merasa tidak aman dan terancam

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara garis besar manusia terdiri atas dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri tertentu. Aspek jasmani meliputi tinggi dan besar badan, pancaindra yang terdiri atas indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan; anggota badan, kondisi dan peredaran darah, kondisi dan aktifitas hormon dll. Aspek rohani meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan sosial, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, peranan dan interaksi sosial, dll. Kesekian banyak aspek tersebut bervariasi pula menurut kondisi, tahap hubungan dengan objek yang dihadapinya, sehingga membentuk sekian banyak karakteristik individu. Tiap individu memiliki sejumlah ciri, dan ciri- ciri tersebut membentuk satu kesatuan karakteristik yang khas yang memiliki keunikan sendiri- sendiri. Tiap individu adalah unik sebab perpaduan antara ciri- ciri tersebut bukan membentuk suatu penjumlahan tetapi integritas atas kesatupaduan. 1 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosdakarya), 36 1

2 Individu menampilkan dirinya kepada pihak luar, terutama kepada individu yang lain melalui kegiatan atau perilakunya. Perilaku atau kegiatan disini bukan dalam arti yang sempit, tetapi diartikan dalam pelilaku luar yang berkenaan dengan kegiatan jasmaniah, atau psikomotor. Salah satu ciri yang esensial dari individu ialah bahwa ia selalu melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan individu merupakan manivestasi dari hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu dalam interaksi dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Sebagaimana secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungan, yaitu (a) individu menerima lingkungan, dan (b) individu menolak lingkungan. Sesuatu yang datang dari lingkungan mungkin diterima oleh individu sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Seperti halnya anak yang tidak percaya diri, dia merasa bahwa tidak pernah dihargai oleh teman- temannya yang ada lingkungan sekolah. Dari lingkungan keluarga sendiri anak yang tidak percaya diri pun merasa tidak mendapatkan perhatian dari oranga tua. Lingkungan keluarga adalah sangat penting untuk anak tersebut untuk mendapatkan perhatian yang penuh. Anak yang tidak percaya diri ini mereka merasa bahwa tidak mempunyai kemampuan yang berarti untuk dirinya sendiri. 2 Perasaan tidak percaya diri tidak timbul dengan sendirinya. Tetapi ada faktor- faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor Intern yang disebabkan oleh 2 Ibid..., 57

3 cacat tubuh, kelemahan menguasai bidang study, dan susah berkomunikasi. Sedangkan faktor Ekstern disebabkan keadaan ekonomi keluarga, orang tua yang bercerai dll. Kelemahan yang dimiliki oleh seseorang baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Sikap tidak percaya diri ini apabila di diamkan secara terus menerus akan mengakibatkan seseorang selalu berfikiran yang irrasional,seperti halnya merasa semua orang disekitarnya tidak pernah menghargai, selalu merasa serba disalahkan, dan selalu berdiam diri tanpa mau berinteraksi dengan orang lain. 3 Anak yang kurang percaya diri biasanya memiliki sifat dan perilaku seperti tidak mau mencoba hal yang baru, merasa tidak diinginkan dalam lingkungan sekitarnya, emosi terlihat kaku, mudah mengalami frustasi hingga terkadang mengesampingkan potensi bakat yang dimiliki. 4 Dirumah, orang tua berperan terhadap perkembangan rasa percaya diri anak. Sedangkan dilingkungan sekolah, gurulah yang lebih berperan. Orang tua kadang jauh lebih mudah menunjukkan emosi ketika anak melakukan kesalahan dari pada memuji anak melakukan perbuatan yang benar. Sikap seperti inilah yang bisa berpengaruh terhadap konsep diri anak sehingga akan bisa memunculkan kepercayaan diri pada anak. 3 Freda Fordham (diterjemahkan Dra. Istiwidayanti ), Pengantar Psikologi C.G Jung (Jakarta: Bratha Aksara, 1988), 18 4 M. Zein Hidayat, Hipnoteterapi Untuk Anak Yang Kurang Percaya Diri, ( Tiga Kelana), 2010

4 Oleh karena itu demi masa depan anak, orang tua dibantu guru harus menempatkan masalah kepercayaan diri anak menjadi hal yang prioritas. Orang tua dan guru harus membagun rasa tidak percaya diri anak, baik anak yang normal atau tidak memiliki hambatan apa pun maupun anak yang memiliki kekeurangan fisik mental dan psikis. 5 Untuk mewujudkannya, salah satu langkah pertama dan utama yang harus dilakukan orang tua dan guru adalah dengan memahami dan meyakini bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kelemahannya masing- masing. Tentu saja kelebihan yang ada pada anak harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain. 6 Dengan adanya masalah di atas, maka peneliti dan yang melaksanakan terapi ingin menjadikan siswa tersebut dapat mengenali dirinya sendiri dengan mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya, meskipun pada awalnya siswa ini telah diberi terapi dan motivasi untuk berubah oleh guru BK, namun tidak berhasil dikarenakan siswa X dengan bersikap hanya diam pada saat pelaksanaan bimbingan konseling individu sehingga pelaksanaan konseling di sekolah ini kurang maksimal. Yang ingin dirubah oleh guru BK dari perilaku siswa X yakni siswa X diharapkan dapat berinteraksi dengan baik dengan temantemannya dikelas, tidak menyendiri didalam kelas, melihat dari umur siswa X adalah ± 17 tahun. bahwa dengan batasan umur sejumlah itu seharusnya siswa X 5 Ibid, hal. 2 6 Reza Yudistira, Kalau Bisa Pede Kenapa Harus Malu, ( Penerbit: ST) hal.158

5 ini mampu dapat belajar berinteraksi dengan teman- temannya, bersifat terbuka kepada teman- temannya, sehingga nantinya siswa X dapat mengenali dirinya dan kemampuan yang dimiliki, agar nantinya siswa ini mampu terjun ke dalam masyarakat dengan baik. Sedangkan untuk konseling yang telah dilaksanakan di sekolah ini hanya untuk siswa X adalah konseling individu, yang mana dalam konseling individu ini pemberian bantuan diberikan secara perseorangan dan secara langsung. Dalam hal ini diharapkan siswa tersebut mampu untuk mengenali dirinya dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang ada. Maka siswa diajarkan untuk dapat mandiri dan pemberian motivasi kepada siswa X namun tidak berhasil. Sehingga peneliti sekaligus konselor akan mencoba untuk memberikan konseling dengan menggunakan terapi Client Centered kepada siswa X karena dengan pemberian terapi ini maka konselor bertujuan untuk menjadikan siswa X dapat mengenal dirinya, sebagaimana sifat siswa X yang tidak sesuai untuk membangun kemampuan yang bermanfaat dan merubah perilaku yang tidak sesuai dengan harapan, dengan menggunakan teknik-tekhnik yang ada di dalam terapi Client Centered yang sesuai dengan masalah yang dialami konseli. Sebab dengan menggunakan tekhnik-tekhnik terapi Client Centered diharapkan dapat memaksimalkan proses konseling yang nantinya dapat berdampak baik bagi konseli untuk merubah sifat- sifat yang tidak sesuai.

6 Terapi clien centered menempatkan tanggung jawab utama terhadap arah terapi pada klien. Tujuan umum ialah menjadi lebih terbuka kepada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri, mengembangkan evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan dengan cara- cara yang lain bergerak menuju taraf- taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi diri. Salah satunya seperti kasus yang penulis angkat. Sebut saja X, yang merupakan seorang siswa SMKN 1 SURABAYA kelas X RPL-1, yang menunjukkan gejala sering tidak masuk sekolah,sering melamun, menyendiri, pendiam, dan tidak memperhatikan pada saat pelajaran berlangsung, serta sukar untuk berinteraksi atau menjalin hubungan sosial dengan teman sekelasnya. Dari hasil pengamatan cheklist, sosiometri, serta Tes Who AM I serta wawancara terhadap guru Bimbingan dan Konseling, di dalam kelas tersebut X hanya berteman dengan satu orang saja, yaitu teman satu bangku, dia bahkan selalu menyendiri dan selalu menyukai suasana yang sepi. Data lain menyebutkan bahwa siswa tersebut merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dia tinggal bersama kedua orang tuanya dan juga dua saudaranya. Siswa X ini adalah anak yang mempunyai kepribadian tetutup (pemalu), dan sulit menyesuaikan dengan lingkungan baru. Dalam hal belajar X juga merasa terganggu karena selalu memikirkan kata- kata yang di ucapkan oleh

7 teman sekelasnya yang bikin dia sakit hati. Bahkan untuk bersekolah pun dia mengikuti kemauan hatinya. 7 Dalam hal ini penulis telah melakukan beberapa pendekatan wawancara dengan siswa X, dan dengan melihat latar belakang masalah diatas, bagaimana cara menangani siswa tidak percaya diri? Maka dengan terapi pendekatan client centered adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena dalam hal ini menitik beratkan hubungan pribadi antara klien dan terapis, sikap- sikap terapis lebih penting daripada tekhnik- tekhnik, pengetahuan, atau teori. Jika terapis menunjukkan dan mengkomunikasikan kepada kliennya bahwa terapis adalah (1) pribadi yang selaras (2)secara hangat dan tak bersyarat menerima perasaan- perasaan dan kepribadian klien, dan (3) mampu mempersepsi secara peka dan tepat dunia internalnya itu, maka klien bisa menggunakan hubungan terapeutik untuk memperlancar pertumbuhan menjadi pribadi yang dipilihnya 8. Untuk itu sebagai bahan skripsi, penulis mengangkat judul skripsi yang berkaiatan dengan Efektifitas Layanan Terapi Pendekatan Client-Centered Dalam Mengatasi Siswa Tidak Percaya Diri DI SMK NEGERI 1 SURABAYA 7 Dra. Sariwati, Guru Bimbingan Dan Konseling. 9 April 2011 8 Ibid..., 109

8 B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut ; 1. Bagaimana layanan Terapi Client Centered di SMK Negeri 1 Surabaya dalam mengatasi siswa tidak percaya diri? 2. Bagaimana Efektifitas Layanan Terapi Client-Centered dalam mengatasi siswa tidak percaya diri di SMK Negeri 1 Surabaya C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan layanan terapi Client Centered dalam mengatsi siswa tidak percaya diri. 2. Untuk mengetahui efektifitas layanan terapi Client Centered dalam mengatasi siswa tidak percaya diri. D. Manfaat Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut :

9 1. Manfaat Teoritis Pengkajian terapi client centered dalam mengatasi siswa tidak percaya diri diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan teori dalam bidang Bimbingan dan Konseling. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi bagi para konselor maupun kepada semua pihak yang berminat aktif dalam dunia ke BK-an. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam pratek Bimbingan dan Konseling. 3. Manfaat bagi peneliti Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam penelitian dan teknik yang harus dilaksanakan dalam mengatasi studi kasus serta dapat mengembangkan dan mengamalkan sesuai dengan jurusan Kependidikan Islam konsentrasi Bimbingan dan Konseling. E. Definisi Konseptual Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul Efekivitas Terapi Client- Centered dalam mengatasi siswa tidak percaya diri, maka penulis menegaskan beberapa istilah yang ada sebagai berikut :

10 1. Efektifitas : Tepat mengenai sasaran. 9 2. Terapi Client Centered Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya). 10 Menurut Pihasniwati terapi Client Centered yaitu mengggarisbawahi individualitas konseli yang setara dengan inividualitas konselor sehingga dapat dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor. 11 Sedangkan menurut terapi client centered merupakan tekhnik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. 12 Dari uraian diatas, bisa dipahami bahwa yang dimaksud terapi pendekatan client centered adalah hal yang mendasari adalah hal- hal yang menyangkut konsep- konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Atau juga konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan wujud diri. 13 Dalam memberikan konseling, terdapat beberapa langkah-langkah sebagai berikut: pertama, identifikasi masalah yakni langkah ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala yang tampak. Kedua, diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi anak beserta latar 9 Sastrapraja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1978), 127 10 Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), 266 11 Pihasniwati, Psikologi Konseling, (Yogyakarta : Teras, 2008), h.121 12 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 2009), h.91 13 Pihasniwati,Psikologi Konseling, (Yogyakarta: SUKSES Offest),121

11 belakangnya. Ketiga, prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang akan dilaksanakan. Keempat, treatment (terapi) yaitu langkah pelaksanaan bantuan, langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Kelima, evaluasi dan follow up yaitu langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya, dalam langkah follow up atau tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh. 14 3. Anak Tidak Percaya Diri Pengertian tidak percaya diri adalah konsep diri negative kurang percaya pada kemampuannya karena itu sering menutup diri, tidak punya keputusan untuk melangkah. 15 Sedangkan menurut M. Zein Hidayat tidak percaya diri merupakan kebiasaan memiliki sifat dan perilaku seperti tidak mau mencoba hal yang baru, merasa tidak diinginkan dalam lingkungan sekitarnya. Jadi yang dimaksud anak tidak percaya diri adalah sesorang anak yang merasa dirinya tidak memiliki kemampuan yang ada pada dirinya dan selalu merasa bahwa di dalam lingkungan yang ditempati tidak pernah diterima. Seseorang dapat dikatakan tidak percaya diri apabilal memliliki ciri- cirri sebagai berikut: 14 Anas Sholahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), h.95-96. 15 http://www.pengertian minder.com (diakses tgl 26 mei 2011)

12 a. Susah berbicara, gagap, gagu b. Menutup diri, adanya rasa malu, dan tidak berani c. Ketidakmampuan berfikir secara mandiri d. Merasakan kejahatan dan bahaya serta bertambahnya rasa ketakutan dan kekhawatiran. 16 Dari pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa tidak percaya diri di SMK NEGERI 1 SURABAYA adalah seorang siswa yang memiliki kepribadian tidak percaya diri yang mengalami perasaan tidak pernah dihargai oleh temannya dan pendiam. Jadi maksud dari Terapi Pendekatan Client Centered pada siswa tidak percaya diri di SMK NEGERI 1 SURABAYA adalah suatu upaya atau tindakan yang mendasar dari guru Bimbingan dan Konseling untuk menagani siswa tidak percaya diri yang bermasalah dalam kepribadian yang bersifat individu, tertutup dan lebih pendiam, sedikit bicara dalam pergaulan di sekolah dengan menggunakan terapi pendekatan client- centered sehingga menjadi siswa yang dapat mengenali dirinya sendiri dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang ada. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan skripsi yang dimaksud adalah suatu cara yang ditempuh untuk menyusun suatu karya tulis, sehingga masalah di dalamnya 16 http:// www. Hipnoterapi.asia/ percaya -diri:.htm

13 menjadi jelas, teratur, urut dan mudah dipahami. Adapun sistematika yang penulis gunakan dalam pembahasan ini ada empat bab pokok yang dikerangkakan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II : Kajian Teori, yang mencakup teori- teori yang dijadikan dasar dalam menentukan langkah-langkah pengambilan data, memaparkan tinjauan pustaka yang digunakan sebagai pijakan penelitian dalam memahami dan menganalisa fenomena yang terjadi dilapangan. : pengertian client centered, pandangan terapi client centered tentang konsep manusia, konsep teori kepribadian dalam terapi client centered, perilaku bermasalah dalam terapi client centered, tujuan terapi client centered, peran konselor dalam terapi client centered, tahapan dan prosedur dalam client centered, ciri-ciri terapi client centered, teknik terapi client centered. Dan tidak percaya diri meliputi: pergertian tidak percaya diri, ciri- ciri tidak percaya diri, penyebab tidak percaya diri, akibat tidak percaya diri, usaha- usaha mengatasi tidak percaya diri. Bab III : Penyajian data dan analisis, meliputi keadaan SMK NEGERI 1 SURABAYA, dan Bimbingan dan SMK NEGERI 1 SURABAYA, penyajian data tentang penerapan teknik pendekatan client centered, meliputi kondisi siswa tidak percaya diri di SMK NEGERI 1 SURABAYA dan pelaksaan pendekatan client centered secara umum

14 dan menyelesaikan masalah anak tidak percaya diri di SMK NEGERI 1 SURABAYA. Bab IV : Dalam bab ini mencakup tentang gambaran obyek penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan deskripsi penyajian data anak tidak percaya diri, penyajian data client centered, analisis data tentang anak tidak percaya diri, analisis data pelaksanaan client centered untuk anak tidak percaya diri. Bab V : SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini berisi simpulan dan saran-saran yang diikuti dengan daftar pustaka serta lampiran-lampirannya.