BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris sebagai pejabat umum. Notaris sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Tanggungjawab terbatas..., Ronald U.P. Sagala, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperoleh sesuatu yang lebih menguntungkan dari sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Jual beli tanah..., Ni Wayan Nagining Sidianthi, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEROAN TERBATAS

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 5/Mei/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk

B A B I PENDAHULUAN. penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

PERSEROAN TERBATAS. Copyright by dhoni yusra. copyright by dhoni yusra 1

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jual-Beli dalam perkara perdata diatur di Buku ke III Kitab Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II PENGATURAN DIREKSI MENURUT KETENTUAN UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS. perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut E. Utrecht, badan hukum (rechtpersoon), yaitu badan yang menurut

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan ini telah dicetuskan di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat. Dalam alinea tersebut disebutkan di antaranya : Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial 1. Untuk mencapai tujuan negara di atas, diperlukan sarana bagi pemerintahan Indonesia. Salah satu sarana tersebut adalah pembangunan yang dilakukan dalam segala bidang kehidupan bangsa dan negara, khususnya bidang ekonomi yang memegang peranan penting sebagai tulang punggung bangsa. Pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan 1 Indonesia, Undang-undang Dasar 1945, Pembukaan. 1

ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, di antaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan. Negara republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum. Sebagai negara hukum, pembangunan dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan yang telah diberlakukan oleh pemerintah. Keberadaan peraturanperaturan tersebut ditimbulkan dari kebutuhan masyarakat itu sendiri akan suatu hal yang mengikat. Peraturan-peraturan tersebut memberi petunjuk pada warga negara Indonesia bagaimana harus bertingkah laku dan bertindak dalam masyarakat. Seluruh peraturanperaturan tersebut terkumpul dalam suatu alat yang bernama hukum. Untuk melakukan pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonominya, negara membutuhkan hukum untuk mengaturnya, dan mengatur subyek hukumnya. Subyek hukum adalah subyek pembawa hak. Subyek hukum terdiri dari orang perorangan dan badan hukum. Sebagai pembawa hak, manusia mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban untuk melakukan sesuatu tindakan 2

hukum 2. Sedangkan badan hukum sebagai pembawa hak yang tidak berjiwa dapat melakukan tindakan hukum sebagaimana pembawa hak manusia, seperti melakukan perjanjian-perjanjian menyangkut kekayaan yang merupakan milik sendiri, terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya. Salah satu badan hukum yang banyak didirikan di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT). Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT didirikan atas dasar tanggung jawab sosial dan lingkungan, di mana ia berkomitmen untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi. PT mempunyai organorgan sebagai berikut 3 : 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2. Direksi 3. Dewan Komisaris RUPS merupakan organ tertinggi PT, karena mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan komisaris, seperti salah satunya mengubah isi Anggaran Dasar. Direksi selain bertanggung jawab penuh atas pengurusan, juga bertindak mewakili perseroan 2 C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 117. 3 Indonesia. Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, ps. 1 ayat (2), hal. 5. 3

(persona standi in judicio) 4. Dan agar tidak terjadi kesewenangan PT dan direksi dalam menjalankan PT, dewan komisaris melakukan tugas pengawasan terhadap PT tersebut dan pelaksanaan tugas direksi. Jika tanggung jawab organ-organ PT tersebut dilanggar, maka RUPS dapat bertindak atas itu. Hukum yang berlaku terhadap PT adalah Undangundang nomor 40 tahun 2007, anggaran dasar PT dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku dan sesuai dengan keadaan dan pelaksanaan PT tersebut. Anggaran dasar PT adalah peraturan yang mengatur PT secara khusus. Anggaran dasar mengatur hal-hal lain yang tidak diatur dalam Undang-undang tersebut. Namun jika dalam suatu tindakan PT tidak ada acuan pengaturannya dalam anggaran dasarnya, maka keputusan tertentu dapat dibuat oleh PT. Isi anggaran dasar PT dapat sewaktu-waktu diubah oleh PT dengan mengadakan RUPS atau pada PT dengan pemegang saham hanya sedikit, tidak mengadakan RUPs namun diketahui dan disetujui. Dalam anggaran dasar suatu PT, dapat juga diatur peraturan lain yang tidak ditentukan oleh Undang-undang nomor 40 tahun 2007. Peraturan lain itu dapat ditentukan selama dalam batasan yang tidak bertentangan 4 I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan, Berbagai Peraturan dan Pelaksanaan Undang-undang di Bidang Usaha, (Bekasi: Megapoin, 2005), hal. 215. 4

dengan Undang-undang nomor 40 tahun 2007 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengendalikan isi dan ketentuan anggaran dasar PT, maka anggaran dasar tersebut dibuat dengan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan anggaran dasar baru berlaku secara sah setelah adanya persetujuan Menteri tersebut. Salah satu yang dapat diatur dalam anggaran dasar PT adalah tugas, atau job description karyawan yang memegang jabatan penting, seperti manajer. Sebagai contoh, job description seorang manajer pemasaran yaitu salah satunya mencari proyek yang memberikan keuntungan kepada PT tempat ia bekerja. Dengan adanya job description tersebut, maka telah jelas tugas manajer tersebut. Jika job description tersebut tidak diatur dalam anggaran dasar, dapat diatur dalam peraturan perusahaan atau peraturan lain yang berlaku secara formal bagi pekerja. Untuk melakukan perbuatan hukum, PT membutuhkan pihak lain. Oleh karena itu, perusahaan melakukan perjanjian dengan pihak lain yang dapat mewujudkan kegiatan produktivitasnya, sehingga mencapai keuntungan sebesar-besarnya. Perjanjian suatu PT dengan para pihak untuk melakukan perbuatan hukum berkaitan dengan maksud, tujuan dan kegiatan usaha yang dimiliki PT. Maksud, tujuan dan kegiatan usaha PT diatur dalam 5

anggaran dasarnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, PT yang bergerak di bidang perdagangan minyak dan gas dapat menunjuk suatu kuasa, untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung kegiatan produktivitas dalam memajukan perdagangan minyak dan gasnya. Dalam kegiatan produktivitas perusahaan, penting adanya suatu kerjasama dengan pihak lain, seperti kerjasama jual beli. Jual beli adalah perjanjian/persetujuan/kontrak di mana satu pihak (penjual) mengikat diri untuk menyerahkan hak milik atas benda/barang kepada pihak lainnya (pembeli) yang mengikat dirinya untuk membayar harganya berupa uang kepada penjual 5. Kata pihak dalam definisi tersebut dapat merupakan pihak yang secara langsung memiliki hak atas benda yang diserahkan dan yang membayar suatu harga, maupun pihak yang mewakilinya. Dalam perjanjian jual beli dengan keadaan salah satu pihak ataupun keduanya tidak dapat hadir secara langsung dalam melakukan transaksi jual beli tersebut, dapat memberikan suatu kuasa kepada pihak lain. Pemberian kuasa ini selalu timbul dari suatu persetujuan yang dibuat sebelumnya. 5 R.M.Suryodiningrat, Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian, (Bandung: Tarsito, 1991), hal. 6. 6

Menurut rumusan Pasal 1792 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, pemberian kuasa yaitu suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya, menyelenggarakan suatu urusan. Yang dilakukan itu adalah atas tanggungan si pemberi kuasa dan segala hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan yang dilakukannya itu menjadilah hak dan kewajiban orang yang memberi kuasa. Maka si pemberi kuasalah yang menjadi pihak dalam perjanjian itu. Kata-kata untuk dan atas nama dalam batasan tersebut dijelaskan dalam Pasal 1807 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, bahwa yang diberi kuasa bertindak untuk kepentingan pemberi kuasa, dengan atas nama pemberi kuasa, sehingga segala sebab dan akibat dari persetujuan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pemberi kuasa dalam batas-batas kuasa yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan menyelenggarakan suatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau menelorkan suatu akibat hukum 6. Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan 6 R. Subekti, Aneka Perjanjian, cetakan ke-x, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 140. 7

dalam sepucuk surat ataupun dengan lisan 7. Dengan kata lain, pemberian kuasa dapat diberikan dalam bentuk akta otentik ataupun tulisan di bawah tangan, dan berupa kuasa tertulis dan kuasa tidak tertulis atau kuasa lisan. Resiko dan pelaksanaan kuasa yang diberikan secara lisan ini tidak semudah kuasa tertulis. Bentuk konkret dari kuasa tertulis dapat digunakan untuk memberikan kepastian adanya kuasa tersebut. Sedangkan kuasa lisan bersifat hanya berdasarkan pada kesaksian seseorang atau lebih. Maka jika dilihat dari segi pembuktian, adanya suatu bukti yang diajukan berupa kuasa tertulis lebih relevan daripada kuasa yang diberikan secara lisan. Adanya pemberian kuasa lisan dapat terjadi dalam keadaan pemberi kuasa yang merupakan Direksi suatu PT dalam kewenangannya memberi perintah pada penerima kuasa yang merupakan karyawan dengan jabatan manajer pemasaran dalam PT yang sama, untuk mencari suatu kegiatan yang memberikan keuntungan bagi pemberi kuasa. Kuasa tersebut dapat merupakan kuasa untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam transaksi jual beli yang dilakukan dengan itikad baik, wanprestasi dapat saja terjadi. Jika pembeli belum melakukan kewajiban pembayarannya, dapat 7 Op.cit, hal. 141. 8

saja dirugikan karena telah menyiapkan sarana/fasilitas yang seharusnya dipergunakan sebagai penunjang dari obyek transaksi tersebut, yang telah memakan biaya besar. Dalam hal itu, pembeli dapat memintakan pertanggungjawaban dari kuasa dari penjual yang telah melakukan wanprestasi. Pada saat proses penyelesaian sengketa berlangsung, penjual dalam kesaksiannya yang dalam perjanjian jual beli tersebut diketahui sebagai pemberi kuasa dapat menyangkal telah memberikan kuasa kepada penerima kuasa, namun tetap harus bertanggungjawab atas kerugian pembeli. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dalam tesis ini akan dibahas dan dianalisa topik tentang: Pemberian Kuasa Lisan untuk Melakukan Perbuatan Hukum yang Mengatasnamakan PT kepada Manajer Pemasaran (Studi Kasus Wanprestasi Perjanjian Jual Beli dengan Kuasa Lisan yang Diberikan Direksi kepada Manajer Pemasaran dalam PT Y). 2. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang pemilihan judul di atas, maka penulis mengambil pokok-pokok permasalahan sebagai berikut: 9

1. Siapa yang berhak untuk mewakili PT Y dalam melakukan perbuatan hukum? 2. Bagaimana pengaturan hak dan kewajiban manajer pemasaran PT Y dalam mewakili PT Y? 3. Apakah perjanjian jual beli yang dibuat antara manajer pemasaran PT Y dengan PT X sah, dalam hal manajer pemasarannya PT Y tersebut mengundurkan diri? 4. Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab atas wanprestasi dalam perjanjian jual beli antara PT X dengan manajer pemasaran PT Y yang ditunjuk atas pemberian kuasa lisan oleh PT Y? 3. TUJUAN PENELITIAN Adapun penulisan tesis ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui siapa yang berhak untuk mewakili PT dalam melakukan perbuatan hukum. 2. Mengetahui pengaturan hak dan wewenang manajer pemasaran suatu PT dalam mewakili PT. 3. Mengetahui sahnya perjanjian jual beli yang dibuat antara manajer pemasaran PT Y dengan PT X sah, dalam hal manajer pemasarannya PT Y tersebut mengundurkan diri. 4. Mengetahui siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas wanprestasi dalam perjanjian jual 10

beli antara PT X dengan manajer pemasaran PT Y yang ditunjuk atas pemberian kuasa lisan oleh PT Y. 4. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan data yang representatif guna memperoleh gambaran yang jelas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi banyak pihak, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Manfaat teoritis Untuk dapat mendapatkan hasil analisa yuridis terhadap pemberian kuasa lisan kepada Manajer pamasaran untuk melakukan perbuatan hukum perjanjian jual beli yang mengatasnamakan PT. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada badan hukum PT yang melakukan perbuatan hukum dengan memberikan kuasa secara lisan kepada pekerjanya untuk melakukan nya. 5. DEFINISI OPERASIONAL Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ini, maka digunakanlah definisi-definisi sebagai berikut: 11

1. Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang PT serta peraturan pelaksanaannya 8. 2. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Orang yang telah diberikan kuasa (ia dinamakan juru kuasa atau juga kuasa saja) melakukan perbuatan hukum tersebut atas nama orang yang memberikan kuasa atau juga dikatakan bahwa ia mewakili si pemberi kuasa 9. 3. Perbuatan hukum (rechtshandeling) adalah perbuatan subyek hukum yang diberi aibat hukum oleh kaidah hukum tertentu dan timbulnya 8 Indonesia. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: Tatanusa, 2007), hal. 5. 9 R. Subekti, op. cit, hal. 141. 12

akibat hukum ini memang dikehendaki oleh subyek hukum pelaku perbuatan tersebut 10. 4. Jual beli adalah suatu persetujuan antara dua pihak, dimana pihak kesatu berjanji akan menyerahkan suatu barang, dan pihak lain akan membayar harga yang telah disetujuinya 11. 5. Manajer adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi 12. 6.METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Cara meneliti data kepustakaan adalah untuk mencari data sekunder yang diperoleh dari buku, literatur dan karangan ahli hukum. Tipe penelitian ini adalah deskriptif analitis, karena penulis bermaksud untuk memberikan gambaran atas pemberian kuasa lisan untuk melakukan perbuatan hukum PT, kemudian menganalisanya. Data yang dibutuhkan dalam 10 Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I, (Bandung: Alumni, 1999), hal. 86. 11 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek), diterjemahkan oleh R. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet.28. (Jakarta: Pradnya Paramita, 1996), ps. 1457. 12 Ernie Trisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, edisi I, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), hal. 20. 13

penelitian ini merupakan data sekunder yang mencakup buku-buku dan artikel yang didukung dengan wawancara dengan informan yaitu para wakil dari beberapa PT. Alat pengumpulan data adalah studi dokumen (bahan pustaka) dan wawancara. Studi dokumen itu meliputi : a. bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perjanjian, kuasa lisan dan hal-hal yang berhubungan dengan kasus. b. bahan hukum sekunder, yang terdiri dari bukubuku dan artikel. c. bahan hukum tertier, yang didapat dari kamus besar bahasa Indonesia. Metode analisa data yang penulis gunakan secara kualitatif terhadap data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dan diolah guna perumusan kesimpulan dalam penelitian ini. Maka hasil penelitian bersifat deskriptif-analitis. 7. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan dalam memahami penulisan tesis ini, maka perlu diuraikan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan 14

1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Permasalahan 3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian 5. Definisi Operasional 6. Metode Penelitian 7. Sistematika Penulisan Bab II Tinjauan Hukum Pemberian Kuasa Lisan untuk Melakukan Perbuatan Hukum yang Mengatasnamakan PT 1. Badan Hukum 1.1. Teori dan Konsep Badan Hukum dan Badan Hukum Berupa PT 1.2. Organ PT serta Tugas dan Wewenangnya 2. Teori dan Konsep tentang Perikatan yang dapat Dilakukan oleh PT 3. Pemberian Kuasa yang dapat Dilakukan oleh PT 4. Teori dan Konsep tentang Manajer suatu PT Bab III Analisa Pemberian Kuasa Lisan kepada Manajer Pemasaran PT Y untuk Melakukan Perbuatan Hukum yang Mengatasnamakannya 1. Kasus Posisi 15

2. Pihak yang Berhak Mewakili PT Y dalam Melakukan Perbuatan Hukum 2.1. Perwakilan oleh Direksi PT Y 2.2. Perwakilan oleh Manajer Pemasaran PT Y sebagai Penerima Kuasa 3. Hak dan Kewajiban Manajer Pemasaran PT Y 3.1. Hak dan Kewajiban Manajer Pemasaran PT Y sebagai Pekerja 3.1.1. Hak-hak Manajer Pemasaran PT Y sebagai Pekerja 3.1.2. Kewajiban-kewajiban Manajer Pemasaran PT Y sebagai Pekerja 3.2. Hak dan Kewajiban Manajer Pemasaran PT Y sebagai Penerima Kuasa 4. Sahnya Perbuatan Hukum Perjanjian Jual Beli yang Dilakukan Manajer Pemasaran PT Y dalam Hal Manajer Pemasaran tersebut Mengundurkan Diri 5. Tanggung Jawab Pemberian Kuasa Lisan Kepada Manajer Pemasaran PT Y untuk Melakukan Perbuatan Hukum yang Mengatasnamakan PT Y Bab IV Penutup 1. Kesimpulan 2. Saran 16