BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

Viscocrete Kadar 0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

MIX DESIGN Agregat Halus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

SNI SNI Standar Nasional Indonesia


Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

CONTOH 2 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

BAB III METODE PENELITIAN

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

Berat Tertahan (gram)

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0 karena dapat memberi tampilan yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

PERENCANAAN CAMPURAN (MIX DESIGN) DAN PEMBUATAN BENDA UJI BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. air. Untuk mengurangi berat jenis beton dapat menggunakan material ringan yaitu

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL. SNI By Yuyun Tajunnisa

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

Adapun jumlah benda uji kubus beton dalam penelitian ini sebanyak 176

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB III LANDASAN TEORI

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran beton normal yaitu beton yang mempunyai berat isi 22-25 kg/m 3 dan menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah dan tidak menggunakan bahan tambahan (SK. SNI T-15-199-3, p1). Salah satu bahan utama penyusun beton adalah semen. Semen yang biasa digunakan adalah semen portland yaitu semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik dan bahan tambahan berbentuk kalsium sulfat. Fungsi semen adalah untuk mempersatukan agregat kasar dan agregat halus menjadi satu kesatuan yang kuat setelah semen berekasi dengan air. Berdasarkan fungsinya semen portland dibagi menjadi 5 jenis, yaitu: a. Semen portland tipe I adalah semen portland yang umum digunakan tanpa persyaratan khusus. b. Semen portland tipe II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. c. Semen portland tipe III adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi. d. Semen portland tipe IV adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.

6 e. Semen portland tipe V adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Bahan penyusun beton lainnya adalah agregat. Agregat yang digunakan terdiri dari agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang mempunyai ukuran butir terbesar 4.75 mm sedangkan agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang mempunyai ukuran butir terbesar antara 4.75-38 mm. Di Indonesia, perancangan campuran beton didasarkan pada perancangan campuran beton cara Inggris (The British Mix Design Method) yang tercantum dalam Design of Normal Mixes, dikenal dengan DOE (Departement of Environment, Building Research Establishment Britania). Perancangan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standar perancangan beton normal Indonesia yang dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI. T-15-199-3 dengan judul Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.

7 2.2 Perhitungan Proporsi Beton 2.2.1 Kuat Tekan Rata-Rata Yang Ditargetkan Kuat tekan beton yang disyaratkan (f c ) adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh perencana struktur sedangkan kuat tekan beton yang ditargetkan (f cr ) adalah kuat tekan rata-rata yang diharapkan dapat tercapai dan nilainya lebih besar dari f c. Langkah untuk menentukan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan adalah sebagai berikut: a. Menentukan deviasi standar Nilai standar deviasi diperoleh dari hasil uji tekan beton dengan menggunakan rumus berikut: s = N 1 ( f - f ) c N - 1 cr 2...(2.1) Dimana: s = deviasi standar f c = kuat tekan masing-masing hasil uji (MPa) f cr = kuat tekan beton rata-rata (MPa) N = jumlah hasil uji kuat tekan (minimum 3 benda uji) Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus: Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu, dan kondisi produksi yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan. Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan f c yang nilainya dalam batas ± 7 MPa dari nilai f c yang ditentukan. Paling sedikit terdiri dari 3 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji selama jangka waktu tidak kurang dari 45 hari.

8 Bila suatu produksi beton tidak mempunyai 3 data hasil uji, tetapi hanya ada sebanyak 15 sampai 29 hasil uji berurutan, maka nilai standar deviasi adalah perkalian nilai deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari Tabel 2.1. Bila data uji lapangan untuk menghitung nilai deviasi standar kurang dari 15, maka kuat tekan rata-rata yang ditargetkan f cr harus diambil tidak kurang dari (f c + 12) Mpa. Tabel 2.1 Faktor Pengali Standar Deviasi Jumlah Pengujian Faktor Pengali Deviasi Standar 15 1,16 2 1,8 25 1,3 3 atau lebih 1, Sumber: Tabel 1, SK.SNI.T-15-199-3 b. Menentukan Nilai Tambah (Margin) Nilai tambah ditentukan dengan menggunakan rumus berikut: Dimana: M = k x s...(2.2) M = nilai tambah (margin) k =tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase hasil uji yang lebih rendah dari f c, dalam hal ini diambil 5 % sehingga nilai k = 1,64 s = deviasi standar c. Menentukan Kuat Tekan Rata-Rata Yang Ditargetkan Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan ditentukan dengan rumus berikut: f cr = f c + M...(2.3) f cr = f c +1,64. s...(2.4)

9 2.2.2 Nilai Faktor Air Semen Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat kadar air bebas dan berat kadar semen dalam beton. Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan didasarkan pada: a. Hubungan kuat tekan dan faktor air semen yang diperoleh dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat dipergunakan Tabel 2.2 dan Gambar 2.1, Gambar 2.2, Gambar 2.3 atau Gambar 2.4. b. Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi ketentuan SK.SNI Spesifikasi Beton Tahan Sulfat dan Beton Kedap Air (Tabel 2.4 dan Tabel 2. 5) Tabel 2.2 Perkiraan Kuat Tekan (MPa) Beton Dengan Faktor Air Semen.5 Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Kekuatan Tekan (MPa) Umur (hari) Bentuk benda 3 7 28 91 Uji Semen Portland tipe I atau Semen tahan Batu tak dipecahkan Batu pecah Batu tak dipecahkan 17 23 33 4 19 27 37 45 2 28 4 48 Silinder Kubus sulfat tipe II,V Batu pecah 23 32 45 54 Semen Portland tipe III Batu tak dipecahkan Batu pecah 21 28 38 44 25 33 44 48 Silinder Batu tak dipecahkan Batu pecah 21 31 46 53 3 4 53 6 Kubus Sumber: Tabel 2, SK.SNI.T-15-199-3

1 7 6 91 hr 5 28 hr Kuat Tekan (MPa) 4 3 2 7 hr 3 hr 1,3,4,5,6,7,8,9 1, Faktor Air Semen Gambar 2.1 Grafik Nilai Faktor Air Semen Untuk Benda Uji Berbentuk Silinder Dan Jenis Semen Tipe I / II / V (Sumber: Grafik 1, SK.SNI.T-15-199-3) 8 7 6 91 hr Kuat Tekan (MPa) 5 4 3 28 hr 7 hr 3 hr 2 1,3,4,5,6,7,8,9 1, Faktor Air Semen Gambar 2.2 Grafik Nilai Faktor Air Semen Untuk Benda Uji Berbentuk Silinder Dan Jenis Semen Tipe III (Sumber: Grafik 1, SK.SNI.T-15-199-3)

11 1 9 8 91 hr Kuat Tekan (kg/m2) 7 6 5 4 3 2 28 hr 7 hr 3 hr 1,3,4,5,6,7,8,9 Faktor Air Semen Gambar 2.3 Grafik Nilai Faktor Air Semen Untuk Benda Uji Berbentuk Kubus Dan Jenis Semen Tipe I / II / V (Sumber: Grafik 2, SK.SNI.T-15-199-3) 12 1 91 hr Kuat Tekan (kg/m2) 8 6 4 28 hr 7 hr 3 hr 2,3,4,5,6,7,8,9 Faktor Air Semen Gambar 2.4 Grafik Nilai Faktor Air Semen Untuk Benda Uji Berbentuk Kubus Dan Jenis Semen Tipe III (Sumber: Grafik 2, SK.SNI.T-15-199-3)

12 Beton akan awet/tahan lama bila mempunyai ketahanan terhadap pengaruh cuaca, zat-zat kimia dalam air, pengaruh reaksi kimia yang terjadi dalam betonnya sendiri, keausan (abrasi) dan berkemampuan menahan beban. Selain itu beton akan jauh lebih awet bila kedap air atau permeabilitasnya rendah, air di permukaan beton tidak tembus ke dalam sehingga tidak terjadi reaksi kimia di dalam beton karena zat kimia lebih reaktif bila terjadi larutan. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan yang lebih teliti untuk kondisi beton pada lingkungan yang mengandung sulfat dan lingkungan yang berhubungan dengan air.

13 Tabel 2.3 Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum Pada Lingkungan Umum Beton di dalam ruang Bangunan : a. keadaaan keliling non-korosif b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap air Jumlah Semen Minimum per m 3 Beton (kg) 275 325 Nilai Faktor Air Semen maksimum,6,52 Beton di luar ruangan bangunan : a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325 275,6,6 Beton yang masuk ke dalam tanah : a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Beton yang kontinue berhubungan : a. air tawar b. air laut 325,55 lihat Tabel 2.4 lihat Tabel 2.5 Sumber: Tabel 3, SK.SNI.T-15-199-3

14 Tabel 2.4 Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum Pada Kadar Gang guan Sulfat Lingkungan Yang Mengandung Sulfat Dan Alkali Konsentrasi Sulfat dalam Tipe Kandungan Semen bentuk SO 3 Semen Min (kg/m 3 ) Dalam Tanah Sulfat Ukuran Agregat Maks (mm) Total 4 2 1 SO 3 (%) SO 3 dalam Campur an Air : Tanah = 2 : 1 (g/l) (SO 3 ) Dalam Air Tanah (g/l) 1 <.2 < 1. <.3 Tipe 1 dengan atau tanpa Pozolan (15-4 %) 2.2 -.5 1. - 1.9.3-1.2 3.5-1 1.9-3.1 1.2-2.5 Tipe 1 dengan atau tanpa Pozolan (15-4 %) Tipe I + Pozolan (15-4 %) atau Semen Portland Pozolan Faktor Air Semen 8 3 35.5 29 33 38.5 27 31 36.55 Tipe II / V 25 29 34.55 Tipe I + Pozolan (15-4 %) atau Semen Portland Pozolan 34 38 43.45 Tipe II / V 29 33 38.5 4 1. - 2. 3.1-5.6 2.5-5. Tipe II / V 33 37 42.45 5 > 2. > 5.6 > 5. Tipe II / V + Lapisan Pelindung 33 37 42.45 Sumber: SK.SNI.T-15-199-3

15 Tabel 2.5 Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum Pada Jenis Beton Bertulang atau Pratekan Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Air Kondisi Lingkungan Berhubunga n dengan Faktor Air Semen Maks Tipe Semen Kandungan Semen Min (kg/m 3 ) Ukuran Agregat Maks (mm) 4 2 Air Tawar.5 Tipe I - V 28 3 Air Payau Tipe I + pozolan (15-4.45 %) atau semen portland pozolan 34 38.5 Tipe II atau Tipe V 29 33 Air Laut.45 Tipe II atau Tipe V 33 37 Sumber: Tabel 5, SK.SNI.T-15-199-3 2.2.3 Nilai Slump Penggunaan beton dewasa ini sangat populer digunakan untuk bermacam-macam konstruksi seperti pembuatan plat lantai, kolom, pondasi, bendungan dan lain-lain. Di dalam pelaksanaan, bagian-bagian tersebut mempunyai tingkat workability yang tidak sama, oleh sebab itu adukan beton yang lebih encer sering digunakan untuk berbagai konstruksi yang mempunyai jarak tulangan atau jarak antara acuan cetakan yang sempit, dengan maksud agar adukan beton mengisi seluruh cetakan dengan padat atas bantuan alat penggetar. Pada kondisi sebaliknya dapat digunakan adukan yang lebih kental. Secara umum workability beton normal dipengaruhi faktor air semen. Jika faktor air semen tinggi maka workability juga tinggi tetapi mutu beton berkurang, sedangkan bila faktor air semen rendah maka workability menjadi rendah dengan mutu beton bertambah. Slump adalah ukuran kekentalan adukan beton yang dinyatakan dalam mm dan ditentukan dengan menggunakan kerucut Abram. Slump ditetapkan sesuai dengan

16 kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan (Mulyono 24, p88). Selain itu slump juga sering digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat workability. Besar nilai slump dalam perancangan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: a. 1 mm (workability sangat rendah) b. 1 3 mm (workability rendah) c. 3 6 mm (workability sedang) d. 6 18 mm (workability tinggi) Dalam perancangan campuran beton, besar nilai slump perlu direncanakan dengan hati-hati karena mempengaruhi mutu beton juga kemudahan dalam pengerjaan (workability). Penentuan nilai slump didasarkan pada pertimbangan pelaksanaan pembuatan, cara pengangkutan, penuangan dan pemadatan beton. 2.2.4 Ukuran Agregat Maksimum Ukuran agregat maksimum tidak boleh melebihi: a. Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan. b. Sepertiga dari tebal pelat. c. Tiga per empat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan. Ukuran agregat maksimum dikelompokkan menjadi 3, yaitu: a. Ukuran agregat maksimum 1 mm. b. Ukuran agregat maksimum 2 mm. c. Ukuran agregat maksimum 4 mm.

17 2.2.5 Daerah Gradasi Agregat Halus SK.SNI.T-15-199-3 memberikan syarat-syarat gradasi untuk agregat halus yang diadopsi dari British Standard (BS 812). Gradasi agregat halus dikelompokkan menjadi 4 daerah gradasi yaitu daerah 1, daerah 2, daerah 3 dan daerah 4. 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 95 9 7 6 34 3 2 15 1 5,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.5 Kurva Gradasi Agregat Halus Daerah 1 (Sumber: Grafik 3, SK.SNI.T-15-199-3) 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 1 9 9 75 59 55 3 35 1 8,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.6 Kurva Gradasi Agregat Halus Daerah 2 (Sumber: Grafik 4, SK.SNI.T-15-199-3)

18 Persen Butir Lolos (%) 12 1 8 6 4 2 1 1 1 1 79 9 85 75 6 4 1 12,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.7 Kurva Gradasi Agregat Halus Daerah 3 (Sumber: Grafik 5, SK.SNI.T-15-199-3) 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 1 1 1 95 95 9 8 5 15 15,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.8 Kurva Gradasi Agregat Halus Daerah 4 (Sumber: Grafik 6, SK.SNI.T-15-199-3)

19 2.2.6 Daerah Gradasi Agregat Kasar British Standard (BS 812) memberikan syarat-syarat daerah gradasi untuk agregat kasar yang dikelompokkan menjadi 3 daerah gradasi yaitu gradasi agregat kasar untuk ukuran agregat maksimum 1 mm, 2 mm dan 4 mm. Syarat gradasi agregat kasar ini digunakan sebagai panduan dalam pengujian kelayakan gradasi agregat kasar. 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 85 4 1 4,8 9,6 19, 38, Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.9 Kurva Gradasi Agregat Kasar Untuk Ukuran Agregat Maksimum 1 mm (Sumber: BS 812) 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 95 55 25 1 4,8 9,6 19, 38, Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.1 Kurva Gradasi Agregat Kasar Untuk Ukuran Agregat Maksimum 2 mm (Sumber: BS 812)

2 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 95 7 35 3 1 5 4,8 9,6 19, 38, Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.11 Kurva Gradasi Agregat Kasar Untuk Ukuran Agregat Maksimum 4 mm (Sumber: BS 812) 2.2.7 Daerah Gradasi Agregat Campuran Daerah gradasi agregat campuran adalah daerah gradasi gabungan agregat halus dan agregat kasar sesuai dengan ukuran agregat maksimumnya. Standar SK.SNI.T-15-199-3 memberikan syarat-syarat daerah gradasi untuk agregat campuran yang diadopsi dari British Standard (BS 812). Daerah gradasi agregat campuran dikelompokkan menjadi 3 daerah gradasi yaitu gradasi agregat campuran untuk ukuran agregat maksimum 1 mm, 2 mm dan 4 mm.

21 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 1 75 6 6 46 46 45 34 37 28 26 33 3 2 19 2 14 16 12 6 8 13 4,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19, 38, Kurva 4 Kurva 3 Kurva 2 Kurva 1 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.12 Kurva Gradasi Agregat Campuran Untuk Ukuran Agregat Maksimum 1 mm (Sumber: Grafik 7, SK.SNI.T-15-199-3) 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 1 75 65 55 42 48 42 45 34 35 35 27 28 28 3 21 21 23 12 14 16 9 5 2 3 2,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19, 38, Kurva 4 Kurva 3 Kurva 2 Kurva 1 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.13 Kurva Gradasi Agregat Campuran Untuk Ukuran Agregat Maksimum 2 mm (Sumber: Grafik 8, SK.SNI.T-15-199-3)

22 12 Persen Butir Lolos (%) 1 8 6 4 2 1 75 67 6 59 52 5 47 44 38 4 36 3 31 32 23 24 25 24 15 17 17 18 11 12 12 5 7 7 2 3,15,3,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19, 38, Kurva 4 Kurva 3 Kurva 2 Kurva 1 Ukuran Saringan (mm) Gambar 2.14 Kurva Gradasi Agregat Campuran Untuk Ukuran Agregat Maksimum 4 mm (Sumber: Grafik 9, SK.SNI.T-15-199-3) 2.2.8 Kadar Air Bebas Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampurkan ke dalam beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap agregat. Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut: a. Agregat tak dipecah dan agregat dipecah dipergunakan nilai-nilai pada Tabel 2.6. b. Agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung menurut rumus berikut: ω = 3 2 ωh + 3 1 ωk...(2.5) Dimana: ω = kadar air yang dibutuhkan agregat dalam 1 m 3 beton. ω h = kadar air yang dibutuhkan agregat halus dalam 1 m 3 beton. ω k = kadar air yang dibutuhkan agregat kasar dalam 1 m 3 beton.

23 Tabel 2.6 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m 3 ) Slump (mm) - 1 1-3 3-6 6-1 Ukuran besar butir agregat Maksimum Jenis Agregat 1 mm Batu tak dipecahkan Batu pecah 15 18 18 25 25 23 225 25 2 mm Batu tak dipecahkan Batu pecah 135 17 16 19 18 21 195 225 4 mm Batu tak dipecahkan Batu pecah 115 155 14 175 16 19 175 25 Sumber: Tabel 6, SK.SNI.T-15-199-3 2.2.9 Berat Jenis Relatif Agregat Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan berat jenis relatif agregat, yaitu sebagai berikut: a. Diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat dipakai nilai di bawah ini: Agregat tak dipecah = 2,6 gr/cm 3 Agregat dipecah = 2,7 gr/cm 3 b. Berat jenis relatif agregat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Dimana : BBj.A g = %A h x B j. A h + % A k x B j. A k...(2.6) BBj.A g = berat jenis relatif agregat % A h = persentase agregat halus % A k = persentase agregat kasar BBj.A h = berat jenis agregat halus BBj.A k = berat jenis agregat kasar

24 2.2.1 Proporsi Agregat Halus Dalam Agregat Campuran Proporsi agregat halus ditentukan berdasarkan besar ukuran agregat maksimum, besar slump, nilai faktor air semen dan daerah gradasi agregat halus. Nilai-nilai tersebut kemudian digunakan untuk menentukan persentase agregat halus dalam agregat campuran dengan mengunakan grafik proporsi agregat halus dalam agregat campuran (Gambar 2.15). Pada gambar ini dicantumkan nilai 1 sampai 4, angka-angka tersebut menunjukkan daerah gradasi agregat halusnya. Bila daerah gradasi agregat halus termasuk daerah 1 maka untuk menentukan proporsinya ditunjukkan pada bidang gambar angka 1 (menunjukkan daerah gradasi agregat halus adalah daerah gradasi 1). 8 % Agregat Halus dalam Agregat Campuran 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4,3,4,5,6,7,8,9 1, Faktor Air Semen Gambar 2.15 Grafik Tipikal Proporsi Agregat Halus Dalam Agregat Campuran (Sumber: Grafik 1-12, SK.SNI.T-15-199-3)

25 2.2.11 Berat Jenis Beton Berat jenis beton ditentukan berdasarkan nilai berta jenis relatif agregat campuran dan kadar air bebas dengan menggunakan grafik nilai berat jenis beton yang terdapat pada Gambar 2.16. Berat jenis beton adalah berat beton untuk 1 m 3 volume beton. 28 27 Berat Jenis Beton Basah (kg/m3) 26 25 24 23 BJ Relatif 2.9 BJ Relatif 2.8 BJ Relatif 2.7 BJ Relatif 2.6 22 BJ Relatif 2.5 BJ Relatif 2.4 21 1 12 14 16 18 2 22 24 26 Kadar Air Bebas (kg/m3) Gambar 2.16 Grafik Berat Jenis Beton (Sumber: Grafik 13, SK.SNI.T-15-199-3)

26 2.2.12 Koreksi Proporsi Campuran Beton Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan, maka proporsi campuran beton harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran harus dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit satu kali dalam sehari. Dalam perencanaan di atas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering permukaan (saturated surface dry), sehingga apabila agregatnya tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan, maka harus dalakukan koreksi terhadap kebutuhan bahan. Hitungan koreksi campuran dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: C D a. Air = B - (C k - C a ) x - (Dk -D a ) x 1 1...(2.7) C b. Agregat Halus = C + (C k - C a ) x 1...(2.8) D c. Agregat Kasar = D + (D k - D a ) x 1...(2.9) Dimana: B = jumlah air (kg/m 3 ) C = jumlah agregat halus (kg/m 3 ) D = jumlah kerikil (kg/m 3 ) C a = absorpsi air pada agregat halus (%) D a = absorpsi agregat kasar (%) C k = kandungan air dalam agregat halus (%) D k = kandungan air dalam agregat kasar (%)

27 2.3 Tata Cara Perancangan Proporsi Beton Langkah-langkah pembuatan rencana campuran beton normal dilakukan sbb: a. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan f c pada umur 28 hari. b. Hitung standar deviasi menurut persamaan (2.1). c. Hitung nilai tambah menurut persamaan (2.2). d. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan f cr menurut persamaan (2.3) atau persamaan (2.4). e. Tetapkan jenis semen yang digunakan. f. Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus. Agregat ini dapat dalam bentuk alami (pasir atau koral) atau batu pecah. g. Tentukan nilai faktor air semen. Bila dipergunakan Gambar 2.1, Gambar 2.2, Gambar 2.3, atau Gambar 2.4, maka ikuti langkah-langkah berikut: Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan Tabel 2.2, sesuai dengan semen dan agregat yang akan dipakai. Lihat Gambar 2.1 atau 2.2 untuk benda uji berbentuk silinder atau Gambar 2.3 atau 2.4 untuk benda uji berbentuk kubus. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen.5 sampai memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir 2 di atas. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai memotong kurva yang ditentukan. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.

28 h. Tetapkan nilai faktor air semen maksimum menurut Tabel 2.3, Tabel 2.4 atau Tabel 2.5 (dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai faktor air semen yang diperoleh dari lebih besar dari faktor air semen maksimum, maka nilai faktor air semen yang digunakan adalah nilai faktor air semen maksimum. i. Tetapkan nilai slump. j. Tetapkan ukuran agregat maksimum. k. Tentukan nilai kadar air bebas menurut Tabel 2.6 dan persamaan (2.5). l. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar air bebas dibagi faktor air semen. m. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan, dapat diabaikan. n. Tentukan jumlah semen minimum menurut Tabel 2.3, Tabel 2.4 atau Tabel 2.5. Kadar semen yang diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan. o. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan, jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maksimum yang disyaratkan), maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali. p. Tentukan susunan besar butir agregat halus berdasarkan kurva-kurva yang tertera dalam Gambar 2.5, Gambar 2.6, Gambar 2.7 atau Gambar 2.8. q. Tentukan persentase pasir dengan menggunakan Gambar 2.15. Dengan diketahuinya ukuran butir agregat maksimum, slump, faktor air semen dan daerah gradasi agregat halus, maka jumlah persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia seringkali dijumpai bagian yang lebih halus dari 5 mm dalam jumlah lebih dari 5 %. Dalam hal ini maka jumlah agregat halus yang diperlukan harus dikurangi.

29 r. Hitung berat jenis relatif agregat campuran menurut persamaan (2.6). s. Tentukan berat jenis beton menurut grafik yang terdapat pada Gambar 2.16 sesuai dengan kadar air bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif dari agregat campuran. t. Hitung kadar agregat campuran yang besarnya adalah berat jenis beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas. u. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persentase agregat halus dengan agregat campuran. v. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat campuran dikurangi kadar agregat halus. Dari langkah - langkah di atas telah dapat diketahui susunan campuran bahan-bahan untuk 1 m 3 beton. w. Koreksi proporsi campuran menurut persamaan (2.7), persamaan (2.8) dan persamaan (2.9). x. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang sesungguhnya, perhatikan hal berikut: Jika nilai yang di dapat sesuai dengan nilai yang diharapkan, maka susunan campuran beton tersebut dikatakan baik. Jika tidak, maka campuran perlu dibetulkan. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi/rendah, maka kadar air perlu dikurangi/ditambah (dengan demikian juga kadar semennya, karena faktor air semen harus dijaga agar tetap tidak berubah). Jika kekuatan beton dari campuran uji ini terlalu tinggi atau rendah, maka faktor air semen dapat disesuaikan.