BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

Meningkatkan Kinerja Bidan dalam Upaya Menurunkan Angka Kejadian Partus Lama di RSUD Rokan Hulu. Andriana* Syafneli**

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian ibu secara nasional adalah 359 per kelahiran hidup Rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat, dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

suplemen Informasi Jampersal

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi.proses tersebut akan menentukan kualitas sumber daya manusia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. per kelahiran hidup, AKI yang dicapai masih jauh dari target

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Pada

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, Angka

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian yang fisiologis/ alamiah, akan tetapi di dalam prosesnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif. Beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah (APN, 2008). Menurut Saifudin (2004), 90% kematian ibu terjadi disaat persalinan dan penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya perdarahan, partus lama atau partus tak maju. Deteksi dini pada tiap kemajuan persalinan dan pencegahan partus lama bermakna dapat menurunkan resiko terjadinya sepsis, perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri dengan segala akibatnya. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya mempercapat penurunan AKI mengacu pada intervensi strategi 4 pilar safe motherhood, dimana pada pilar ketiga adalah persalinan yang bersih dan aman. Diharapkan semua kelahiran dibantu oleh tenaga terampil dengan target 80% pada tahun 2005, 85% pada tahun 200 dan 90% pada tahun 205.

2 Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi harus dicegah, mengingat kematian ibu berdampak sangat luas bagi keluarga dan anak-anak yang ditinggalkannya. Upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi dapat dilakukan dengan cara salah satunya pengelolaan persalinan yang benar atau pengamatan dan pencatatan keadaan ibu dan janin ke dalam status ibu bersalin. Angka Kematian Ibu di Jawa Timur dari 38 kabupaten pada tahun 20 sebanyak 627 ibu (04/00.000 KH ), sedangkan Angka Kematian Bayi sebesar 7.000 bayi (29,24/000 KH). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 46,32%, asfiksia (32,5%), infeksi (8,72%), tetanus (6,03%), lain lain (3,6%), kematian neonatal (88%) pada usia 0-6 hari. Penyebab tidak langsung kematian sebagian besar dikarenakan keterlambatan mengenali tanda bahaya risiko. Laporaan dari Dinas Kesehataan Kabupaten Gresik tahun 202 menyebutkan angka kematian ibu di Kabupaten Gresik pada tahun 20 sebanyak 9 orang (98,82/00.000 KH). Angka ini relatif stagnan dibanding dengan angka kematian ibu tahun 200 sebanyak 20 orang (05,9%). Penyebab kematian ibu secara langsung adalah penyakit jantung: 6 orang (3,8%), perdarahan pasca persalinan : 5 orang (26,3%), keracunan kehamilan: 3 orang (5,8%), sepsis: 2 orang (0,5%), penyakit yang menyertai: 2 orang (0,5%), emboli air ketuban orang (5,%). Berdasarkan waktu kejadian kematian diketahui terjadi saat hamil 7 orang (36,8%), saat bersalin 3 orang (5,8%), dan saat nifas sebanyak 9 orang (47,4%).

3 Untuk menjamin kelangsungan hidup ibu dan bayi, bidan harus menerapkan asuhan persalinan normal (APN) sebagai dasar dalam melakukan pertolongan persalinan. Untuk mencegah terjadinya partus lama, APN mengandalkan penggunaan partograf sebagai salah satu praktek pencegahan dan deteksi dini. Partograf merupakan lembar berupa grafik yang digunakan untuk melakukan pemantauan persalinan. Menurut WHO (993), pengenalan partograf sebagai protokol dalam menolong persalinan terbukti dapat mengurangi persalinan lama dari 6,4% menjadi 3,4%. Kegawatan bedah caesaria turun dari 9,9% menjadi 8,3% dan lahir mati intrapartum dari 0,5% menjadi 0,3%. Kehamilan tunggal tanpa faktor komplikasi mengalami perbaikan, kejadian bedah caesaria turun dari 6,2% menjadi 4,5%. Menurut APN (2008) partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk : a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam. b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan

4 asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk: a. Mencatat kemajuan persalinan b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Partograf harus digunakan : a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit. b. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik, bidan swasta, dan rumah sakit). c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

5 Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, kuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka. Partograf merupakan panduan pengelolaan dan observasi persalinan normal yang akan memudahkan penolong persalinan dalam mendeteksi kasus kegawatdaruratan pada ibu dan janin. Partograf memegang peranan penting dalam menentukan diagnosa persalinan. Kasus persalinan lama, ketuban pecah dini, fetal distress pada janin, dan lain-lain yang dapat menimbulkan resiko yang lebih besar dapat dideteksi dengan cepat sehingga pengambilan keputusan yang tepat dalam penanganan persalinan maupun dalam rujukan mampu menyelamatkan ibu dan bayi. Keterbatasan fasilitas pelayanan kesehatan dengan tenaga kesehatan yang terampil dan berkompeten menjadi salah satu faktor yang memperburuk keadaan, menjadi kendala yang sulit dihindari di lapangan, maka tenaga medis dituntut terampil dan memberikan pelayanan yang berkualitas. Pemerintah harus memastikan bahwa semua individu, keluarga dan masyarakat mempunyai akses pelayanan berkualitas yang berorientasi pada klien. Penolong persalinan merupakan kunci dari 5 faktor yang mempengaruhi persalinan, selain power ibu, passanger, passage dan psikologi. Jika semua tenaga penolong persalinan mampu melakukan deteksi dini terhadap komplikasi yang mungkin terjadi maka pencegahan atas resiko kegawatdaruratan obstetri yang lebih buruk dapat dicegah. Penerapan asuhan

6 persalinan secara tepat guna dan tepat waktu, sebelum atau saat terjadi kegawatdaruratan serta bertindak segera dalam melakukan rujukan akan memberikan makna yang cukup berarti dalam mencegah semakin meningkatnya angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi. Menurut Kemenkes, permasalahan di sekitar persalinan adalah belum semua bidan menggunakan partograf pada setiap pertolongan persalinan, belum semua bidan bisa menggunakan partograf dengan benar pada pemantauan persalinan, dan belum semua bidan terampil dalam menolong persalinan. Hasil evaluasi audit maternal perinatal pada tahun 20 ditemukan beberapa faktor yang mengakibatkan kejadian kegawatdaruratan yang sesungguhnya dapat dicegah agar tidak berlanjut pada kematian ibu dan bayi bila penerapan partograf dapat dilakukan secara tepat dan akurat. Jumlah bidan di Kabupaten Gresik hingga tahun 20 mencapai 539 bidan yang tersebar di 34 puskesmas di 26 wilayah Kecamatan. Sebanyak 339 status pegawai negeri sipil (PNS), 80 pegawai tidak tetap (PTT), 04 bidan bekerja di RS swasta dan 6 orang BPS murni. Sedangkan bidan yang melakukan praktek swasta sebanyak 393 bidan telah mendapatkan pelatihan asuhan persalinan normal. Hasil survei pendahuluan bulan Januari 202, di salah satu puskesmas Kabupaten Gresik terdapat 3 bidan dengan 30 bidan praktek swasta yang memberikan pertolongan persalinan, hanya 4 orang (2,9%) bidan yang membuat dokumen partograf yang sesuai dengan jumlah persalinan, seperti pada tabel di bawah ini:

7 Tabel. Penggunaan partograf di satu Puskesmas Duduk Sampeyan Gresik Tahun 202 Bidan Jml Jml persalinan Partograf % Tidak benar dan tidak tepat waktu % Benar dan Tepat Waktu % Kejadian Asfiksia % Perdarahan % R S W E 4 5 8 6 4 5 8 6 00 00 00 00 2 3 5 3 8.69 3.0 2.7 3.0 3 2 3.0 8.7 0-0 0 - - Jumlah 23 23 00 3 56.4 7 30.4 3 3,5 2 8.7 Dari tabel. tampak, dari 22 persalinan yang diamati hanya 3,8 % yang menyusun dokumen partograf benar dan tepat waktu. Ada 3,6% kejadian asfeksia dan perdarahan 9,%. Pengawasan persalinan menggunakan partograf merupakan hal yang sangat penting, karena selain untuk pengawasan persalinan, dokumentasi juga sebagai tolak ukur dalam pelayanan persalinan. Fenomena yang terjadi, pertolongan persalinan yang disertai dengan penyusunan/penggunaan partograf belum berjalan sesuai prosedur. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan bidan memantau persalinan dengan partograf belum sepenuhnya dilakukan dengan baik. Fakta di lapangan banyak ditemukan bidan tidak menyusun dan menggunakan partograf dengan lengkap, benar dan tepat waktu pada waktu menolong persalinan. Berdasarkan survey pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa bidan praktek, sebagian besar mengatakan bahwa penyusunan dokumen partograf tidak mesti dilakukan pada setiap kali menolong persalinan, hanya kadang-kadang saja. Alasan mereka tidak rutin

8 melakukan penyusunan dokumen partograf antara lain repot, selama ini tidak menggunakan partograf bayi bisa lahir. Sebagian besar bidan membuat/menyususn dokumen partograf hanya dilakukan jika melakukan pelayanan persalinan dengan kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan jaminan persalinan saja, karena untuk mengajukan dana. Bidan yang tidak menyusun dokumen prtograf tidak ada kontrol dan tidak ada sanksi dari dinas kesehatan atau Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada bidan praktek swasta atau BPS tidak melakukan pencatatan dengan benar dan tepat waktu, sehingga terjadi keterlambatan dalam merujuk pasien yang berakibat terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Faktor lain yang menyebabkan banyaknya bidan yang tidak melakukan penyusunan partograf karena tidak ada reward dari peemerintah bagi bidan yang melakukan penyusunan partograf dan baik dan sanksi bagi bidan yang tidak melakukan penyusunan partograf dan benar dan tepat waktu. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara pengetahuan, motivasi dan persepsi supervisi dengan ketepatan penyusunan partograf pada yang dilakukan bidan. B. Rumusan Masalah Angka kematian ibu (AKI) yang masih tinggi dan angka kematian bayi yang cenderung meningkat tahun 20 di kabupaten Gresik. Penyumbang AKI yang paling besar adalah pendarahan dan sepsis, sedangkan penyebab AKB adalah asfeksi dan IUFD. Kejadian tersebut dapat

9 dideteksi dan diminimalkan dengan menggunakan partograf secara benar dan tepat waktu. Kebijakan pemerintah mengharuskan penggunaan partograf dalam asuhan persalinan normal, tetapi kenyataannya penggunaan partograf belum sepenuhnya digunakan sebagai protap dalam menolong persalinan di Kabupaten Gresik. Hasil survei pendahuluan ditemukan masih ada bidan yang belum menggunakan/menyusun dokumen partograf secara benar dan tepat. Di pihak lain pengawasan, pembinaan, dan bimbingan pemantuan terhadap bidan di Kabupaten Gresik belum bisa optimal. Kegiatan pembinaan dan bimbingan terhadap bidan dalam melakukan pelayanan persalinan merupakan kegiatan yang dapat mepengaruhi kinerja bidan termasuk penggunaan partograf dalam menolong persalinan. Pembinaan dan pengawasan yang baik akan menimbulkan motivasi bagi bidan untuk melaksanakan tugas profesi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan, motivasi dan supervisi dengan ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan bidan? C. Tujuan Penelitian. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, motivasi dan supervisi dengan ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan bidan.

0 2. Tujuan khusus a. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan bidan. b. Menganalisis hubungan motivasi dengan ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan bidan. c. Menganalisis hubungan supervisi dengan ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan bidan. d. Menganalisis hubungan secara bersama-sama antara variabel pengetahuan, motivasi, dan supervisi terhadap penyusunan partograf yang dilakukan bidan. D. Manfaat Penelitian. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik dalam meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya pelayanan penggunaan partograf dalam menolong persalinan. b. Bagi Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kasanah pustaka dalam Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta Minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan. 2. Bagi Peneliti Untuk membuka wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama pendidikan. 3. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang hubungan antara pengetahuan, motivasi dan supervisi terhadap ketepatan penyusunan partograf yang dilakukan oleh bidan. E. Keaslian Penelitian Peneliti melakukan penelusuran beberapa hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu. Hasil penelusuran penelitian seperti berikut ini : Penelitian dengan judul : Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan Persepsi Perawat tentang Supervisi Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara, Oleh Agung Pribadi (2009). Hasil Penelitian menunjukkan faktor pengetahuan perawat baik 5,6%, tidak baik 48,4%, faktor motivasi perawat baik 54,8%, tidak baik 45,2%, faktor persepsi

2 mengenai supervisi baik 5,6%, tidak baik 48,4%, pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan baik 58,% tidak baik 4,9%. Ada hubungan faktor pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,007), ada hubungan faktor motivasi perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,000), ada hubungan faktor persepsi perawat mengenai supervisi terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,007). Ada pengaruh secara bersama-sama antara faktor pengetahuan (p value = 0,044, Exp (B) = 6,280) dan faktor persepsi perawat mengenai supervisi (p value = 0,044, Exp (B) = 6,280) terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian yang dengan judul : Pengaruh Pelatihan Supervisi Terhadap Penerapan Supervisi Klinik Kepala Ruang dan Peningkatan Kualitas Tindakan Perawatan Luka di RSU PKU Muhammadiyah Temanggung oleh Puguh Widianto (202). Hasil Penelitian menunjukkan faktor pengetahuan perawat baik 5,6%, tidak baik 48,4%, faktor motivasi perawat baik 54,8%, tidak baik 45,2%, faktor persepsi mengenai supervisi baik 5,6%, tidak baik 48,4%, pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan baik 58,% tidak baik 4,9%. Ada hubungan faktor pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,007), ada hubungan faktor motivasi perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,000), ada hubungan faktor persepsi perawat mengenai supervisi terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan (p value = 0,007). Ada pengaruh secara bersama-sama antara faktor pengetahuan (p value = 0,044, Exp (B) = 6,280)

3 dan faktor persepsi perawat mengenai supervisi (p value = 0,044, Exp (B) = 6,280) terhadap pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Indrawati, Universita Diponegoro (2004) dengan judul penelitian : Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bidan Praktik Swasta (BPS) pada Penggunaan Partograf Acuan Maternal Neonatal dalam Pertolongan Persalinan Normal di Wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh masa kerja, jenis tingkat pendidikan, lingkungan social, sarana prasarana bidan praktik swasta terhadap praktik penggunaan partograf, sesuai hasil analisis regresi logistic yang berpengaruh yaitu umur, tinggkat pengetahuan, dan sikap bidan praktik swasta terhadap praktik penggunaan partograf pada pertolongan persalinan normal. Sedangkan variabel yang paling dominan pengaruhnya yaitu sikap, p value = 0,000 (95% Ci = 2,937 62,347). Dari hasil penelusuran tersebut dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan dengan penelitan yang akan dilakukan. Persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada topik yang sama (tentang penyusunan partograf) yang membedakan dengan peneliti sebelumnya adalah terletak pada variabel bebas (supervisi dan motivasi dalam penyusunan dokumen partograf).