BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan dalam negeri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membayar pajak karena bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapapun terutama Wajib Pajak pasti akan berurusan dengan pajak, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pajak. Pajak sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi seperti kasus Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika, dan yang baru-baru

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dipaksakan oleh negara kepada seluruh warga negaranya, peran pajak tentu. sangat besar dalam perkembangan kemajuan ekonomi negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan perusahaan, yang berlomba-lomba untuk mencapai laba. sesuai dengan etika dan menjurus pada pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negera hukum yang menetapkan pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Tentunya dibutuhkan pula biaya yang tidak sedikit untuk

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat KPP Pratama Wilayah Kota Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. terealisasikan, penerimaan terbesar berasal dari sektor pajak, karenanya pajak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang di gunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Departemen Keuangan yang memiliki tugas untuk mengamankan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pajak merupakan penerimaan terbesar Indonesia. Pajak merupakan alat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. dan sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PE DAHULUA. Pemerintah memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan dana yang besar yang tidak hanya bersumber dari pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. polisi melakukan pemeriksaan terhadap saksi, akan tetapi pengertian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak menjadi salah-satu sumber penerimaan kas negara. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat, yaitu tentang data

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, pajak memberi kontibusi terbesar

BAB I PENDAHULUAN. sejak saat itulah Indonesia menganut Self Assessment System. di Indonesia memberi kepercayaan kepada pengusaha kena pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara serta untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. peranan minyak dan gas bumi terhadap penerimaan negara (Munari,2005:120).

BAB I PENDAHULUAAN. dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

Abstrak. Kata Kunci: Peraturan Pajak, Pelayanan Fiskus, Persepsi. vii

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan salah satu komponen yang mendominasi dalam membangun pondasi struktur penerimaan dalam negeri di Indonesia. Pembangunan nasional pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama sama dengan pemerintah. Oleh sebab itu, pajak adalah iuran yang berasal dari masyarakat, maka peran dan kesadaran masyarakat tersebut dalam hal kewajiban membayar pajak harus selalu ditingkatkan. Pentingnya pajak bagi kelangsungan pembangunan negara tidak diragukan lagi, penerimaan pajak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan dalam negeri. Langkah pemerintah sebagai fiskus untuk meningkatkan penerimaan pajak telah dimulai melalui reformasi perpajakan pada tahun 1983 dan masih berlangsung hingga saat ini. Sejak berlakunya reformasi, Indonesia menganut sistem self assessment. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101), Self assessment system adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dengan berlakunya Self Assessment System ini akan menciptakan peluang besar bagi wajib pajak untuk melakukan penyelundupan atau penggelapan pajak (tax evasion). Hal itu sesuai dengan pendapat F.B. Hirawan (2007) yang 1

2 mengungkapkan bahwa secara eksplisit, self-assessment system merupakan sistem perpajakan yang sangat rentan sekali menimbulkan penggelapan pajak (tax evasion). Menurut M. Zain (2008:44) Tax Evasion adalah manipulasi secara illegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang. Kasus Tax Evasion (penggelapan pajak) saat ini makin sering terjadi di Indonesia dan berikut adalah contoh kasus kasus Tax Evasion (penggelapan pajak) yang terjadi di Indonesia : Tabel 1.1 Kasus Penggelapan Pajak Tahun Kasus Penggelapan Pajak 2009 Kasus Gayus Tambunan. 2011 Pencucian uang PT. Asian Agri Group (AAG). 2012 Kasus penggelapan pajak PT. Mutiara Virgo 2013 Kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh salah seorang pengusaha yang bergerak dibidang perdagangan elektronik di Riau. 2014 Kasus penggelapan pajak oleh seorang pengusaha di Sumbawa. Sumber : www.pajak.go.id Menurut Sri Hutami tax evasion biasa dilakukan perusahaan dengan cara membuat faktur palsu, tidak mencatat sebagian penjualan, atau laporan keuangan yang dibuat adalah palsu. Tetapi praktek penggelapan pajak seperti itu sudah sering ketahuan, maka modus penggelapan pajak sekarang berubah. Perusahaan biasanya melaporkan pajaknya relative kecil, sehingga akan ada pemeriksaan oleh aparat pajak. Hasil pemeriksaan biasanya kurang bayar yang sangat besar, perusahaan akan berusaha menyuap pegawai pajaknya agar kurang bayarnya menjadi kecil, hal ini dianggap menguntungkan kedua belah pihak.

3 Semakin canggihnya skema skema transaksi keuangan yang ada dalam dunia bisnis tentu akan menciptakan peluang bagi perusahaan untuk merencanakan pajaknya. Ada dua hal yang sering dilakukan untuk menghemat jumlah pajak yang dilakukan perusahaan yaitu : tax avoiden (penghindaran pajak) dan tax evasion (penggelapan pajak). Jika dipandang dari segi hukum, jelas bahwa tax avoiden adalah sah sepanjang tidak ditemukan unsur kejahatan pada saat pemeriksaan, tetapi untuk tax evasion jelas merupakan pelanggaran (Darussalam, 2009). Tax evasion ini akan membawa akibat, menurut McGee (1994) dana pajak yang seharusnya diterima negara untuk membangun fasilitas umum, membiayai kegiatan pemerintah tidak sampai pada negara, sehingga akan menghambat pembangunan, hak rakyat miskin untuk memperoleh subsidi dari negara tidak bisa diwujudkan. Banyak hal yang terhambat karena dana dari pembayaran pajak tidak masuk ke keuangan negara. Hasil survey Simon James et, al (1996:350), menunjukkan bahwa wajib pajak melakukan tindakan Tax Evasion akibat dipengaruhi oleh : Faktor persepsi wajib pajak terhadap tarif pajak, sistem perpajakan yang berkeadilan, bagaimana kebijakan pemerintah dalam menggunakan pajak yang sudah dibayar, dasar kecenderungan individu terhadap negara dan hukum secara umum, pengaruh lingkungan terhadap negara dan hukum secara umum, pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu, bentuk administrasi perpajakan, praktisi perpajakan, tingkat dan deteksi kemungkinan hukuman, dan pelayanan bagi pembayar pajak.

4 Tinggi rendahnya ketidakpatuhan wajib pajak yang mengarah pada tindakan penggelapan pajak (tax evasion) secara material dipengaruhi juga oleh besaran biaya biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak (Safri Nurmantu, 2003:160). Dalam memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya, Wajib Pajak tentunya akan mengeluarkan sejumlah biaya, baik biaya langsung secara tunai maupun biaya tidak langsung seperti biaya untuk waktu yang habis terpakai dalam menyelesaikan kewajiban kewajiban perpajakan. Biaya biaya untuk memenuhi kewajiban perpajakan dikenal dengan Biaya Kepatuhan Perpajakan (Tax Compliance Cost). Menurut Sanford v. Berg (2005:15), Tax Compliance Cost didefinisikan sebagai seluruh biaya di luar pajak terutang yang dikeluarkan oleh wajib pajak dalam proses pemenuhan kewajiban perpajakannya, mulai dari aspek perpajakan dalam investasinya hingga saat menerima putusan banding dan melunasi pajak terutangnya. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Dadan Kusumawardana (2009) menyatakan bahwa Tax Compliance Cost yang ditanggung oleh wajib pajak relative besar dan hal tersebut mendukung terjadinya tindakan tax evasion. Berikut ini adalah hasil penelitiannya : Tabel 1.2 Tax Compliance Cost Wajib Pajak Badan KPP Pratama Bandung Cibeunying Tahun 2009 Tax Compliance Cost Hasil Penelitian Kriteria Direct Money Cost Fee konsultan pajak dalam sebulan >Rp 5.000.000 Besar Fee akuntan public dalam sebulan >Rp 5.000.000 Besar

5 Biaya mempelajari peraturan perpajakan dalam setahun >Rp 1.000.000 Besar Biaya transport pulang pergi untuk penyetoran dan pelaporan pajak dalam setahun Biaya mempekerjakan pegawai untuk mengarsip data perpajakan Biaya berkomunikasi ( surat menyurat, telpon) dengan account representative. >Rp 500.000 s.d. Rp 1.000.000 >Rp 1. 500.000 s.d. Rp 1.800.000 >Rp 500.000 s.d. Rp 1.000.000 Cukup Besar Cukup Besar Cukup Besar Biaya tak terduga berhubungan dengan pajak setahun >Rp 5.000.000 Besar Time Costs Waktu yang dibutuhkan WP untuk mengisi SPT tahunan Waktu terpakai untuk pulang pergi ke kantor pajak 2 hari 3 jam s.d. 4 jam Cukup Lama Cukup Lama Waktu untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak >4 jam Lama Psychic Costs Perasaan WP setelah menyetor dan melaporkan pajak Tenang Perasaan WP saat menunggu hasil pemeriksaan Tidak Tenang Perasaan WP saat menunggu hasil pengajuan keberatan dan banding Tidak Tenang Sumber : Kusumawardana, Dadan (2009). Menurut Novita (2010:15), faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak badan antara lain sikap individu, niat individu, kondisi keuangan perusahaan, fasilitas perusahaan dan iklim perpajakan. Hal serupa juga dihasilkan dalam pengamatan Norma D. Nowak dalam M. Zain (2008:33), peningkatan penerimaan pajak sebesar 95% adalah hasil dari pengembangan iklim perpajakan. Untuk mencapai iklim perpajakan yang menunjukkan kepatuhan, berbagai

6 langkah telah ditempuh oleh wajib pajak. Salah satunya, melalui training perpajakan, atau menyewa jasa tax agent, sehingga perhitungan yang dihasilkan mempresentasikan nominal seharusnya. Untuk melakukan hal hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit, disamping seperti biaya fotokopi dokumen, formulir, transportasi ke kantor pajak, pengarsipan, dll. Barbone et, Al (2012:2) menyatakan bahwa kepatuhan tidak akan terjadi tanpa effort (usaha), sehingga menjadi warga negara yang patuh terhadap hukum, dibutuhkan effort yang lebih, yakni tax compliance costs. Biaya kepatuhan yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak apabila sangat besar maka keengganan Wajib Pajak untuk membayar pajak dengan benar secara material semakin tinggi, sehingga tindakan tindakan penggelapan pajak (tax evasion) akan semakin meningkat. Esensi dari reformasi birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak adalah memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan meningkat secara berkelanjutan. Dalam hal kualitas pelayanan pajak (Tax Service Quality), Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mendapat kesan dan pandangan umum yang disampaikan oleh masyarakat bahwa masih belum maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hal tersebut didukung oleh hasil survey PT. Surveyor Indonesia yang menyatakan bahwa dari 84.16% indeks kepercayaan yang didapat, 43.52% responden menjawab bahwa kinerja pelayanan DJP sama dengan tahun lalu, artinya tidak ada peningkatan kualitas pelayanan yang dirasakan. Munculnya oknum makelar pajak seperti Gayus, Dhana Widyatmika dan banyak petugas lainnya membuat keyakinan wajib pajak atas kinerja pelayanan pajak berkurang sehingga wajib pajak tidak mau membayar

7 pajak karena takut uangnya digelapkan, adanya biaya - biaya yang dipungut dan bukan untuk pembangunan negara (Nugroho, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kring Pajak 500200 dalam Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak 2012, wajib pajak yang menghubungi dalam hal melakukan pengaduan selama tahun 2012 adalah sebanyak 7.402 panggilan yang masuk, sedangkan panggilan yang berhasil dijawab sebanyak 5.821 atau 78.64%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak masih belum memadai. Reformasi perpajakan berkelanjutan seharusnya diiringi oleh kualitas pelayanan yang lebih maksimal, ternyata fenomena yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:149) salah satu penyebab terjadinya tindakan penggelapan pajak (tax evasion) adalah pelayanan fiskus yang mengecewakan. Pelayanan aparat pajak terhadap masyarakat cukup menentukan dalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar pajak. Hal tersebut disebabkan oleh perasaan wajib pajak yang merasa dirinya telah memberikan kontribusi kepada negara dengan membayar pajak. Jika pelayanan yang diberikan telah memuaskan wajib pajak, mereka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus. Mereka menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai meskipun hanya sekedar dengan pelayanan yang ramah saja, tetapi jika yang dilakukan tidak menunjukkan penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat merasa malas untuk membayar pajak kembali. Mengacu fenomena seperti itu, maka aparat pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas setiap saat kepada wajib pajak

8 serta dapat memupuk kesadaran wajib pajak tentang tanggung jawab membayar pajak (Fikriningrum, 2012). Jatmiko (2006) dalam penelitiannya mengartikan pelayanan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak. Fenomena kualitas pelayanan yang belum maksimal ini turut berkontribusi pada terjadinya tindakan penggelapan pajak (tax evasion). Munculnya fenomena dimana semakin besarnya Tax Compliance Cost yang dikeluarkan oleh wajib pajak, terjadi peningkatan kasus Tax Evasion di Indonesia setiap tahunnya. Fenomena berikutnya juga berhubungan dengan peningkatan kasus Tax Evasion, yakni pada saat proses reformasi perpajakan yang terus berkelanjutan, seharusnya juga diiringi oleh peningkatan Tax Service Quality oleh fiskus, namun yang terjadi pun justru kualitas pelayanan cenderung tidak mengalami peningkatan. Berdasarkan fenomena, teori, pendapat para ahli yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, serta masih belum optimalnya pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) diindikasikan berkontribusi dalam terciptanya tindakan penggelapan pajak atau disebut Tax Evasion. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menguji lebih lanjut mengenai hal menarik yang dilandasi fenomena fenomena di atas dalam penelitian yang berjudul : PENGARUH TAX COMPLIANCE COSTS WAJIB PAJAK BADAN DAN TAX SERVICE QUALITY TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION.

9 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang penulis uraikan maka permasalahan yang akan diidentifikasi adalah : 1. Bagaimana pengaruh Tax Compliance Costs wajib pajak badan terhadap tindakan Tax Evasion? 2. Bagaimana pengaruh Tax Services Quality terhadap tindakan Tax Evasion? 3. Apakah Tax Compliance Costs wajib pajak badan dan Tax Services Quality berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan Tax Evasion? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah agar dapat memberikan bukti empiris mengenai masalah yang diteliti yakni pengaruh Tax Compliance Costs wajib pajak badan dan Tax Services Quality terhadap tindakan Tax Evasion. Kemudian sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji pengaruh Tax Compliance Costs wajib pajak badan terhadap tindakan Tax Evasion. 2. Untuk menguji pengaruh Tax Services Quality terhadap tindakan Tax Evasion. 3. Untuk menguji pengaruh Tax Compliance Costs wajib pajak badan dan Tax Services Quality terhadap tindakan Tax Evasion.

10 1.4. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa pihak diantaranya : 1. Bagi penulis Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi (S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, serta untuk menambah wawasan pengetahuan sebagai bagian dari proses belajar sehingga dapat lebih memahami bagaimana sebenarnya aplikasi dari teori teori yang telah penulis peroleh selama duduk di bangku kuliah, tentunya dengan topik yang penulis pilih. 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sebagai masukan dalam rangka menekan jumlah Tax Compliance Costs wajib pajak, meningkatkan Tax Services Quality oleh petugas pajak dan mengurangi kasus Tax Evasion. 3. Bagi pihak lain Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan menjadi bahan referensi untuk mengkaji topik topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

11 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan selesainya penelitian ini.