BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Pemberantasanpenyakitmenularmerupakan program yang sangatpentingdalampembangunankesehatangunamencapaivisimisipembangunankeseh atandiperlukandukungansistemkesehatannasional (SKN) yang tangguh, subsistempertama SKN adalahupayakesehatanmenular yang mencakupantaralainpemberantasanpenyakitmenular (Depkes RI, 2004).PenelitianDumai N, dkk (2007) beberapafaktor yang berhubungandengankeberadaanjentiknyamuk DBD disuatudaerah, salahsatunyaadalahfaktorkesehatanlingkungan.penelitiankarmila (2009) bahwasanitasilingkungan yang baikdapatmenghindariterjadinyapenyakit DBD. PenyakitDemamBerdarah Dengue (DBD) adalahsalahsatupenyakitmenular yang disebabkanoleh virus dengue ditularkandariseseorangkepada orang lainmelaluigigitannyamukaeaegypti.dbdtelahmunculsebagaimasalahkesehatanmasy arakatinternasionalpadaabad 21, menurut WHO (2000) antaratahun 1975-1995 terdeteksi di 102 negaradari lima wilayah WHO, yaitu 20 negara di Afrika, 42 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tengara, 4 negara di Timur Tengah dan 29 negara di Pasifik Barat (Depkes RI, 2003). Kejadianluarbiasaatau KLB DBD di Indonesia terbesarterjadipadatahun 1998 yaitudengan IR (Inseden Rate)sebanyak 35,19 per 100.000 ribupenduduk,
lalumenurunpadatahun 1999 dengan IR 10,17 per 100.000 ribupenduduk, mengalamipeningkatankembalipadatahun 2000 dengan IR 15,99 per 100.000 ribupendudukdankembalimeningkatpadatahun 2001 dengan IR 21,66 per 100.000 ribupenduduk, kembalimenurunpadatahun 2002 yaitu IR 19,24 per 100.000 ribupendudukdanmeningkattajamkembalipadatahu 2003 yaitu IR 23,87 per 100.000 ribupenduduk. Data di atasmenunjukanbahwapenyakit DBD di Indonesia menjadifenomena yang sangatsulitdiatasi di manakejadian DBD setiaptahunnyaberfluktuasi (Depkes RI, 2004). Berdasarkan dataprofilkesehatanpropinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerahendemisdbdyaitu, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, KabupatenLangkat, KabupatenAsahan, Kota TebingTinggi, Kota PematangSiantardanKabupatenKaro (Profil DinkesPropinsi Sumut, 2006). Angkakejadianpenyakit DBD di Sumatera Utara daritahunketahunmengalamipeningkatan.tahun 2002 jumlahpenderita (IR) adalah 3,6/100.000 penduduk (353 penderita), tahun 2003 sampai 2004 naikmenjadi 8,79/100.000 penduduk (1093 penderita). Padatahun 2005 terjadiledakankasus yang sangattajamyaitu 30,75/100.000 penduduk (3.657) penderita, tahun 2006 terjadipenurunanyaitu 17,58/100.000 penduduk (2.091) penderita, tahun 2007 terjadikembalipeningkatankasusyaitumenjadi 34,5/100.000 penduduk, tahun 2009 sebanyak 1940 penderita 18 orang meninggalduniadanhinggamaret2010 jumlahkasus DBD di Sumatera Utara telahmencapaiangkasekitar 4596
penderitadenganjumlahkorban yang meninggalsebanyak 58 orang (DinkesProvinsi Sumatera Utara, 2010). Daerah aliran sungai merupakan suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai, ke laut atau ke danau. Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai mutlak dilakukan, karena merupakan suatu kesatuan pembangunan wilayah yang kompleks dan menjadikannya sebagai permasalahan yang kompleks pula. Hal ini dapat dilihat dari perubahan kualitas air sungai, kejadian penyakit berbasis lingkungan sehingga berpengaruh terhadap risiko kesehatan pada masyarakat yang berada di daerah aliran sungai, salah satunya adalah penyakit DBD. Hal tersebut di sebabkan oleh perkembangan kegiatan masyarakat yang ada di daerah aliran sungai, yang tidak memperdulikan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai. Pengelolaan limbah yang tidak memenuhi syarat, di mana air limbah rumah tangga di buang langsung ke sungai, dan air limbah tergenang disekitar rumah dan sekitar sungai, sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk, terjadinya banjir sehingga meningkatkan populasi nyamuk, pembuangan sampah ke sungai dimana sebagian sampah seperti kaleng, botol, ban bekas darisampahyang anorganik tertinggal di pinggiran sungai yang dapat menyebabkan tempat bertelur dan berkembang biaknya nyamuk Ae.aegypti. Disamping itu sarana air bersih, seperti tempat penampungan air juga mempengaruhi perkembangbiakan vektor nyamuk
DBD, hal ini disebabkan perilaku masyarakat yang menggunakan tempat penampungan air di bibir sungai, dan tidak memperhatikan syarat-syarat tempat penampungan air. Berdasarkan hasil survey Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Utara terdapat hubungan tempat penampungan air, pengelolaan sampah dan kondisi rumah dengan kejadian DBD. Beberapa kecamatan yang di aliri sungai Deli di kota Medan yaitu Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Johor, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Belawan. Dari beberapa kecamatan tersebut terdapat beberapa kelurahan yang terletak pada daerah aliran sungai (DAS). Dari 5 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Polonia ada 1 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan SukaDamai.Dari 6 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Maimun ada 6 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Aur, Hamdan, Jati, Sei Roja, Sei Mati, Kampung Baru. Dari 6 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Johor ada 5 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Titi Kuning, Kedai Durian, Pangkalan Mansur, Gedung Johor.Dari 6 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Barat ada 6 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Brayan Kota, Karang Berombak, Sei Agul, Glugur Kota, Silalas, Kesawan. Dari 5 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Deli ada 4 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Tanjung Mulia, Mabar, Kota Bangun, Titi Papan.Dari 6
kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan ada 5 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Pekan Labuhan, Besar, Martubung, Nelayan Indah.Dari 5 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Marelan ada 2 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Rengas Pulau, Labuhan Deli dan dari 6 kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Belawan ada 4 kelurahan yang terletak pada DAS yaitu Kelurahan Belawan I, Belawan II, Belawan Bahagia, Belawan Bahari (BLH Sumut, 2010). Dipilihnya Daerah Aliran Sungai Deli Kota Medan sebagai tempat penelitian karena pada daerah tersebut keadaan lingkungannya masih belum memenuhi syarat kesehatan, disamping itu kejadian DBD tinggi. Dari 8 kecamatan yang terletak pada DAS kesemuanya terdapatkasus DBD yaitu: Kecamatan Medan Polonia 43 kasus, Kecamatan Medan Maimun 65 kasus, Kecamatan Medan Johor 132 kasus, Kecamatan Medan Barat 74 kasus, Kecamatan Medan Deli 53 kasus, Kecamatan Medan Labuhan 46 kasus, Kecamatan Medan Marelan 40 kasus, Kecamatan Medan Belawan 9 kasus.(profil Dinkes Kota Medan, 2010). Peneliti memilih 3 jumlah kasus DBD tertinggi di kota Medan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk tiga Kecamatan yang terletak pada DAS Deli yaitu Kecamatan Medan Johor 132 kasus, Kecamatan Medan Barat74 kasus dan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 65 kasus. Berdasarkan survai pendahuluan yang peneliti lakukan terhadap tiga kecamatan yang terletak pada DAS, masing-masing kecamatan ada 10 rumah yang
diobservasi, ternyata secara keseluruhan dari 30 rumah yang di observasi, rumah yang mempunyai tempat sampah sebanyak 12 rumah (40%), rumah yang mempunyai sarana air bersih (SAB) sebanyak 10 rumah (33,33%), rumah yang mempunyai saluranpembuangan air limbah (SPAL) sebanyak 8 rumah (26,66%). Rumah yang mempunyai ventilasi sebanyak 13 (43,33%) Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh sanitasi lingkungan permukiman (sampah, saluran pembuanganair limbah, tempat perindukan nyamuk, sarana air bersih, pencahayaan,ventilasi, kelembaban) terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah aliran sungai Deli di Kota Medan 1.2.Permasalahan Berdasarkanpermasalahanyang diatasdapatdilihatbahwakedaansanitasilingkunganpermukiman diuraikan di daerahaliransungaideli masihrendahdengankejadian DBD yang tinggi, makadariitupenulisinginmenelitiadakahpengaruh sanitasi lingkungan permukiman (sampah, saluranpembuangan air limbah,tempat perindukan nyamuk, sarana air bersih, pencahayaan,ventilasi, kelembaban) terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah aliran sungai Deli di Kota Medan. 1.3.TujuanPenelitian
Penelitianinibertujuanuntukmenganalisispengaruh sanitasi lingkungan permukiman (sampah, saluranpembuangan air limbah, tempat perindukan nyamuksarana air bersih, pencahayaan,ventilasi, kelembaban) terhadap Kejadian Demam Berdarah Denguedi daerah aliran sungai Deli di Kota Medan. 1.4Hipotesis Ada pengaruhantarasanitasilingkunganpermukiman(sampah,saluranpembuanganair limbah, tempat perindukan nyamuk,sarana air bersih, pencahayaan,ventilasi, kelembaban) terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerah aliran sungai Deli di Kota Medan. 1.5.ManfaatPenelitian Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Masyarakat Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga sanitasi lingkungan supaya lingkungan sekitarnya tidak menjadi tempat berkembang biaknya vektor nyamuk Ae. Aegepti. 2. Bagi Pemerintah
Memberikan informasi bagi puskesmas dan instansi kesehatan dalam menyusun program perbaikan sanitasi lingkungan dan juga program pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue di daerah aliran sungai di Kota Medan. 3. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan manajemen kesehatan lingkungan industri tentang Kondisi Sanitasi Lingkungan Permukiman terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) dan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.