BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

INTERAKSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGHADAPI UN. (Studi Situs SMP 2 Randublatung Kabupaten Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SISI DATAR DAN KETRAMPILAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL ( PTK

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebabnya adalah karena dari tahun ke tahun lulusan sekolah, khususnya

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang harus dicapai meliputi standar isi, proses, kompetensi

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS SKRIPSI

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

: ERNA DWI JAYANTI NIM A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional terdapat penjelasan mengenai standar nasional. dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat

UPAYA PENINGKATAN DAYA INGAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DENGAN UMPAN BALIK (PTK di SMPN 2 Nogosari Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. terencana, terarah, dan berkesinambungan. kurikulum yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan. negara-negara yang sudah maju tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu modal awal proses menuju pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN DAN KREATIVITAS SISWA. (PTK Kelas V SD Negeri II Mulyoharjo Jepara) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : MAYA NURHAYATI

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Kabupaten Bandung yang merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berdampak pada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan berkompeten. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN sangat banyak sekali perubahan setiap pergantian Menteri Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PERTANYAAN-PERTANYAAN INOVATIF PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN (PTK

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perwujudan masyarakat Indonesia yang berkualitas dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran fisika berkualitas di SMA merupakan impian bagi sebagian

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia. Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. perlu ditingkatkan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. sebab telah berhasil memasuki semua aktivitas manusia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kompetensinya, dalam rangka mengembangkan kerja sama antar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan guna menghadapi tantangan dunia pada era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Lingkungan strategi pendidikan telah terjadi perubahan yang sangat fundamental, terutama dilihat dari faktor penentu kemajuan suatu negara. Menurut hasil studi Bank Dunia tahun 2000 yang telah disarikan Sukmadinata, dkk (2002 : 7), kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh empat faktor utama, yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology (20%), dan (4) natural recouces (10%). Tiga faktor pertama menempatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor yang strategis. Artinya, ke depan dalam globalisasi ekonomi dan teknologi informasi tuntutan dan kebutuhan utama pengembangan SDM yang memiliki kemampuan dalam (1) mengembangkan inovasi dan kreatifitas, (2) membangun jaringan kerjasama, (3) mengembangkan dan mendayagunakan teknologi, serta (4) mengelola dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki. Perubahan fundamental penting lainnya adalah pergeseran paradigma pembangunan dari sentralisasi ke desentralisasi. Melalui pelaksanaan otonomi daerah, termasuk dalam otonomi bidang pendidikan. Di era otonomi ini, pembangunan pendidikan nasional masih mengalami sejumlah tantangan. Diantaranya, sikap daerah masih menghadapi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kemampuan sekolah dalam (1) menjamin anggaran sekolah, (2) menyiapkan SDM berkualitas, (3) menyediakan sarana dan prasarana yang mencukupi dan memenuhi syarat, (4) menyiapkan manajemen 1

2 yang kuat, dan (5) memberdayakan parsitipasi orang tua siswa dan masyarakat. Menghadapi perubahan yang terjadi pada lingkungan strategi pendidikan tersebut, pertanyaan fundamental yang dapat dilontarkan adalah Sejauh mana lembaga pendidikan menengah mampu menghasilkan SDM yang berkualitas, yaitu memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan dasar sebagai bekal untuk hidup di masyarakat atau untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab, karena pendidikan menengah sebagai peletak dasar tumbuhnya kualitas SDM yang mampu hidup layak dalam kehidupan yang dinamis dan penuh tantangan, secara nasional kualitasnya dilihat dari indikator mutu proses dan mutu keluasan belum sesuai harapan (Depdiknas, 2003 : 10). Menurut Danim (2003 : 24), kelemahan di Indonesia bukan pada desain, melainkan pada tingkat implementasi. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu proses pembelajaran lembaga pendidikan formal pada tingkat mikro perlu peningkatan. Pada konteks Sekolah Menengah Atas (SMA), peningkatan mutu proses pembelajaran matematika sangat diperlukan, karena ada beberapa sumbangan penting yang dapat dihasilkan dari peningkatan mutu pembelajaran matematika. Menurut Sumardiyono (2004 : 31), proses pembelajaran matematika yang bermutu akan bermakna memberikan andil yang penting bagi penciptaan tujuan pendidikan secara umum, yaitu melalui pembentukan manusia yang mempu berfikir logis, sistematik, dan cermat, serta bersifat objektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.

3 Masalah mutu pembelajaran matematika kiranya pantas diangkat ke permukaan untuk peningkatan, karena ada alasan nasional (1) dari dimensi waktu lampau, kondisi mutu produk pembelajaran matematika yang diindikasikan naik turunnya rata-rata Nilai Ujian Nasional (NUN) tidak menentu, (2) dari dimensi waktu masa kini, kondisi sumber daya sekolah yang secara sistematis berpengaruh terhadap mutu pembelajaran matematika belum menggembirakan, dan (3) dari dimensi waktu masa depan, tantangan globalisasi dengan ciri utamanya ekonomi pasar bebas dan persaingan ketenagakerjaan sehingga membutuhkan SDM berkualitas sebagai hasil proses pembelajaran belum menjanjikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Guru sebagai personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut. Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas, pemilik, dan pengelola lembaga pendidikan seyogyanyalah selalu mengikuti perkembangan tersebut. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut administrasi kurikulum. Bidang pengadministrasian ini sebenarnya merupakan

4 pusat dari semua kegiatan di sekolah (Rifai, 1986: 114). Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman (1990: 142), mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi siswa. Mempertimbangkan alasan-alasan tersebut di atas, upaya peningkatan mutu pembelajaran ada baiknya dengan memberikan manajemen pembelajaran matematika sekolah berprestasi. Mengingat sekolah berprestasi dimaksud adalah sekolah yang telah terbukti memiliki keunggulan (prestasi) dibanding sekolah-sekolah lainnya di daerahnya (Depdikbud, 1994: 3). Sekolah berprestasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 dan SMA Al-Islam 1 Surakarta. SMA Negeri 1 Surakarta dibawah pembinaan Depdiknas, dimana aturan pengelolaannya mengacu pada aturan pemerintah dan SMA Al-Islam 1 Surakarta di bawah pembinaan Yayasan Islam, pengelolaannya kecuali mengacu pada aturan pemerintah juga berkewajiban mengikuti aturan Yayasan. Oleh karena itu manajemen pembelajaran yang diterapkan dapat bertindak sebagai pijakan dalam usaha peningkatan mutu pembelajaran yang semuanya disesuaikan dengan karakteristik institusi bersangkutan. B. Fokus Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut, Fokus permasalahan Penelitian ini adalah Bagaimana Manajemen Pembelajaran Matematika

5 Sekolah Berprestasi diterapkan untuk peningkatan mutu hasil belajar? Fokus Permasalahan ini kemudian dirinci dalam dua pertanyaan penelitian. 1. Bagaimana manajemen pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah berprestasi? a. Bagaimana perencanaan pembelajaran? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran? c. Bagaimana penilaian pembelajaran? d. Bagaimana pengawasan pembelajaran? 2. Bagaimana mutu hasil belajar di sekolah berprestasi? a. Bagaimana mutu input? b. Bagaimana mutu proses? c. Bagaimana mutu out put? d. Bagaimana mutu out come? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan, memahami, memaknai hal-hal yang paling mendasar dari manajemen pembelajaran matematika sekolah berprestasi dalam meningkatkan mutu hasil belajar. Manajemen pembelajaran matematika dan mutu hasil belajar sekolah berprestasi tempat penelitian diidentifikasi, digambarkan, serta dikaji secara induktif dalam rangka pengembangan konsep dan pemahaman makna. Secara khusus dan lebih rinci penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi,

6 menggambarkan, dan mengkaji: 1) Manajemen pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah berprestasi dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran. 2) Mutu hasil belajar matematika di sekolah berprestasi dilihat dari mutu input, mutu proses, mutu out put, dan mutu out come. D. Manfaat Penelitian Sebagai studi alamiah, studi ini memberi sumbangan konseptual utamanya pada pendidikan matematika, disamping juga pada studi pembelajaran matematika dan studi mutu hasil belajar matematika. Sebagai studi pendidikan matematika yang aplikatif, studi memberikan sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan formal maupun para guru/ calon guru, baik berupa manajemen pembelajaran maupun proses penyusunannya. 1. Manfaat Teoritis Secara umum, studi ini memberikan sumbangan kepada bidang pendidikan matematika, terutama pada layanan pembelajaran matematika. Telah diakui secara luas, bahwa pembelajaran bermutu akan berdampak peningkatan mutu pendidikan hasil belajar. Komariah dan Triatna (2005: 14) mengutip pendapat Vincent, bahwa organisasi modern yang survice adalah organisasi yang menganut kualitas proses sebagai proses kajian pada setiap pekerjaan dan produk, sehingga bersama manajemen lain, studi ini memperkaya manajemen pembelajaran matematika.

7 Secara khusus, studi ini memberikan sumbangan alternatif strategi pembelajaran matematika pada masing-masing objek kajian matematika, yaitu fakta, konsep, operasi, dan relasi, serta prinsip. Telah menjadi pandangan umum, bahwa objek kajian matematika dan pemecahannya merupakan aspek esensial dalam bidang pembelajaran matematika. Disini, strategi pembelajaran masing-masing objek kajian matematika itu dipertajam dengan ilustrasi contoh materi matematika. 2. Manfaat Praktis Pada tataran praktis, studi ini memberikan sumbangan kepada lembaga pendidikan LPTK maupun sekolah dan kepada guru/ calon guru matematika. Lembaga LPTK maupun sekolah dapat memanfaatkan hasil studi ini untuk mengembangkan kompetensi para guru/ calon guru matematika dibidang pembelajaran. Kompetensi dibidang pembelajaran merupakan kebutuhan yang mendesak, karena pembelajaran bermutu merupakan jantungnya pendidikan secara umum. Bagi para guru/ calon guru matematika, model produk studi ini dapat digunakan untuk penyelenggaraan matematika (dengan memperhatikan karakteristik siswa), dan proses pembelajaran model ini dapat diaplikasikan untuk mengembangkan manajemen pembelajaran matematika lebih lanjut.

8 E. Definisi Operasional Istilah 1. Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan untuk menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Manajemen pembelajaran terdiri dari empat aspek, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran adalah proses mempersiapkan seperangkat rencana pembelajaran guna tercapainya pembelajaran terstruktur. Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan berdasar atas rancangan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian pembelajaran adalah mengukur dan menganalisis hasil dari pelaksanaan pembelajaran guna mengetahui berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Pengawasan pembelajaran adalah suatu tindakan dalam mengawasi kegiatan pembelajaran guna memperbaiki proses pembelajaran yang masih perlu diperbaiki. Perencanaan pembelajaran terdiri dari lima indikator, yaitu: (1) program tahunan, (2) program semester, (3) program modul, (4) program harian dan mingguan, serta (5) program pengayaan dan remidial. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga indikator, yaitu: (1) pendahuluan, (2) pengembangan, serta (3) penutup. Penilaian pembelajaran terdiri dari dua

9 indikator, yaitu penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Pengawasan pembelajaran terdiri dari tiga indikator, yaitu: (1) supervisi kepala sekolah, (2) waktu dilaksanakan pengawasan serta (3) umpan balik dari pengawasan. 2. Sekolah Berprestasi Sekolah berprestasi dalam penelitian ini diartikan sebagai sekolah yang telah terbukti memiliki keunggulan prestasi dibanding sekolah-sekolah lain di daerahnya. Keunggulan prestasi tersebut merupakan hasil dari usaha yang telah dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan. Pada hakekatnya sekolah berprestasi mempunyai sesuatu yang dapat dibanggakan, karena tidak semua sekolah memilikinya. 3. Peningkatan Peningkatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi-kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan. 4. Mutu Hasil Belajar Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa saat proses belajar dan setelah proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan mutu adalah baik buruknya suatu taraf/derajat. Jadi mutu hasil belajar adalah baik buruknya hasil yang dicapai siswa saat proses belajar dan setelah proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

10 Mutu hasil belajar terdiri atas empat aspek, yaitu: (1) mutu input, (2) mutu proses, (3) mutu output, dan (4) mutu out come. Mutu input dengan indikator asal siswa (SMP / MTs) dan rasio rata-rata NUN matematika SMP / MTs. Mutu proses dengan indikator siswa yang tinggal kelas, siswa yang dropout dan tingkat kehadiran dalam pembelajaran matematika. Mutu output dengan persentase kenaikan, persentase kelulusan, dan rata-rata nilai ujian nasional (UN) matematika. Aspek yang terakhir yaitu mutu outcome dengan indikator persentase siswa yang melanjutkan studi dan persentase siswa yang bekerja.