102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

dokumen-dokumen yang mirip
KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Penanganan Infeksi Pada Bayi Akibat Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh Tahun 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

NASKAH PUBLIKASI ANALISA MASALAH KETUBAN PECAH DINI TERHADAP PARITAS DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENELITIAN PENYEBAB PERSALINAN PRETERM

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

¹ Mahasiswa Prodi D III Kebidanan STIKES Duta Gama Klaten ²Pembimbing 1 ³ Pembimbing 2

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Transkripsi:

HUBUNGAN USIA, PARITAS DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI PUSKESMAS JAGIR SURABAYA Titi Maharrani (Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) Evi Yunita Nugrahini (Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Surabaya) ABSTRAK Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam penyulit kelahiran yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Ada beberapa faktor penyebab dari KPD antara lain umur dan paritas ibu. Berdasarkan studi pendahuluan di VK Puskesmas Jagir Surabaya, KPD tahun 2010 sejumlah 22,7%, jauh dari harapan yaitu 5-8%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan umur, paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK Puskesmas Jagir Surabaya, melalui desain cross sectional. Subyek penelitian adalah 144 ibu bersalin yang dipilih dengan teknik Simple Random Sampling. Instrumen penelitian berupa lembar pengumpul data. Analisa data menggunakan uji khi kuadrat dari Yates untuk variabel usia dan uji khi kuadrat dari Pearson untuk variabel paritas dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan dari 144 ibu bersalin terdapat sebagian besar (53,47%) dengan usia beresiko dan sebanyak 64,93% terjadi KPD, ibu bersalin multipara yang sebagian besar (57,38%) terjadi ketuban pecah dini. dan pada ibu bersalin primipara sebagian besar (75,68%) tidak terjadi ketuban pecah dini. Hasil uji khi kuadrat dari Yates didapatkan pada variabel usia χ² hitung (91.514,38) > χ² tabel (3,84), dan pada variabel paritas χ² hitung (11,73) > χ² tabel (5,99), maka diterima. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan umur, paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin. Kata kunci: Umur, Paritas, Ketuban Pecah Dini PENDAHULUAN Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi para kurang dari 5 cm ( Mochtar, Rustam, 1998). Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktu melahirkan (Depkes, FKUI, 2008) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008). Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008). Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009). Walaupun banyak publikasi tentang KPD, penyebabnya belum diketahui dan tidak dapat ditemukan secara pasti, maka tindakan preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi (Hidayat, 2009). Faktor yang menyebabkan terjadinya KPD antara lain paritas, usia ibu, kelainan selaput ketuban, serviks yang pendek, indeksi, serviks inkompeten, trauma, gemeli, hidramnion, kelainan letak, alkohol dan merokok, kelainan selaput ketuban, CPD, usia, faktor golongan darah, defisiensi gizi. Paritas adalah banyaknya anak yang dimiliki oleh ibu dari anak 102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

pertama sampai anak terakhir. Paritas meliputi primipara yaitu ibu yang melahirkan pertama kali, multipara yaitu ibu yang telah melahirkan beberapa kali, dan grandemultipara yaitu ibu yang melahirkan lebih dari 5 kali (Dorland, 2001). Umur individu adalah terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun terakhir (Pariani, Nursalam, 2001). Menurut Hanafi H (2004), usia reproduksi terbagi dalam masa menunda kehamilan yakni umur 20-30 tahun, masa menjarangkan kehamilan yakni umur 20-30 tahun, masa mengakhiri kehamilan yakni usia >30 tahun. Pada paritas, resiko KPD banyak terjadi pada multipara dan grande multi para disebabkan motilitas uterus berlebih, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks. Sedangkan pada usia, bertambahnya usia wanita berhubungan dengan menurunnya fungsi dan kemampuan organ tubuh sehingga meningkatkan resiko timbulnya kelainan kelainan (Anwar, 2007). Di Indonesia dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,70% - 55,30% ibu melahirkan dengan proses ketuban pecah dini (Wahyuni,2009). Di Puskesmas Jagir Surabaya tahun 2010 dari 435 persalinan, terjadi KPD sebanyak 99 (22,7%). Kejadian KPD tersebut terjadi pada usia <20 tahun sebanyak 5%, usia 20-35 tahun sebanyak 53,5% dan pada kelompok usia >35 tahun sebanyak 40%. Sedangkan berdasarkan paritasnya, KPD dialami ibu primipara 5% namun meningkat kejadiannya pada ibu multipara sebanyak 51,5% dan ibu grandemultipara sebanyak 39,3%. Angka kejadian tersebut masih sangat tinggi dari angka kejadian KPD yang diharapkan yaitu sebesar 5-8% (Manuaba, 2007). Berdasarkan latar belakang diatas masalah penelitian adalah tingginya kejadian ketuban pecah dini, dan tingginya kejadian KPD pada multipara dan usia 20-35 tahun. Sehingga peneliti hanya meneliti hubungan kejadian KPD dengan paritas dan usia ibu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Cross Sectional, karena kejadian ketuban pecah dini berdasarkan paritas hanya dilakukan observasi sekaligus dalam waktu yang sama selama penelitian. Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional cross sectional, dimana populasinya adalah seluruh ibu bersalin di VK Puskesmas Jagir Surabaya tahun 2011, sedangkan sampelnya adalah sebagian dari populasi yaitu sebanyak 144 orang. Sebagai variabel penelitian adalah usia, paritas dan kejadian ketuban pecah dini. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji chi-square dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. HASIL PENELITIAN Usia Ibu Bersalin Tabel 1. Distribusi Usia Ibu Bersalin di Puskesmas Jagir No Usia Ibu Bersalin Jumlah Persen 1. Usia beresiko (<20 77 53,47 Th dan >35Th) 2. Usia tidak beresiko 67 46,53 20-35 Th Jumlah 144 100 Pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa dari 144 ibu bersalin, sebagian besar (51,38%) mempunyai usia beresiko yaitu >20 tahun dan <35 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Poedji Rochjati (2003), usia resiko tinggi dalam kehamilan adalah < 20 tahun dan usia > 35 tahun, menurut Hebert Hutabarat dan Ida Gede Bagus Manuaba usia < 20 tahun dan usia > 35 tahun merupakan salah satu faktor kehamilan yang beresiko tinggi. Menurut Manuaba (2007) Usia kurang dari 20 tahun merupakan usia menunda kehamilan, dimana organ-organ reproduksinya belum berfungsi secara maksimal, jalan lahir belum bisa menyanggah bagian yang ada didalamnya secara sempurna. Organ reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang terbentuknya jaringan ikat dan vaskularisasi yang belum sempurna sehingga membentuk selaput ketuban yang tipis dan tidak kuat yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan Musbikin (2004) mengemukakan bahwa pada kehamilan diatas 35 tahun, biasanya penyakit penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi atau diabetes melitus pada wanita lebih sering muncul. Semakin bertambah usia, penyakit degeneratif seperti gangguan pembuluh darah, biasanya lebih banyak muncul 103 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

dibandingkan dengan mereka yang usia muda. Penyakit degeneratif tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi ketuban pecah dini. Peneliti berpendapat usia yang aman untuk melahirkan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Pada hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar (51,38%) ibu bersalin dengan usia beresiko. Fenomena seperti ini dapat terjadi karena ada kebiasaan pada wanita untuk mengejar karir dan membelakangkan menikah pada usia reproduktif, sehingga banyak wanita yang hamil pada usia yang terlambat dan bersalin di luar usia yang aman. Sedangkan menikah pada usia muda biasanya banyak dilakukan untuk menghindari kehamilan di luar nikah. Padahal kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia beresiko yaitu dibawah usia 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-30 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah usia 35 tahun. Pada usia <20 tahun organ reproduksi pada wanita belum terbentuk secara maksimal, ligamenligamen yang menyanggah uterus belum berfungsi secara kuat sehingga kemungkinan terjadinya abortus atau komplikasi kehamilan lainnya dapat terjadi. Pada usia diatas 35 tahun kehamilan biasanya diikuti dengan penyakit-penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi atau deabetes mellitus. Semakin bertambahnya usia, resiko penyakit degeneratif lebih banyak muncul dibandingkan dengan mereka yang usia muda. Penyakit degeneratif tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan pada ibu maupun bayinya. Menunda usia kehamilan pada usia yang terlalu muda seperti mengikuti program keluarga berencana hingga mencapai usia yang reproduktif dan tidak menunda pernikahan dan kehamilan pada usia lanjut adalah salah satu upaya untuk mengurangi komplikasi pada kehamilan dan persalinan sehingga dapat mengurangi angka kematian maternal. Selain itu, komunikasi, informasi dan edukasi yang baik harus diberikan kepada ibu hamil secara tepat. Paritas Ibu Bersalin di VK Puskesmas Jagir Surabaya Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari 144 ibu bersalin, bahwa hampir setengahnya 61 orang (42,36%) adalah multipara. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Harry Oxorn (2010) dapat diketahui bahwa paritas dengan resiko tinggi dapat menyebabkan komplikasi selama masa kehamilan, persalinan, maupun masa nifas. Pada primipara sering terjadi komplikasi namun tidak seluruhnya ibu primipara beresiko mengalami komplikasi, tergantung kesiapan fisik dan psikologis ibu hamil. Tabel 2. Distribusi Paritas Ibu Bersalin di Puskesmas Jagir Surabaya No Paritas Jumlah Persen 1. 2. 3. Primipara Multipara Grandemultipara 37 61 46 25,69 42,36 31,95 Jumlah 144 100 Manurut Manuaba (2007) faktor yang berpengaruh dan mengancam adalah berkaitan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan kelainan dalam proses persalinan seperti ketuban pecah dini, perdarahan dan eklamsia. Oleh karena itu, resiko lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara yang disebabkan mortilitas uterus berlebih, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks, kemungkinan panggul sempit (CPD), perut gantung dan bagian terendah belum masuk pintu atas panggul dapat juga berpengaruh. Jadi paritas yang aman untuk menjalankan kehamilan adalah 2-3 kali. Oleh karena itu ketuban pecah dini banyak yang dialami oleh ibu multiparitas. Menurut peneliti, paritas 2-3 merupakan paritas paling aman bila ditinjau dari sudut kematian maternal. Kelahiran pertama dan jumlah paritas yang tinggi ( lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Pada ibu multipara dan grandemultipara sering terjadi komplikasi karena berkaitan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah menurun sehingga mengakibatkan kelainan dalam proses persalinan, namun tidak seluruhnya ibu dengan kehamilan paritas tinggi beresiko mengalami komplikasi. Selain itu, banyak anggapan pada masyarakat yang berfikir bahwa banyak anak (paritas tinggi) akan membawa banyak rezeki. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena kenyataanya semakin banyak anak maka 104 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga menuntut semakin tingginya pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Padahal seorang anak tidak hanya membutuhkan kebutuhan pangan saja, kebutuhan hidup dan pendidikan yang layak juga patut dipenuhi dengan baik. Hal ini dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana karena sebagian kehamilan dengan paritas tinggi adalah tidak direncanakan. Dengan program keluarga berencana ibu multipara dapat dicegah agar tidak terjadi kehamilan grandemulti. Sehingga resko terjadinya komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas dapat dikurangi. Asuhan kehamilan dan persalinan yang baik juga dibutuhkan, misalnya memberikan kumunikasi, informasi, dan edukasi saat antenatal care yang meliputi persiapan persalinan, proses persalinan dan pendamping saat bersalin. Ketuban Pecah Dini di VK Puskesmas Jagir Surabaya Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Jagir Surabaya No Ketuban Pecah Dini JumlahPersen 1 Ketuban pecah dini 70 48,61 2 Tidak ketuban pecah dini 74 51,39 Jumlah 144 100 Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari 144 ibu bersalin sebagian besar 74 (51,38%) tidak mengalami ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rayburn (2001) bahwa insidensi KPD berkisar dari 4,5% sampai 7,5% dari seluruh kehamilan. KPD preterm terjadi pada kira-kira 1% kehamilan dan jelas merupakan problema yang sangat menantang untuk para dokter spesialis obstetric. Menurut Nugroho (2010) menyebutkan bahwa insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Hal yang menguntungkan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95%, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjdi sekitar 35% dari semua kehamilan kurang bulan dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome). Sampai saat ini masih banyak pertentangan mengenai penatalaksanaan ketuban pecah dini yang bevariasi, dari tidak melakukan manipulasi apapun sampai pada tindakan yang berlebih lebihan. Menurut peneliti, ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Walaupun banyak publikasi tentang KPD, penyebabnya belum diketahui dan tidak dapat ditemukan secara pasti, maka tindakan preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Namun ada banyak faktor predisposisi yang dapat mendukung terjadinya KPD seperti usia ibu, paritas, CPD, serviks yang inkompeten, trauma, hidarmnion, gemeli, kelainan letak, kelainan selaput ketuban, alhokol dan merokok. Beberapa pencegahan ketuban pecah dini dapat dilakukan, namun belum ada yang cukup efektif. Mengurangi aktivitas dan istirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga sangat dianjurkan. Selain itu menghindari faktor predisposisi juga disarankan untuk menghidari ketuban pecah dini. Bidan sebagai medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat, sebaiknya bersifat konsevatif artinya tidak terlalu banyak melakukan intervensi, maka sikap bidan yang paling penting adalah melakukan rujukan sehingga penanganan kasus ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat. Kesalahan dalam mengelola ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Oleh karena itu diperlukan pengawasan serta perawatan yang signifikan kepada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada tabel 4 dapat dijelaskan bahwa dari 116 ibu bersalin terdapat ibu bersalin dengan usia beresiko (<25 tahun dan > 35 105 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

tahun) yang mengalami KPD sebanyak 50 orang (64,93%) dan pada ibu bersalin dengan usia tidak beresiko (20-35 tahun) sebagian besar (70,14%) tidak mengalami ketuban pecah dini. Tabel 4. Hubungan Usia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Jagir Surabaya Kejadian Ketuban Pecah Dini Jumlah Usia KPD Tidak KPD % % % Beresiko 50 64,93 27 35,07 77 100 Tidak beresiko 20 29,85 47 70,15 67 100 Jumlah 70 48,61 74 51,39 144 100 Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2007) bahwa usia merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Dr. Prasanthi (2009) menyebutkan ketuban pecah dini terjadi pada wanita hamil <20 tahun atau >35 tahun. Sedangkan menurut Saifuddin AB (2006) ketuban pecah dini dapat terjadi pada wanita hamil dengan umur <18 tahun atau >40 tahun. Menurut Manuaba (2007) Usia kurang dari 20 tahun merupakan usia menunda kehamilan, dimana organ-organ reproduksinya belum berfungsi secara maksimal, jalan lahir belum bisa menyanggah bagian yang ada didalamnya secara sempurna. Organ reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang terbentuknya jaringan ikat dan vaskularisasi yang belum sempurna sehingga membentuk selaput ketuban yang tipis dan tidak kuat yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini. Sedangkan Musbikin (2004) mengemukakan bahwa pada kehamilan diatas 35 tahun, biasanya penyakit-penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi atau diabetes melitus pada wanita lebih sering muncul. Semakin bertambah usia, penyakit degeneratif seperti gangguan pembuluh darah, biasanya lebih banyak muncul dibandingkan dengan mereka yang usia muda. Penyakit degeneratif tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi ketuban pecah dini. Adanya gangguan pembuluh darah atau devaskularisasi dapat menyebabkan nekrosis pada jaringan sehingga jaringan ikat yang menyangga membrane ketuban makin berkurang yang akhirnya mengakibatkan ketuban pecah dini. Menurut peneliti, ketuban pecah dini dapat terjadi pada wanita hamil dengan umur <20 tahun atau > 35 tahun. Usia kurang dari 20 tahun merupaka usia menunda kehamilan, dimana organ organ reproduksinya belum berfungsi secara maksimal, jalan lahir belum bisa menyanggah bagian yang ada didalamnya secara sempurna. Organ reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang terbentuknya jaringan ikat dan vaskularisasi yang belum sempurna sehingga membentuk selaput ketuban yang tipis dan tidak kuat yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini. Pasien yang memiliki faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini diperlukan pendeteksian dan penatalaksanaan sedini mugkin. Langkah preventif oleh tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan. Komunikasi, informasi dan edukasi yang baik dapat memberikan motivasi ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga dapat mendeteksi terjadinya komplikasi sedini mungkin. Hubungan Paritas dengan Ketuban Pecah Dini Tabel 5. Hubungan Paritas dengan Ketuban Pecah Dini di Puskesmas Jagir Surabaya Kejadian Ketuban Paritas Pecah Dini Jumlah KPD Tidak KPD % % % Primipara 9 24,32 28 75,68 37 100 Multipara 35 57,38 26 42,62 61 100 Grande multipara 26 56,52 20 43,48 46 100 Jumlah 70 48,61 74 51,39 144 100 Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa dari 144 ibu bersalin terdapat ibu bersalin multipara yang sebagian besar (57,38%) terjadi ketuban pecah dini. dan pada ibu bersalin primipara sebagian besar (75,67%) tidak mengalami ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2007) yang mengatakan bahwa faktor prediposisi dari ketuban pecah dini salah satunya adalah multipara. 106 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

Menurut Geri Morgan dan Carole Hamilton (2009), paritas merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan ketuban pecah dini karena peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama kelahiran sebelumnya. Manurut Manuaba (2007) faktor yang berpengaruh dan mengancam adalah berkaitan dengan fungsi organ reproduksi yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan kelainan dalam proses persalinan seperti ketuban pecah dini, peeradarahan dan eklamsia. Oleh karena itu, resiko lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara yang disebabkan mortilitas uterus berlebih, kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks, kemungkinan panggul sempit (CPD), perut gantung dan bagian terendah belum masuk pintu atas panggul dapat juga berpengaruh. Jadi paritas yang aman untuk menjalankan kehamilan adalah 2-3 kali. Oleh karena itu ketuban pecah dini banyak yang dialami oleh ibu multiparitas. Menurut peneliti, kettuban pecah dini sering terjadi pada multipara dan grandemultipara yang disebabkan hipermotilitas uterus dan kelenturan leher rahim yang berkurang sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks, namun tidak semuanya mengalami ketuban pevah dini, dan jika ketuban pecah dini terjadi pada primipara mungkin disebabkan oleh trauma, infeksi genetalia, serviks inkompeten, gemeli, hidramnion, disproposi sefalopelvik, dan faktor predisposisi yang lain. Pasien pasien yang memiliki faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini diperlukan pelaksanaan dan pendeteksian sedini mungkin dan juga sebagai langkah preventif hendaknya tenaga kesehatan lebih meningkatkan komunikasi, informasi, edukasi, dan motivasi pada ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan antenatal care sacara rutinm untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan dan persalinan serta memberikan informasi tentang tandatanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda persalinan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan umur, paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK Puskesmas Jagir Surabaya tahun 2011 terhadap sample sejumlah 144 ibu bersalin, terdapat beberapa simpulan sebagai berikut : (a) Usia ibu bersalin di VK Puskesmas Jagir Surabaya separuhnya adalah dengan usia beresiko ( <20 tahun dan >35 tahun). (b) Paritas ibu bersalin di VK Puskesmas Jagir Surabaya hampir setengahnya ibu bersalin multipara. (c) Ketuban pecah dini di VK Puskesmas Jagir Surabaya dialami hampir setengahnya ibu bersalin. (d) Ada hubungan usia, paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di VK Puskesmas Jagir Surabaya. Sehingga disarankan: (a) Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan di Puskesmas, sebaiknya dapat lebih meningkatkan keikutsertaanya dalam memberikan konseling kepada ibu tentang usia reproduktif dan paritas yang baik bagi kehamilan dan persalinan untuk mengurangi bahaya dari kehamilan dan persalinan dengan usia beresiko dan paritas tinggi. Selain itu, penekanan terhadap informasi tanda bahaya kehamilan bagi ibu hamil dan bersalin untuk pencegahan komplikasi kehamilan terutama kasus ketuban pecah dini.(b) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan umur, paritas dengan kejadian ketuban pecah dini dengan waktu dan responden yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Bobak, dkk. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Cunningham, FG. 1998. Obstetri William. Jakarta : EGC Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC Hicker, Neville F. 2001. Esensisal Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga Hidayat, Asri, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika Hidayat, A.A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Liu, David TY. 2008. Manual Persalinan. Jakarta : EGC 107 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf

Manuaba, Ida Ayu C. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC Manuaba, Ida Bagus Gede, dkk. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : YBSP Morgan, Geri dan Hamilton Carole. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates Norwitz, Errol and John Schorge. 2008. At a Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta : Rinepka Cipta Nogroho, Taufan. 2010. Buku ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Muha Medika Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Oxorn, Harry dan Wiliiam R Forte. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta : Yayasan Esaentia Medika Rayburn, William F. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBPSP Varney, Hellen. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC Wahyuni, Ningrum. 2010. Ketuban Pecah Dini. http//ningrumwahyuni.wordpress.com Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 108 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/sf