FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP/MTs DI KECAMATAN MOJOAGUNG, KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2014

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SHISHA PADA SISWA SMA X DI KOTA SEMARANG

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

GAMBARAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SMA NEGERI 1 PEKUTATAN, KECAMATAN PEKUTATAN, KABUPATEN JEMBRANA TAHUN

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

With the Actions of Smoking within Students of 9 State High School Manado.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

PERSEPSI REMAJA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA DI BANDAR LAMPUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A Correlation Family and Friend to Smoking Behavior in Student of SMA Muhammadiyah 1 Sragen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ANAK LAKI-LAKI USIA TAHUN DI KELURAHAN TANAH RAJA KOTA TERNATE

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA IKLAN ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Semarang) ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014 Eneng Vini Widianti, Tri Yunis Miko Wahyono Departemen Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia viniwidianti@yahoo.co.id ABSTRAK Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Selain itu, usia memulai kebiasaan merokok di Indonesia relatif tergolong muda. Penelitian ini berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok Siswa SMP Negeri X di Kota Bogor Tahun 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor (umur, jenis kelamin, pengetahuan, sikap, ketersediaan rokok, keterjangkauan terhadap rokok, perilaku merokok keluarga, perilaku merokok teman, perilaku merokok guru, dan paparan iklan rokok) dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri X Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 250 siswa. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat ukur penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 23,2% responden pernah merokok, 38,1% berjenis kelamin laki-laki dan 12,4% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil uji khai kuadrat terdapat empat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku merokok pada siswa SMP Negeri X Kota Bogor diantaranya jenis kelamin dengan OR 4,342, keterjangkauan terhadap rokok dengan OR 0,242, ketersediaan rokok dengan OR 3,624 dan perilaku merokok teman dengan OR 5,559. Dengan tingkat kepercayaan 95% untuk semua variabel. Factors Associated with Smoking Behavior SMP Negeri "X" Students in the city of Bogor in 2014 ABSTRACT Smoking is a public health concern because it lead to variety of illnesses and even death. The number of smokers in Indonesia from year to year tends to increase. In addition, age started smoking in Indonesia is relatively young. This study entitled Factors Associated with Smoking Behavior Junior High School "X" Students in the city of Bogor in 2014. Purpose of this study was to determine the relationship between the factors (age, sex, knowledge, attitudes, cigarette availability, affordability of cigarettes, family smoking behavior, smoking behavior of friends, teachers smoking behavior and exposure to cigarette advertising) with adolescent smoking behavior in Junior High School "X" Bogor. This research is a quantitative study using cross-sectional design. The sample in this study amounted to 250 students. This study used a questionnaire as a measure of research. The results of this study showed that 23,2% of respondents had ever smoked 38,1% were male and 12,4% female. Based on the test results khai squares are four variables have a significant association with smoking behavior in students of SMP Negeri "X" Bogor including sex

with OR 4,342, affordability of cigarettes with OR 0,242, availability of cigarettes with OR 3,624 and smoking behavior of friends with OR 5,559. With a confidence level of 95% for all variables. Keywords: Adolescence, Cigarette, Smoking Behavior Pendahuluan Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Indonesia menempati urutan ketiga setelah Cina dan India dengan jumlah perokok terbanyak di seluruh dunia (Menkokesra, 2012). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3 %. Jawa Barat adalah provinsi kedua dengan jumlah perokok terbanyak di Indonesia setelah Kepulauan Riau, dengan perokok setiap hari 27,1 % dan kadang-kadang merokok 5,6 % (Kemenkes RI, 2013). Bogor merupakan satu-satunya kota di Jawa Barat yang sudah mempunyai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Namun, hal itu tidak membuat jumlah perokok di kota Bogor menurun. Berdasarkan data Riskesdas Provinsi Jawa Barat tahun 2013 proporsi perokok terbanyak adalah di kota Bogor dengan perokok setiap hari sebesar 32% (Kemenkes RI, 2013). Menghisap rokok dikalangan remaja sudah menjadi trend akhir-akhir ini, banyak sekali dijumpai remaja-remaja yang berkumpul bersama sambil asik menghisap rokok. Bila kebiasaan merokok dikalangan remaja dibiarkan begitu saja, maka akan tertanam di benak para remaja bahwa merokok sudah menjadi mode dan gaya hidup remaja. Remaja yang mulai merokok dapat menjadi kecanduan, sehingga mungkin akan terus merokok ketika telah dewasa nantinya berisiko menderita penyakit Jantung, Kanker paru-paru dan penyakit berbahaya lain. Tak hanya berisiko menyebabkan penyakit berbahaya, rokok juga merupakan pintu menuju penyalahgunaan obatobatan terlarang. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMP Negeri X di Kota Bogor tahun 2014.

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif sederhana yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMP Negeri X di Kota Bogor tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Sumber data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden dan data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Teknik analisis yang diguanakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Perilaku Merokok Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Responden Perilaku Merokok Responden Merokok Tidak merokok Frekuensi n = 250 58 192 Persentase (%) 23,2 76,8 Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase responden yang pernah merokok (23,2%) lebih rendah dari pada responden yang tidak pernah merokok (76,8%). b. Faktor Predisposisi Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Predisposisi Umur 14 tahun > 14 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pengetahuan Rendah Tinggi Sikap Faktor Predisposisi Frekuensi n = 250 200 50 105 145 113 137 Persentase (%) 80 20 42 58 45,2 54,8

Positif Negatif 133 117 53,2 46,8 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden berumur 14 tahun memiliki persentase lebih tinggi, yaitu sebesar 80 %, dari pada persentase responden yang berumur > 14 tahun (20 %). Persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi, yaitu sebesar 58 % dari pada persentase responden laki-laki, yaitu 42%. Responden yang berpengetahuan tinggi (54,8%) lebih banyak dari pada responden yang berpengetahuan rendah (45,2%). Responden yang memiliki sikap positif terhadap rokok (53,2%) lebih tinggi dari pada responden yang memiliki sikap negatif (46,8%). c. Faktor Pemungkin Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan Rokok Faktor Pemungkin Ketersediaan Tersedia Tidak tersedia Keterjangkauan Tidak terjangkau Terjangkau Frekuensi n = 250 226 24 49 201 Persentase (%) 90,4 9,6 19,6 80,4 Berdasarkan tabel 3 sebanyak 90,4% responden menyatakan bahwa di lingkungan sekitar sekolah atau rumahnya tersedia warung yang menjual rokok sedangkan 9,6% menyatakan tidak tersedia. Responden yang mempunyai keterjangkauan biaya terhadap rokok 80,4% lebih tinggi dari pada responden yang tidak mempunyai keterjangkauan terhadap rokok (19,6%). d. Faktor Penguat Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Penguat Faktor Penguat Perilaku Keluarga Ya Tidak Perilaku Teman Ya Tidak Perilaku Guru Ya Tidak Frekuensi n = 250 178 72 190 60 183 67 Persentase (%) 71,2 28,8 76 24 73,2 26,8 Paparan Iklan Rokok Terpapar 226 90,4

Tidak terpapar 24 9,6 Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa 71,2% responden menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang merokok, sedangkan sisanya menyatakan tidak ada (28,8%). Responden yang mempunyai teman yang merokok (76%) lebih tinggi dari pada responden yang tidak mempunyai teman yang merokok 24%. 98% responden menyatakan bahwa ada guru di sekolah mereka yang merokok, sedangkan sisanya menyatakan tidak ada (2%). Responden yang terpapar iklan rokok memiliki persentase yang lebih tinggi, yaitu sebesar 90,4% dari pada responden yang tidak terpapar (9,6%). 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Antara Umur Responden dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 5. Hubungan Antara Umur dengan Perilaku Merokok Umur Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok N % N % n % 14 tahun 47 23,5 153 76,5 200 100 1,089 0,517 2,293 Nilai p 0,493 >14 tahun 11 22 39 78 50 100 Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok pada umur 14 tahun (23,5%) lebih besar dari pada responden yang merokok berumur lebih dari 14 tahun (22%). Berdasarkan uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,493 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan variabel perilaku merokok. b. Hubungan Antara Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Responden Jenis Perilaku Merokok Total OR Kelamin Merokok Tidak Merokok n % n % n % Laki-laki 40 38,1 65 61,9 105 100 4,342 (2,309 8,165) Nilai p 0,000 Perempuan 18 12,4 127 87,6 145 100 Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin responden dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok pada laki-laki (38,1) lebih besar dari pada responden perempuan yang merokok (12,4%). Berdasarkan uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan variabel perilaku merokok. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 4,342 artinya laki-laki mempunyai peluang 4,342 kali lebih besar untuk merokok dari pada perempuan. c. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 7. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Rokok dengan Perilaku Merokok Pengetahuan Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok n % N % n % Rendah 23 20,4 90 79,6 113 100 0,745 (0,410 1,354) Nilai p 0,207 Tinggi 35 25,5 102 74,5 137 100 Hasil analisis hubungan anatara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan memiliki pengetahuan rendah (20,4%) lebih rendah dari pada proporsi responden yang merokok namun memiliki pengetahuan tinggi (25,5%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,233 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok. d. Hubungan Antara Sikap Terhadap Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 8. Hubungan Antara Sikap Terhadap Rokok dengan Perilaku Merokok Sikap Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok N % N % n % Positif 27 20,3 106 79,7 133 100 0,707 0,392 1,274 Nilai p 0,157 Negatif 31 26,5 86 73,5 117 100 Total 58 23,1 192 76,8 250 100 Hasil analisis hubungan anatara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan memiliki sikap positif (20,3%) lebih rendah dari pada proporsi responden yang merokok namun memiliki sikap negatif terhadap rokok (26,5%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,157 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok.

e. Hubungan Antara Ketersediaan Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 9. Hubungan Antara Ketersediaan Rokok dengan Perilaku Merokok Ketersediaan Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok n % N % n % Tersedia 56 24,8 170 75,2 226 100 3,624 0,826 15,897 Nilai p 0,051 Tidak tersedia 2 8,3 22 91,7 24 100 Hasil analisis hubungan anatara ketersediaan rokok dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan tersedia rokok di lingkungan sekitar (24,8%) lebih tinggi dari pada proporsi responden yang merokok namun tidak tersedia rokok di lingkungan sekitar (8,3%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,051, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan rokok dengan perilaku merokok. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 3,624, artinya responden dengan ketersediaan rokok di lingkungan sekitar rumah dan sekitar sekolahnya mempunyai peluang 3,624 kali lebih besar untuk merokok dari pada yang tidak tersedia rokok di lingkungannya. f. Hubungan Antara Keterjangkauan dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 10. Hubungan Antara Keterjangkauan Terhadap Rokok dengan Perilaku Merokok Keterjangkauan Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok n % n % N % Tidak terjangkau 4 8,2 45 91,8 49 100 0,242 (0,083 0,705) Nilai p 0,003 Terjangkau 54 26,9 147 73,1 201 100 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara uang saku dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan mempunyai uang saku yang terjangkau terhadap rokok (26,9%) lebih besar dari pada responden yang tidak terjangkau (8,2%). Berdasarkan uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,003 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel uang saku dengan variabel perilaku merokok. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 0,242, artinya responden dengan uang saku yang terjangkau terhadap rokok peluang 0,242 kali lebih besar untuk merokok dari pada yang tidak terjangkau. mempunyai

g. Hubungan Antara Perilaku Keluarga dengan Perilaku Merokok Responden Perilaku Keluarga Tabel 11. Hubungan Antara Perilaku Keluarga dengan Perilaku Merokok Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok N % n % n % Ya 41 23 137 77 178 100 0,968 (0,507 1,848) Nilai p 0,522 Tidak 17 23,6 55 76,4 72 100 Hasil analisis hubungan antara perilaku keluarga dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan terdapat anggota keluarganya yang merokok (23%) lebih rendah dari pada proporsi responden yang merokok namun tidak ada keluarga yang merokok (23,6%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,522 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku keluarga dengan perilaku merokok. h. Hubungan Antara Perilaku Teman dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 12. Hubungan Antara Perilaku Teman dengan Perilaku Merokok Responden Perilaku teman Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok n % n % n % Ya 54 28,4 136 71,6 190 100 5,559 (1,922 16,081) Nilai p 0.000 Tidak 4 6,7 56 93,3 60 100 Hasil analisis hubungan antara perilaku teman dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan mempunyai teman yang merokok (28,4%) lebih tinggi dari pada proporsi responden yang merokok namun tidak mempunyai teman yang merokok (6,7%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku teman dengan perilaku merokok. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 5,559, artinya responden yang memiliki teman yang merokok mempunyai peluang 5,559 kali lebih besar untuk merokok dari pada yang tidak. i. Hubungan Antara Perilaku Guru dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Guru dengan Perilaku Merokok Responden Perilaku Guru Perilaku Merokok Total OR Merokok Tidak Merokok n % n % n % Nilai p

Ya 55 22,4 190 77,6 245 100 0,193 (0,031 1,184) 0,083 Tidak 3 60 2 40 5 100 Hasil analisis hubungan antara perilaku guru dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan ada guru yang merokok (22,4%) lebih rendah dari pada proporsi responden yang merokok namun tidak ada guru yang merokok di sekolahnya (60%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,083 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku guru dengan perilaku merokok. j. Hubungan Antara Paparan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Tabel 14. Hubungan Antara Paparan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Paparan Iklan Perilaku Merokok Total OR Rokok Merokok Tidak Merokok n % n % n % Terpapar 52 23 174 77 226 100 0,897 (0,338 2,376) Nilai p 0,499 Tidak terpapar 6 25 18 75 24 100 Hasil analisis hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok responden diperoleh bahwa proporsi responden yang merokok dan terpapar iklan rokok (23%) lebih rendah dari pada proporsi responden yang merokok namun tidak terpapar iklan rokok (25%). Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,499 (p > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok. Pembahasan 1. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini salah satunya karena menggunakan desain cross sectional. Desain studi cross sectional adalah desain studi dimana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, sehingga tidak bisa memberikan penjelasan tentang hubungan sebab akibat. Hubungan yang didapatkan hanya menunjukkan keterkaitan antara variabel independen dan dependen. Dalam penelitian ini jug terdapat bias

seleksi sampel penelitian karena sampel terdiri dari tiga populasi yang berbeda, yaitu sampel terdiri dari beberapa kelas atau tingkatan yang berbeda diantaranya terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX. Selain itu, pihak sekolah tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini sehingga membuat responden penelitian menjadi kurang siap, serta ada kemungkinan mereka menjawab pertanyaan dengan berdiskusi. Pertanyaan di dalam kuesioner juga kemungkinan kurang lengkap dan jelas karena keterbatasan kajian pustaka yang dimiliki oleh peneliti. 2. Hubungan Umur Responden dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat diperoleh nilai p = 0,493 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku merokok. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok. Akan tetapi berbeda dengan penelitian Pujiati (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok. Perilaku merokok umumnya dilakukan remaja agar tampak dewasa, dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena takut dimarahi oleh orang tua maupun gurunya. Hal ini senada dengan pendapat Perry dkk, (Smet, 1994) yang menyatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada usia remaja, dan percobaan merokok tersebut berkembang menjadi pengguna secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian. 3. Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Perilaku Merokok Responden Hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan OR sebesar 4,342. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok dan responden laki-laki memiliki peluang 4,342 kali lebih besar untuk merokok dari pada responden perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Handayani (2010), Pujiati (2003), dan Kurniasih (2008) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok. Ada perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam hal keyakinan akan bahaya perilaku merokok, sikap penolakan perilaku merokok, dan frekuensi merokok di antara ke dua kelompok.

4. Hubungan Pengetahuan Responden dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,207 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Handayani (2011) dan Amalia (2010) yang juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan perilaku merokok. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005), teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) yang dimilikinya menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan respon tertutup seseorang sehingga masih belum dapat diamati secara langsung dan jelas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa pengetahuan memiliki tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tidak signifikannya hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan perilaku merokok responden dapat terjadi karena responden yang merokok maupun yang tidak merokok sama-sama hanya sekedar mengetahui bahaya rokok saja, namun belum mampu memahami dan mengaplikasikan apa yang telah mereka ketahui. Pengetahuan yang responden miliki tentang bahaya rokok tidak dapat mempengaruhi responden untuk tidak dapat merokok karena sebagian besar responden yang merokok dipengaruhi oleh temannya untuk merokok. Selain itu, keingintahuan yang tinggi terhadap rokok juga membuat responden iseng atau mencoba untuk merokok. 5. Hubungan Sikap Terhadap Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,157 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok responden. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Green, 1980). Teori aksi beralasan (Reasoned Action Theory) Fishbein & Ajzen (1975-1980) menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan sebuah perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa perilaku itu penting untuk dirinya (A.Graeff, Judith dkk, 1996).

6. Hubungan Ketersediaan Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,051 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan rokok dengan perilaku merokok. Dalam penelitian ini responden yang merokok (24,8%) tersedia rokok di lingkungan sekitarnya dan 8,3% tidak tersedia rokok di lingkungan sekitarnya. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Kurniasih (2008) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan rokok dengan perilaku merokok responden. Faktor kemudahan mendapatkan rokok, baik dari sudut harganya yang relatif murah dan ketersediaannya dimana-mana membuat jumlah perokok semakin bertambah. Saat ini kondisi di Indonesia membuat semuanya mudah mendapatakan rokok. Ketika di sekolah mereka tidak mendapatkan akses untuk membeli rokok, maka mereka akan mencari cara untuk mendapatkannya. 7. Hubungan Keterjangkauan Terhadap Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,003 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara keterjangkauan terhadap rokok dengan perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2011) dan Amalia (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan terhadap rokok dengan perilaku merokok responden. Pada penelitian ini responden merokok yang mempunyai keterjangkauan terhadap rokok (26,9%) lebih tinggi dari pada responden yang tidak mempunyai keterjangkauan terhadap rokok (8,2%). Uang saku responden per hari yang lebih dari harga satu batang rokok memungkinkan responden mudah untuk membeli rokok dengan uang sakunya sendiri. 8. Hubungan Perilaku Merokok Keluarga dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,522 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok keluarga dengan perilaku merokok responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok keluarga dengan perilaku merokok responden. Orang tua maupun saudara yang lebih tua dapat menjadi model bagi anak dalam perilaku merokok. Hasil penelitian Kristianti dan Wismanto

(2000) menunjukkan bahwa orang tua yang merokok memiliki kecenderungan untuk permisif terhadap anak remajanya yang merokok, daripada ayah yang tidak merokok. Hal tersebut dikarenakan orang tua yang merokok tidak memiliki power untuk melarang anaknya agar tidak merokok, karena dia sendiri juga merokok atau melakukan hal yang sama. Sedangkan orang tua yang tidak merokok mampu melarang anaknya untuk tidak merokok, karena dia sendiri juga tidak merokok dan memberi contoh yang baik. Namun, hasil yang didapatkan dalam penelitian ini, pengaruh yang terbesar bagi responden untuk merokok adalah dari teman. Meskipun demikian, perilaku merokok pada responden dengan anggota keluarga ada yang merokok (28,4%) lebih besar dari responden tanpa anggota keluarga perokok (6,7%). 9. Hubungan Perilaku Merokok Teman dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok teman dengan perilaku merokok responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Harlianti (1988) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok teman dengan perilaku merokok responden. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti bagi remaja, karena masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai bergabung pada kelompok sebaya. Kebutuhan untuk diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya dan terbebas dari sebutan pengecut dan banci. 10. Hubungan Perilaku Merokok Guru dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,083 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok guru dengan perilaku merokok responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2008) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok guru dengan perilaku merokok responden. Perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Maka apa yang ia katakana dan lakukan cenderung dicontoh. Untuk anak sekolah, gurulah yang biasanya menjadi panutan untuk berperilaku (Notoatmodjo, 1985). Jika saat di sekolah remaja terbiasa melihat gurunya merokok, maka ia akan menganggap bahwa merokok adalah suatu hal yang wajar bahkan bagus untuk ditiru.

11. Hubungan Paparan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Responden Berdasarkan hasil uji khai kuadrat menunjukkan nilai p = 0,499 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasih (2008) dan Handayani (2010) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok responden. Walaupun demikian, Industri rokok yang mempromosikan rokok dalam bentuk iklan melalui media massa dapat memberikan efek atau pengaruh terhadap perilaku merokok responden. Iklan rokok memicu munculnya mitos-mitos positif terhadap rokok yang dapat dilihat dari slogan-slogan yang selalu ada di dalam iklan rokok dan mampu menarik perhatian banyak orang (Aula, 2010). Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Persentase responden yang pernah merokok di SMP Negeri X di Kota Bogor sebesar 23,2%. Persentase umur responden SMP Negeri X di Kota Bogor sebagian besar (80%) berumur 14 tahun. Persentase responden yang berjenis kelamin perempuan lebih sebesar 58 %. Persentase responden yang berpengetahuan tinggi (54,8%) lebih banyak dari pada responden yang berpengetahuan rendah (45,2%). Persentase responden yang memiliki sikap positif terhadap rokok (53,2%) lebih tinggi dari pada responden yang memiliki sikap negatif (46,8%). Sebagian besar responden (90,4%) menyatakan bahwa di lingkungan sekitar sekolah atau rumahnya tersedia warung yang menjual rokok. Responden yang mempunyai keterjangkauan terhadap rokok sebesar 80,4%. Responden yang menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang merokok sebesar 71,2%. Responden yang mempunyai teman yang merokok sebesar 76%. Sebagian besar responden (73,2%) menyatakan bahwa ada guru di sekolah mereka yang merokok. Berdasarkan analisis bivariat, tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, pengetahuan, sikap, keluarga, teman, guru, paparan iklan rokok dengan perilaku merokok responden. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (OR=4,342), ketersediaan

rokok (OR=3,624), keterjangkauan terhadap rokok (OR=0,242), perilaku merokok teman (OR=5,559) dengan perilaku merokok responden, CI 95% untuk semua variabel. 2. Saran a. Untuk Wali Murid 1) Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada remaja untuk merokok, dalam hal ini jika orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, maka orang tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya. 2) Bagi orang tua yang menginginkan anaknya tidak merokok maka anggota keluarga tidak disarankan merokok dan atau tidak memberikan pengukuh positif ketika remaja merokok 3) Sejak usia dini, anak diajarkan dan diberikan pengetahuan tentang bahaya merokok dengan cara memperlihatkan keburukan-keburukan merokok melalui slide-slide yang ada di media massa yang menggambarkan dampak buruk akibat kebiasaan merokok b. Untuk SMP Negeri X di Kota Bogor 1) Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor atau Lembaga Swadaya Masyarakat Kota Bogor (No Tobacco Community) untuk mengadakan penyuluhan tentang bahaya rokok 2) Memberlakukan kawasan bebas asap rokok secara optimal di sekolah kepada seluruh warga sekolah 3) Setiap guru dan karyawan yang ada di sekolah wajib memberikan contoh teladan agar tidak merokok di lingkungan sekolah 4) Memberikan sanksi atau hukuman yang tegas kepada siswa, guru, dan warga sekolah lainnya yang melanggar peraturan sekolah, khususnya yang terkait dengan rokok. 5) Mengoptimalkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Palang Merah Remaja (PMR) sebagai sarana informasi dan edukasi kesehatan, khususnya terkait bahaya rokok. 6) Bekerjasama dengan pihak penjual rokok agar tidak menjual rokok secara bebas dilingkungan sekitar sekolah

Daftar Referensi A.Graeff, Judith dkk.(1996).komunikasi untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Aula. Lisa Ellizabet. (2010). Stop Merokok. Yogyakarta : Gara Ilmu Amalia, Silvi. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja DI Kelurahan Pancoran Mas Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok Tahun 2010. Skripsi. Depok : FKM UI. Bloom B., 1908. Dalam : Notoatmodjo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab V, Pendidikan dan Prilaku. Halaman 126-127. Green L W. 1980. Perencanaan Pendidikan Kesehatan Pendekatan Diagnostik. Pengembangan FKM-UI. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Handayani, Hesti (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah (Mts) Negeri 1Kota Bekasi Tahun 2011. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat 2013. Jakarta Kurniasih, Agustina. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa SLTP di Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineke Cipta. Skinner, 1938. Dalam : Notoatmodjo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bab V, Pendidikan dan Prilaku. Halaman 118. Pujiati, Erni. (2003). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Merokok Siswa SLTP Pribadi dan SLTP Putra Bangsa Depok Tahun 2003. Skripsi. Depok : FKM UI.