BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun menurut struktur, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pesat dalam kehidupan manusia. Pekerjaan yang dikerjakan oleh. kehidupan, termasuk juga dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Media sebagai alat untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. penting: (1) sebagai kekuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep, (2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: ERWIN SETYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permendiknas 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi satuan pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Dalam jenjang pendidikan dasar diajarkan tiga kemampuan dasar yaitu kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Apabila siswa kurang mampu menguasai tiga kemampuan tersebut, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran di Sekolah Dasar mempunyai peran sangat penting, karena pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya. Masalah yang biasa dihadapi siswa terhadap pelajaran matematika adalah siswa merasa takut, bosan, dan bahkan tidak mau memperhatikan apa yang diajarkan oleh gurunya. Sehingga mata pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan, sebab selama ini pembelajaran matematika masih berbasis Teacher centered (berpusat pada guru). Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak terlatih untuk menemukan dan 1

2 membangun sendiri pengetahuannya. Sementara guru hanya mentransfer ilmunya kepada siswa, yang berakibat siswa tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan dari guru. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungandari kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa. Dalam pembelajaran matematika motivasi belajar siswa masih tergolong rendah, hal tersebut terlihat dari keinginan siswa dalam belajar masih kurang, sehingga siswa cenderung pasif dan jarang mengajukan pertanyaan. Perhatian serta kemandirian siswa hanya bergantung terhadap apa yang diberikan oleh guru. Permasalahan lain yang masih sering muncul adalah penggunaan metode pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Guru kurang bervariasi dalam mengajarkan pelajaran matematika di sekolah, sehingga banyak dijumpai proses pembelajaran matematika yang hanya berpusat kepada guru (teacher centered). Pada umumnya, metode pembelajaran yang dikembangkan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode pembelajaran konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Dimana guru lebih memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan ke dalam diri siswatanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuki kelas, mempunyai bekal kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama. Siswa hanya ditempatkan sebagai obyek sehingga pasif dalam kondisi belajar yang kurang merangsang aktivitas, sehingga pembelajaran kurang optimal.

3 Proses pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung ramai, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan kondisi yang seperti ini maka banyak waktu yang terbuang sia-sia, sedangkan materi yang ingin disampaikan guru tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kondisi seperti di atas menyebabkan motivasi dan hasil belajar siswa rendah. Seperti yang terjadi pada siswa kelas 4 semester 2 SD Negeri Salatiga 01 tahun pelajaran 2012/2013 khususnya pada mata pelajaran matematika, hasil dari evaluasi pembelajaran menunjukkan banyak siswa yang masih berada di bawah KKM (70). Hasil evaluasi pembelajaran sebelum menerapkan metode pembelajaran Inkuiri, tersajikan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Evaluasi Pra Siklus No Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%) 1. 52 58 12 2. 59-65 10 3. 66 72 2 4. 73 79 3 5. 80 86 10 6. 87 93 7 7. 94... 3 Jumlah 47 25,5 21,2 4,3 6,4 21,3 14,9 Data tabel 1 menunjukkan frekuensi dari masing-masing rentang nilai yang diperoleh siswa. Masing-masing rentang nilai mempunyai frekuensi yang berbeda, rentang nilai 52 58 memiliki jumlah frekuensi yang paling 6,4 100

4 banyak, yaitu 12 siswa dengan persentase 25,5%. Frekuensi pada rentang nilai 70 berjumlah 24, sedangkan pada rentang nilai 70 hanya berjumlah 23. Data tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum cukup optimal. Maka untuk ketuntasan pembelajaran siswa dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini: Tabel 2 Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Ketuntasan Frekuensi Persentase ( % ) Tuntas 23 49 Tidak tuntas 24 51 Jumlah 47 100 Maximum 96 Minimum 52 Rata rata 71 Data tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 47 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran terdapat 23 siswa (49%) mampu mencapai KKM (70) dan 24 siswa (51%) masih berada di bawah KKM dengan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 96 dan nilai terendah 52, serta nilai rata-rata kelas 71. Sebelum dilakukan tindakan dalam siklus 1, peneliti memberikan angket motivasi belajar matematika. Hal ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dari siswa. Tabel 3 di bawah ini merupakan hasil dari angket motivasi belajar matematika. Tabel 3 Hasil Angket Motivasi Belajar Matematika Pra Siklus No Skor ketercapaian Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 21 40 Rendah 34 72 2 41 60 Sedang 13 28 3 61 80 Tinggi

5 Sedangkan dari hasil penyebaran angket motivasi belajar matematika, diperoleh data bahwa siswa dengan kategori motivasi rendah sebanyak 34 siswa dengan skor ketercapaian 21 40, dan 13 siswa bermotivasi sedang dengan skor ketercapaian 41 60. Tetapi tidak ada siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam mengikuti pembelajaran matematika. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan, yaitu: 1. Sistem pembelajaran matematika yang cenderung monoton serta tidak bervariasi. 2. Situasi pembelajaran yang cenderung membuat siswa tidak nyaman dan kurangnya upaya dari guru untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika. 3. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. 4. Metode pembelajaran yang sering dipakai guru cenderung mengutamakan ceramah. 1.3 Cara Pemecahan Masalah Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika, maka penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar dengan menerapkan metode pembelajaran Inkuiri. Proses menemukan serta memecahkan masalah sangat diperlukan dalam matematika, oleh karena itu metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran harus searah. Salah satu metode yang baik dalam memecahkan suatu masalah matematika yaitu metode Inkuiri. Disini siswa bias menemukan suatu pokok permasalahan serta memecahkan dengan kreativitasnya. Dengan metode Inkuiri, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas, menarik kesimpulan, terkaan, intuisi, dan mencobacoba (trial and error). Guru bertindak sebagai penunjuk jalan yang

6 membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreatifitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Sehingga metode ini bisa dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Guna mengatasi masalah yang telah dikemukakan salah satunya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri. Selain itu, metode pembelajaran Inkuiri dapat menjadi alternatif dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga kegiatan pembelajaran yang umumnya monoton dan menjenuhkan tidak lagi monoton dan bahkan pembelajaran akan lebih menyenangkan. Metode pembelajaran Inkuiri merupakan metode yang sangat baik digunakan untuk melibatkan siswa dalam mempelajari materi yang telah disampaikan. Strategi ini merupakan salah satu proses dimana siswa dituntut untuk kreatif dalam mencari serta menemukan dengan sedikit bantuan guru. Memecahkan persoalan untuk menarik kesimpulan menjadikan tujuan penting dalam metode ini. Sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam belajar, karena terlibat langsung dalam pembelajaran. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013?

7 2. Apakah penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013? 3. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013? 4. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013? 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang jelas dan diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 3. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Inkuiri dalam meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 4. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Salatiga 01 kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. 1.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 1. Teoritis Sejalan dengan teori yang ada, maka penerapan metode pembelajaran Inkuiri memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Sehingga dalam implementasi pada mata pelajaran matematika melibatkan peserta didik untuk menemukan suatu konsep berdasarkan informasi yang diberikan, proses pembelajaran ini akan lebih banyak belajar sendiri dan mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. 2. Praktis a. Siswa 1) Membantu perkembangan pemahaman proses-proses ilmiah, pemahaman konsep, berpikir kritis dan bersikap positif. 2) Mengembangkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. 3) Membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa. 4) Menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa. b. Guru 1) Mengembangkan kreativitas guru dalam memilih masalah yang akan disampaikan dalam pembelajaran. 2) Memberikan banyak sumber belajar bagi siswa dalam memecahkan masalah. c. Sekolah Sebagai bahan supervisi dalam memperbaiki pembelajaran. d. Peneliti 1) Sebagai referensi dalam penelitian yang akan dilakukan. 2) Menambah wawasan, khususnya dalam menyusun rencana pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna.