BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa secara berkelanjutan.untuk itu pendidikan harus menjadikan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-nya. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan ajaran yang mengandung aturan-aturan tentang jalan

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) anggapan dasar

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-undang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut cita-cita dan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya, dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan diselenggarakan bertujuan untuk pembangunan nasional yang membentuk manusia seutuhnya, sehat jasmani rohani. Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional, nampaknya eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab III pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Dari tujuan Pendidikan Nasional tersebut, pendidikan juga diselenggarakan untuk meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa maju dunia. Sebagaimana dalam ajaran agama Islam, menyatakan bahwa orang-orang yang terus menuntut dan 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidiksn Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 7 1

2 mengembangkan ilmu pengetahuan maka Allah Swt meninggikan derajatnya, seperti firman-nya dalam surah Al-Mujadalah ayat 11, yang berbunyi: Sesuai ayat diatas tersebut, ilmu pengetahuan berperan penting dalam membangun suatu bangsa yang maju dan sejahtera. Kesejahteraan bangsa bukan lagi hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial, dan kredibelitas. Oleh karena itu, tuntutan untuk terus menerus meningkatkan pengetahuan kearah yang lebih baik menjadi suatu keharusan, agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional. Untuk standar minimal merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan, baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang terkait. Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap maupun akhlak. Pada perkembangannya pendidikan masih menghadapi sejumlah tantangan, baik yang terkait dengan kondisi internal sistem pendidikan nasional, maupun yang bersumber pada perubahan dalam segala aspek kehidupan, ditingkat lokal, nasional, dan pada tatanan global. Kondisi tersebut menuntut adanya sumber daya manusia

3 yang memiliki daya saing tinggi. Pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang memadai. Oleh karena itu, sekolah perlu menetapkan rambu-rambu kriteria standar ketuntasan belajar untuk menjawab tantangan tersebut. Hal ini sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hanya saja proses belajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan sebagainya. Dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif. Kegiatan belajar tidak selalu berlangsung secara lancar bagi setiap individu, terkadang siswa dapat mengkap dengan cepat dan terkadang lambat terhadap apa yang dipelajari, bahkan terkadang bagi sebagian siswa merasa sangat sulit. Perbedaan pada setiap individu ini menyebabkan adanya kesulitan belajar dan hal ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Kesulitan belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Abu ahmadi dan Widodo Supriyono dalam buku psikologi belajar menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu: 1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

4 2. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor-faktor non-sosial dan faktor-faktor sosial. 2 Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi di atas, maka guru harus dengan cermat melihat kesulitan belajar yang dialami siswa, khususnya guru Bimbingan Konseling. Mengingat bahwa faktor yang mempengaruhinya tidak hanya berasal dari dalam diri siswa diharapkan guru BK mampu bekerja sama dengan berbagai pihak, baik itu wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah bahkan orang tua siswa, demi menjalankan fungsi layanan Bimbingan Konseling secara maksimal. Layanan bimbingan konseling pada dasarnya merupakan upaya untuk membantu para peserta didik dalam mengoptimalkan perkembangan individu, hal ini dapat di capai melalui pemahaman diri, pengarahan diri, dan penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri, maupun lingkungannya. 3 Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Secara umum program layanan bimbingan dan konseling mempunyai empat fungsi utama, yaitu: (1) pemahaman individu, (2) pencegahan, (3) pengentasan masalah, (4) pemeliharaan dan pengembangan. 4 Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan 2 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta: Renika Cipta, 2008), Cet ke-2, h.78 3 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 37 4 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet ke-2, h. 194

5 melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masingmasing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasikan dan dievaluasi. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sangat membantu perkembangan peserta didik secara terpadu. 5 Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut maka keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat berperan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam berbagai hal terkait dengan proses pendidikan, terutama kesulitan belajar. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Pada kenyataannya tampak jelas bahwa masing-masing siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. 6 Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan disekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang kemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang menjadi terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori diluar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai 5 Hallen., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Micro Teaching, 2005), h. 58 6 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 182

6 dengan kapasitasnya. Dari sini maka timbullah kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Ada beberapa hal yang membuat peserta didik mengalami kesulitan belajar, di antaranya adalah; lingkungan belajar yang tidak nyaman, perasaan malas sehingga tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar, adanya gangguan dari orangorang terdekat (seperti keluarga tidak harmonis, teman sepermainan), metode mengajar guru yang monoton dan cara penjelasan yang sulit dipahami, pemeberian tugas-tugas sekolah terlalu banyak sehingga dapat membuat siswa merasa terbebani serta kondisi kesehatan peserta didik yang terganggu. Dari sini Peranan bimbingan dan konseling disekolah sangat diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar siswa akan tetapi juga membantu guruguru dalam mengenal siswanya secara lebih dalam. Dengan kata lain bimbingan dan konseling mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar. Terkait mengenai bantuan/bimbingan terhadap kesulitan belajar, dalam Al- Qur an Allah menyatakan bahwa Allah swt akan meringankan beban seseorang yang bersungguh-sungguh mengerjakan sesuatu dan Allah swt juga menyatakan bahwa dibalik kesulitan ada kemudahan, seperti firman-nya dalam surah Al-Insyirah ayat 1-8 yang berbunyi:

7 Berdasarkan pendahuluan tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian tentang upaya guru Bimbingan Konseling (BK) dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah atas terkemuka dan berlesensi agriditas A yang ada di Banjarmasin dan menjadi sekolah favorit, terbukti dengan jumlah siswa yang terus meningkat setiap tahunnya. Banyaknya jumlah siswa di MAN 1 Banjarmasin yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda memungkinkan banyaknya permasalahan yang dihadapi pihak sekolah, baik permasalahan pembelajaran maupun permasalahan pembinaan kesiswaan. Adapun beberapa masalah kesulitan belajar yang ditemukan penulis pada sekolah MAN 1 ini yaitu terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan berkonsentrasi terhadap pelajaran yang disampaikan, dimana itu terjadi pada saat pelajaran berlangsung. Selain itu juga kesulitan belajar yang sering dialami siswa, yakni kesulitan pada saat berbicara atau menyampaikan prensentasi di depan kelas, gugup pada saat hapalan didepan kelas, dan kesulitan dalam menyampaikan pendapat atau pertanyaan kepada guru, kesulitan dalam mata pelajaran tertentu dan permasalahan mengenai ketidak cocokan siswa terhadap metode mengajar guru. Permasalahan ini patut menjadi perhatian para guru khususnya guru BK dalam upaya bagaimana mengatasi kesulitan belajar siswa yang begitu kompleks yang tentu

8 saja permasalahan ini bisa mengahambat perkembangan potensi siswa secara optimal. Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian tentang UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DALAM MENANGGULANGI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MAN 1 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2012/2013. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah : 1. Apa saja macam-macam bentuk kesulitan belajar yang dialami siswa di MAN 1 Banjarmasin 2. Bagaiman Upaya guru bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin 3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi upaya guru Bimbingan Konseling (BK) dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin. C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami dan memberikan interpretasi terhadap judul di atas, penulis mengemukakan definisi istilah sebagai berikut:

9 1. Upaya mengandung makna usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. 7 Upaya yang dimaksud dalam penelitian ini berupa kegiatan yang dilakukan guru BK dalam menangani kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin. Upaya yang dilakukan seperti memberikan layanan bimbingan konseling yang bersifat pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan. 2. Menaggulangi yaitu menahan atau mengatasi suatu kesukaran. 8 3. Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. 9 Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Fenomena kesulitan belajar peserta didik biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Mengingat begitu luasnya cakupan mengenai kesulitan belajar maka kesulitan belajar pada tulisan ini akan dibatasi pengertiannya pada macam-macam hambatan /kesuliatan belajar yang dialami siswa, baik dari segi jenis, dari mata pelajaran, sifat kesulitannya dan dari segi faktor penyebabnya. 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 383 8 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Konteporer, (Jakarta: Modern English Press, 1999), h. 1691 9 Syaiful Bahri Djamarah, Op Cit., h. 235

10 Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah penelitian tentang upaya atau usaha guru BK dalam mengatasi macam-macam hambatan belajar yang dialami siswa di MAN 1 Banjarmasin.

11 D. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan mendasar yang mendorong penulis memilih judul tersebut, yaitu: 1. Sebagai pendidik tentu guru-guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Oleh karena itu, kesulitan belajar yang dialami siswa di sekolah juga harus diatasi dengan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang ada di sekolah. Salah satu kegiatan pendidikan tersebut adalah kegiatan pembimbingan yang diberikan oleh tenaga khusus, yakni guru BK atau konselor sekolah. 2. Keberadaan Guru BK diharapkan dapat membantu tiap-tiap siswa yang sedang mengalami kesulitan belajar melalui kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa yang sudah baik kegiatan belajarnya perlu ditingkatkan kembali melalui kegiatan bimbingan, baik secara individu maupun kelompok, agar dirinya semakin mantap dan yakin dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Sedangkan siswa belum baik kegiatan belajarnya atau yang mengalami kesulitan belajar, diberikan layanan konseling agar melaui kegiatan layanan tersebut ia dapat memahami dan mengetahui apa yang menjadi penyebab dirinya mengalami kesulitan belajar dan dengan demikian diharapkan ia dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya, dengan bantuan guru bimbingan konseling sekolah.

12 3. Masalah kesulitan belajar yang dialami siswa memang perlu diperhatikan dengan serius guna membantu siswa memahami setiap mata pelajaran yang diterimanya, khususnya mata pelajaran yang dirasa sulit bagi peserta didik. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Ingin mengetahui macam-macam bentuk kesulitan belajar yang dialami siswa di MAN 1 Banjarmasin 2. Ingin mengetahui upaya bimbingan dan konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin. 3. Ingin mengetahui Faktor-faktor yang memengaruhi upaya guru Bimbingan Konseling (BK) dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di MAN 1 Banjarmasin. F. Signifikasi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini : 1. Bagi Guru, sebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu di didik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu meningkat.

13 2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan. 3. Bagi Peneliti, sebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai bimbingan dan konseling yang ada di lembaga sekolah khususnya di MAN 1 Banjarmasin. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui dan mempermudah pembahasan ini maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut. Bab pertama pendahuluan berisikan uraian dasar penelitian, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua yang berisikan tentang layanan bimbingan konseling dan faktorfaktor yang mempengaruhi upaya guru Bimbingan Konseling dalam menanggulangi kesulitan belajar pada siswa, pengertian kesulitan belajar, jenis-jenis kesulitan belajar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. Bab tiga berisikan tentang metode dan jenis pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian. Bab empat berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data.

14 Bab lima berisikan simpulan dari seluruh hasil penelitian dilanjutkan dengan beberapa saran yang sesuai dengan simpulan yang dikemukakan sebelumnya. Saransaran tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan, dalam rangka untuk lebih meningkatkan hasil yang akan dicapai.