SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni 2014

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR 3 PHASA DALAM KEADAAN BEBAN LEBIH (APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT.

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

PENGARUH PENGATURAN TAHANAN SHUNT DAN SERI TERHADAP PUTARAN DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

BAB III. Transformator

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH

Kata Kunci: motor DC, rugi-rugi. 1. Pendahuluan. 2. Rugi-Rugi Pada Motor Arus Searah Penguatan Seri Dan Shunt ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK IDENTIFIKASI BEBAN LEBIH DAN ESTIMASI RUGI-RUGI PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

PENGARUH PEGATURAN KECEPATAN MENGGUNAKAN METODE PENGATURAN FLUKSI TERHADAP EFISIENSI PADA MOTOR ARUS SEARAH KOMPON

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

Kata Kunci : Transformator Distribusi, Ketidakseimbangan Beban, Arus Netral, Rugi-rugi, Efisiensi

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA BEBAN RESISTIF,INDUKTIF,KAPASITIF GENERATOR SINKRON 3 FASA MENGGUNAKAN METODE POTTIER

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN TERMINAL, REGULASI, DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON 3 FASA ROTOR SALIENT POLE DENGAN METODE BLONDEL (TWO REACTION THEORY)

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON YANG BEKERJA PARALEL TERHADAP PERUBAHAN FAKTOR DAYA

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

TRAFO. Induksi Timbal Balik

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISIS PERBANDINGAN TORSI START

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB II TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan ditemukannya Generator Sinkron atau Alternator, telah memberikan. digunakan yaitu listrik dalam rumah tangga dan industri.

ANALISIS EFISIENSI MOTOR DC SERI AKIBAT PERGESERAN SIKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Latihan Soal dan Quiz II

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

MODUL 1 GENERATOR DC

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

TRANSFORMATOR. Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya, Tangerang 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH SATU FASA ROTOR TERBUKA TERHADAP TORSI AWAL, TORSI MAKSIMUM, DAN EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

STUDI TENTANG PENGUKURAN PARAMETER TRAFO DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN EMT (ELECTRICAL MEASUREMENT & DATA TRANSMIT)

STUDI PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP SUSUT UMUR TRANSFORMATOR DAYA (APLIKASI PADA GARDU INDUK PEMATANGSIANTAR)

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN

ANALISIS PERBANDINGAN EFEK PEMBEBANAN TERHADAP GGL BALIK DAN EFISIENSI PADA MOTOR DC PENGUATAN KOMPON PANJANG DAN MOTOR INDUKSI

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

I. Tujuan. 1. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik transformator 2. Agar mahasiswa dapat membandingkan rangkaian transformator berbeban R, L, dan C

BAB II TRANSFORMATOR

( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT- USU) Oleh : NAMA : AHMAD FAISAL N I M :

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR. dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke

ANALISIS DISAIN MULTIWARNA TUBULAR LAMP TERHADAP PENGGUNAAN TRANSFORMATOR NEON SIGN

Transformator (trafo)

BAB II TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI

BAB II TEORI DASAR. Universitas Sumatera Utara

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

atau pengaman pada pelanggan.

PENGARUH HARMONISA TERHADAP ARUS NETRAL TRANSFORMATOR DISTRIBUSI (APLIKASI PADA R.S.U SARI MUTIARA MEDAN)

PENGURANGAN ARUS NETRAL PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT MENGGUNAKAN TRANSFORMATOR WYE-DELTA

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI

BAB II TRANSFORMATOR. maupun untuk menyalurkan energi listrik arus bolak-balik dari satu atau lebih

PENGENDALIAN TEGANGAN TERMINAL GENERATOR SINKRON TERHADAP PERUBAHAN ARUS DAN FAKTOR DAYA BEBAN

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMALISASI KUALITAS TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI UNTUK PELANGGAN PLN BERDASAR PADA WINDING RATIO

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

BAB I PENDAHULUAN. atau penurunan tegangan yang diakibatkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA SPLIT-PHASE

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 1/April 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

PENGEREMAN DINAMIK PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASA

STUDI PENGUJIAN VEKTOR GROUP TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

MODUL I TRANSFORMATOR SATU FASA

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

Sensor Arus Sensor arus yang digunakan pada tugas akhir ini mengikuti

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.2

Transformator : peralatan listrik elektromagnetik statis yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke ra

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH BEBAN SEIMBANG DAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI PADA BERBAGAI HUBUNGAN BELITAN TRANSFORMATOR TIGA FASA Yuliana Tanjung [1], A. Rachman Hasibuan [2] Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: yuliana.tanjung85@ymail.com Abstrak Transformator merupakan sebuah alat listrik statis yang dapat menyalurkan energi listrik dalam bentuk AC melalui gandengan magnet yang dapat menaikkan atau menurunkan tegangan. Transformator yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik adalah transformator tiga fasa. Pada transformator tiga fasa terdapat berbagai hubungan belitan yaitu hubungan Y, dan Z. Masing-masing hubungan tersebut memiliki efisiensi dan regulasi tegangan yang berbeda-beda. Pada tulisan ini dilakukan penelitian untuk mendapatkan nilai daya, cos dan arus beban pada setiap fasa dengan tegangan awal konstan 220 Volt dengan variasi beban kombinasi RLC. Penelitian menggunakan hubungan belitan Yy 0, Yd 11, Dd 0 dan Dy 5 sehingga dari parameter-parameter tersebut akan diperoleh nilai efisiensi dan regulasi tegangan. Nilai efisiensi yang terbaik adalah pada hubungan belitan Yy 0 pada saat beban tidak seimbang terhubung wye yaitu sebesar 97,8%. Sedangkan regulasi tegangan yang terendah adalah pada beban tidak seimbang terhubung delta hubungan transformator Dy 5 sebesar 2,32%. Kata Kunci: Transformator Tiga Phasa, Beban Seimbang, Beban Tidak Seimbang 1. Pendahuluan Transformator adalah suatu alat listrik statis yang digunakan untuk menyalurkan energi listrik AC ke peralatan lainnya melalui suatu gandengan magnet yang dapat menaikkan dan menurunkan tegangan. Transformator dapat dibagi menjadi transformator 1 fasa dan transformator 3 fasa. Pada transformator 3 fasa terdapat berbagai hubungan belitan misalnya hubungan, Y, Z, dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut memiliki efisiensi dan regulasi tegangan yang berbedabeda apabila dihubungkan dengan beban. Beban yang terpasang pada konsumen biasanya ada 3 jenis beban yaitu beban resistif, induktif dan kapasitif. Ketiga jenis beban ini jika terhubung dengan peralatan misalnya transformator maka efisiensinya akan berbeda-beda. Kondisi pembebanan juga terbagi atas beban seimbang dan beban tidak seimbang. Dengan menggunakan transformator, dimana tegangan pembangkitan dinaikkan semaksimal mungkin, maka arus yang mengalir sangat kecil, yang menyebabkan rugi-rugi daya yang kecil dan penampang kawat yang digunakan berukuran kecil sehingga lebih ekonomis. 2. Transformator Tiga Fasa Pada prinsipnya transformator 3 fasa sama dengan transformator satu fasa [2]. Transformator 3 fasa dapat dibentuk dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan menggunakan 3 buah transformator 1 fasa yang identik dan menghubungkan belitan ketiga transformator tersebut dan bisa juga membuat transformator dari 3 buah belitan primer, 3 buah belitan sekunder yang dihubungkan dengan 1 inti besi. 2.1 Hubungan Belitan Transformator 3 fasa Secara Umum Hubungan belitan transformator 3 fasa terbagi dua yaitu : copyright DTE FT USU 153

1. Hubungan wye Sering disebut juga hubungan bintang, hubungan ini dibuat dengan menghubungkan titik awal atau titik akhir dari ketiga phasa ke 1 titik yang dinamakan netral. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 1: Vector grup untuk hubungan ini seperti pada Gambar 4 berikut [4] : Gambar 1. Hubungan Wye 2. Hubungan Delta Hubungan delta sering disebut juga hubungan mesh, hubungan ini dibuat dengan menghubungkan titik awal belitan dan titik akhir belitan lainnya. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 2: Gambar 4. Vektor Diagram Hubungan Belitan Yy 0 2. Hubungan Yd 11 Hubungan belitan primer dalam hubungan wye, belitan sekunder dalam hubungan delta. Beda fasa antara tegangan primer dan sekunder 11 x 30 = 330. Trafo jenis ini sering digunakan di substation untuk menurunkan tegangan (Step Down). Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 5: Gambar 2. Hubungan Delta 2.2 Berbagai Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa Hubungan belitan pada transformator 3 fasa terdiri dari : Gambar 5. Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa Y Vektor grup untuk hubungan ini seperti pada Gambar 6 [4] : 1. Hubungan Yy 0 Huruf Y pertama belitan primer dalam hubungan wye, huruf y kedua belitan sekunder juga dalam hubungan wye. Angka 0 menunjukkan beda fasa tegangan primer dan sekunder 0. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3: Gambar 3. Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa YY Gambar 6. Vektor Diagram Hubungan Belitan Yd 11 3. Hubungan Dd 0 Menunjukkan huruf D pertama belitan primer dalam hubungan delta. Belitan sekunder juga dalam hubungan delta. Angka 0 menunjukkan beda fasa tegangan primer dan sekunder 0. Pada transformator ini tidak beda sudut fasa antar fasanya dan tidak mempunyai copyright DTE FT USU 154

masalah dengan beban tidak seimbang. Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 7: 2.3 Hubungan Transformator dalam Keadaan Beban Seimbang Hubungan pada transformator dalam keadaan beban seimbang yaitu : Gambar 7. Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa ΔΔ Vektor grup untuk hubungan ini seperti pada Gambar 8 [4] : Gambar 8. Vektor Diagram Hubungan Belitan 0 4. Hubungan Dy 5 Belitan primer dalam hubungan delta. Belitan sekunder dalam dalam hubungan wye. Beda fasa antara tegangan primer dan sekunder yaitu 5x30 = 150. Hubungan ini dilihat pada Gambar 9 [3]: 1. Hubungan Wye Hubungan ini mempunyai titik netral sehingga dapat dibentuk dengan 3 kawat (tanpa netral) dan 4 kawat (dengan netral). Total daya dari hubungan wye merupakan jumlah daya pada masing-masing fasa. Karena beban dalam keadaan seimbang maka besar daya pada masing-masing fasa itu sama. Untuk hubungan wye menggunakan Persamaan-1: P OUTPUT = 3 V L-L I L cos (1) Total Daya, P = 3 x daya pada masing- masing fasa = 3 x V PH I PH cos (2) V L-L /V PH = Tegangan Line-Line (Volt) I L /I PH = Arus Line (Ampere) Cos ф = Faktor Daya Beban P OUTPUT = Daya Keluaran (Watt) 2. Hubungan Delta Hubungan ini tidak mempunyai netral dan dibentuk hanya menggunakan 3 kawat. Karena beban dalam keadaan seimbang maka besar daya pada masing-masing fasa itu sama. Untuk hubungan delta juga menggunakan persamaan-1 dan 2. Gambar 9. Hubungan Belitan Transformator 3 Fasa Y Vektor grup untuk hubungan ini seperti pada Gambar 10 [4] : 2.4 Hubungan Transformator dalam Keadaan Beban Tidak Seimbang Hubungan transformator dalam keadaan beban tidak seimbang yaitu : 1. Hubungan Wye Total daya dari hubungan wye merupakan jumlah daya pada masing-masing phasa. Karena beban dalam keadaan tidak seimbang maka besar daya pada masing-masing fasa itu berbeda sehingga digunakan Persamaan-3 dan 4 [1] : Gambar 10. Vektor Diagram Hubungan Belitan Y 5 P R = V PH I ZR cos = V L-L I ZR cos P S = V PH I ZS cos = V L-L I ZS cos P T = V PH I ZT cos = V L-L I ZT cos (3) copyright DTE FT USU 155

P OUTPUT = P TOTAL = P R + P S + P T (4) P R =P S =P T = Daya pada Tiap Phasa (Watt) V PH = Tegangan Phasa (Volt) I ZR =I ZS =I ZT =Arus pada Tiap Phasa (Watt) P OUTPUT = Daya Keluaran (Watt) 2. Hubungan Delta Tahapan untuk menghitung total daya kondisi beban tidak seimbang terhubung delta menggunakan persamaan yang sama untuk menghitung total daya pada beban tidak seimbang terhubung wye yaitu menggunakan Persamaan-3 dan 4. Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Sumatera Utara pada tanggal 23 September 2013 pukul 14.00 s.d. 18.00 WIB 3.1 Rangkaian Pengambilan Data Percobaan Berbeban Seimbang dan Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Terhubung Delta Hubungan Yy 0, Yd 11, Dd 0 dan Dy 5. 2.5 Efisiensi dan Regulasi Tegangan Efisiensi dan regulasi tegangan merupakan parameter terpenting dalam penelitian. 1. Efisiensi Efisiensi adalah perbandingan daya keluaran dan daya masukan, efisiensi dapat di rumuskan pada Persamaan-5 [2] : η = P out /P in x100% (5) η = Effisiensi P out = Daya yang Keluar P in = Daya yang Masuk Gambar 11. Rangkaian Percobaan 4. Hasil Perhitungan dan Analisis Data 4.1 Beban Seimbang Terhubung Wye dan Delta Data beban seimbang dapat dilihat pada Tabel 1 sampai 4 : 1. Tabel Percobaan Beban Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Yy 0 2. Regulasi Tegangan Regulasi tegangan adalah perbandingan antara perubahan tegangan keluaran pada saat tanpa beban dan pada saat beban penuh terhadap tegangan keluaran pada tanpa beban dengan tegangan primer konstan. Regulasi tegangan dapat dirumuskan pada Persamaan-6 [2]: VR = V no load -V full load /V no load x 100% (6) 2. Tabel Percobaan Beban Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Yd 11 VR = Regulasi Tegangan V NL = Tegangan Keluaran Saat Tanpa Beban V FL = Tegangan Keluaran Pada Saat Beban Penuh 3. Metode Penelitian Pengambilan data dalam penulisan ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi copyright DTE FT USU 156

3. Tabel Percobaan Beban Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Dd 0 7. Tabel Percobaan Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Dd 0 4. Tabel Percobaan Beban Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Dy 5 8. Hasil Analisis Percobaan Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Dy 5 4.2 Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Delta Data beban tidak seimbang dapat dilihat pada Tabel 5 sampai 8 : 5. Tabel Percobaan Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Yy 0 6. Tabel Percobaan Beban Tidak Seimbang Terhubung Wye dan Delta Hubungan Yd 11 4.3 Hasil Analisis Data Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Dari hasil perhitungan dapat dianalisa dan diperoleh efisiensi tertinggi pada hubungan transformator Yy 0 beban seimbang terhubung wye sebesar 98%. Regulasi tegangan terendah pada hubungan transformator Dd 0 beban seimbang terhubung delta yaitu sebesar 8,84%. Sedangkan untuk beban tidak seimbang diperoleh efisiensi tertinggi pada hubungan transformator Yy 0 beban terhubung wye sebesar 97,8%. Regulasi tegangan yang terendah pada hubungan transformator Dy 5 beban terhubung wye yaitu sebesar 2,32%. Efisiensi yang paling tinggi menandakan dapat melayani beban yang paling baik begitu juga sebaliknya. nilai regulasi tegangan yang paling rendah menandakan pada hubungan ini kualitas tegangan yang paling baik. copyright DTE FT USU 157

Berdasarkan data dari Tabel 1 dan 5 diperoleh hasil grafik pada Gambar 12 dan 13 : 1. Grafik Efisiensi Vs Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Gambar 14. Grafik Regulasi Tegangan Vs Beban Tidak Seimbang 5. Kesimpulan Gambar 12. Grafik Efisiensi Vs Beban Beban Seimbang Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis percobaan, diperoleh regulasi tegangan yang terbaik yaitu pada transformator hubungan belitan Dy 5 beban tidak seimbang terhubung wye sebesar 2,32% dengan nilai efisiensi sebesar 87,2%. 2. Dari hasil analisis percobaan beban tidak seimbang, nilai efisiensi ketika beban tidak seimbang terhubung wye rata-rata lebih besar dibandingkan beban tidak seimbang terhubung delta. 7. Daftar Pustaka Gambar 13. Grafik Efisiensi Vs Beban Tidak Seimbang Berdasarkan data dari Tabel 1 dan 5 diperoleh hasil grafik pada Gambar 13 dan 14 : 2. Grafik Regulasi Tegangan Vs Beban Seimbang dan Tidak Seimbang [1]. Rijono, Yon, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Andi Offset, Yogyakarta: 1997 [2]. Wijaya, Mochtar, Dasar-Dasar Mesin Listrik, Djambatan, Jakarta : 2001 [3]. Mehta, V.K. and Rohit Mehta, Principles of Electrical Enginering And Electronics, S. Chand & Company Ltd, New Delhi : 2000 [4]. Franklin, A.C. and Austen Stigant, A Practical Technology of The Power Transformer, Butterworth & Co (Publisher) Ltd, London : 1973 Gambar 13. Grafik Regulasi Tegangan Vs Beban Seimbang copyright DTE FT USU 158