BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, berbagai aspek terus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang mewujud dalam bentuk keahlian tertentu

BAB III METODE PENELITIAN. Majalengka adalah suatu penelitian untuk mengkaji sejauh mana siswa terlibat

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Perkembangan Teknik dan Bahan yang Digunakan pada Kriya Keramik Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB III METODE PENELITIAN

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapur. Seni Kerajinan banyak didominasi dari bahan yang berjenis batang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. program pelatihan dengan mendeskripsikan hasil temuan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif naturalistik. Pertimbangannya sebab hasil penelitian yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Menurut Surakhmad (1998:131) menjelaskan bahwa: Selanjutnya Sugiyono (2010:2) mengungkapkan bahwa: Metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB III METODE PENELITIAN. diungkap untuk dapat bermanfaat bagi manusia (Aan Komariah, 2011:22).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

BAB II METODE PENULISAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi gambaran umum remaja

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODA PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian ini yakni penelitian

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan, menganalisis masalahmasalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB III tt * Pi, >\SM 7 #

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, berbagai aspek terus dipacu untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Pembangunan di daerah baik fisik maupun nonfisik terus digalakkan, namun demikian pembangunan yang dilakukan telah pula menimbulkan ketimpangan, karena terkadang lebih banyak dilakukan di perkotaan dibandingkan dengan kawasan pedesaan. Hal ini telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesenjangan sosial dan ekonomi. Ketika manusia untuk pertama kalinya ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, maka timbullah tanda-tanda perbuatan yang dapat digolongkan dalam kegiatan kerajinan kriya. Kegiatan kriya tercatat dalam sejarah dimulai sejak jaman Neolitukum. Kerajinan ini berkembang secara bertahap sesuai dengan keterampilan dalam memanfaatkan dan mengelola bahan yang tersedia. Berbagai produk budaya yang ada saat ini pada kenyataannya adalah merupakan pengembangan hasil pemikiran dan gagasan manusia pada masa lalu. Dalam bidang kesenian misalnya, hasil kreativitas manusia yang merupakan bagian dari kebudayaan itu telah menjelma dalam berbagai bentuk dan jenis yang beragam. Hasil peninggalan kebudayaan jaman itu, seperti bangunan-bangunan monumental dan berbagai peralatan adalah sebagai salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (kebutuhan jasmani maupun rohani). 1

Bentuk-bentuk hasil kebudayaan masa lampau itu, memberi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan budaya masa kini dan masa yang akan datang Faktor keadaan alam dan letak geografis negara Indonesia dan dengan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi menjadi faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan berbagai ragam bentuk kreativitas dan aktivitas bangsa Indonesia, sehingga dengan kata lain pembentukan suatu kebudayaan dari seuatu daerah memiliki karakteristik yang berbeda, antara satu daerah dengan daerah yang lainnya dengan membentuk suatu ciri budaya bangsa atau jati diri bangsa, seperti yang diutarakan oleh (Boas, 1858-1942). ciri-ciri budaya haruslah dipelajari dalam konteks masyarakat di mana ciri-ciri tersebut timbul. Produk kriya adalah refleksi nilai-nilai tradisi budaya bangsa masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang, yang merupakan suatu produk kegiatan atau kebiasaan masyarakat secara turun-temurun yang sampai saat ini tetap hidup. Pembuatan barang-barang kriya berawal dari kebutuhan manusia, dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akan alat atau perkakas, baik yang bersifat fisik maupun spiritual. Pada awalnya produk kriya dibuat dengan alat dan teknik yang sederhana, ini membuktikan bahwa manusia pada zaman dahulu memiliki tingkat kepandaian dan keterampilan yang sederhana dan secara manual dalam pembuatan bendabenda kriya, seperti bangunan, perkakas, manik-manik, pahatan, anyaman, tenunan, keramik, dan lain-lain. sebagai sumber pengenalan budaya bangsa dan dasar fisik kehidupan spiritual bangsa Indonesia.

Salah satu hasil kreativitas manusia yang hingga kini terus dikembangkan adalah seni kriya dengan memanfaatkan bahan bahan galian dari batuan yang ada di perut bumi seperti batuan mulya dan onyx. Pembuatan seni kriya dari bahan batu onyx tujuannya sama dengan pembuatan kriya lainnya, yang mulanya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik fisik maupun spiritual, kemudian berkembang berdasarkan permintaan pasar dan kesadaran akan budaya tradisi. Hingga kini kriya batu onyx telah beralih fungsi dari benda sebagai ungkapan rasa estetik dan ekspresi, menjadi benda produksi dalam fenomena kriya sebagai industri kerajinan berdasar nilai pasaran dan permintaan konsumen. Keanekaragaman kriya batu onyx dapat dilihat dari nilai estetiknya baik bentuk, motif serta teknik pengerjaannya, meskipun pada umumnya menekankan pada nilai fungsional, juga telah adanya usaha-usaha dalam peningkatan nilai estetiknya, dalam hal ini para perajin harus aktif mencari informasi-informasi terbaru melalui pelatihan pendidikan dan terus melakukan eksplorasi, agar hasil karya produksi memiliki makna fungsional dan estetik yang lebih berkualitas. Dalam hal ini pengembangan produksi hal yang perlu diperhatikan secara khusus, agar dalam perkembangannya tidak monoton dan baku sehingga mampu menerobos ke pasaran yang lebih luas. Beranjak dari hal di atas, penulis beranggapan bahwa perlu adanya pengkajian terhadap pengrajin dan masyarakat di Desa Cigunung, Kecamatan Parungpnteng, Kabupaten Tasikmalaya sebagai masukan yang inovatif sehingga dapat mengembangkan kriya batu onyx dengan cara penggantian, atau perpaduan dengan jenis Batuan yang lain, mengingat bahan baku batu onyx tidak dapat

diperbaharui. Penelitian secara khusus dapat mengungkap usaha masyarakat Cigunung untuk mengembangkan kriya batu onyx dengan berbagai jenis batuan, variasi bentuk yang inovatif dengan menghasilkan warna yang variatif, sehingga memungkinan terdapat perbedaan bentuk, warna dan jenis kirya batu yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Untuk itulah, penulis tertarik untuk meneliti ihwal pengembangan kriya batu onyx ini dengan judul penelitian: Pengembangan Unsur Estetik pada Kriya Batu Onyx Tasikmalaya (Studi Kasus: Perkembangan bentuk, warna dan bahan baku kriya batu onyx Masyarakat Cigunung Kab. Tasikmalaya). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan kenyataan yang ada, kriya batu onyx mengalami pengembangan. Hal ini disebabkan banyaknya faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan, baik yang sejalan dengan kebutuhan ekspresi seseorang maupun tuntutan nilai ekonomis, pesanan pasar pada sisi lainnya. Di Indonesia dewasa ini banyak bermunculan usaha kerajinan menengah seperti kerajinan batu onyx, mereka selain membuat produk dari batu onyx juga kriya lain seperti: kerajinan tangan, anyaman, kerajinan bubut, ukiran dan kaligrafi, meubel dan furniture. Kurangnya ragam dan jenis yang menarik dan ekspresi dari perajin batu onyx, merupakan keluhan yang paling dominan dari kolektor dan konsumen batu onyx. Untuk mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen diperlukan suatu metode. Dari hasil yang dilakukan, pengusaha batu onyx perlu memperhatikan beberapa customer need yaitu: selain tembus pandang, tahan

gores, mudah dirawat, juga terdapat nilai seni sebagai ekspresivitas yang bebas dari seorang pengrajin. Dalam kaitan itu, maka perkembangan kriya batu onyx Cigunung Tasikmalaya penting untuk diangkat menjadi karya tulis sebagai wujud dari kenyataan perkembangan kesenian masyarakat Tasikmalaya secara umum yang dalam kenyataan terus berkembang. Dengan demikian maka penelitian ini dirumuskan dalam kalimat: Bagaimana kriya batu onyx dikembangkan oleh Masyarakat Cigunung Kecamatan Parungponteng - Tasikmalaya. Rumusan masalah ini dapat diturunkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana nilai estetik bentuk, corak, dan fungsi batu onyx yang diproduksi kelompok masyarakat Cigunung-Tasikmalaya? 2. Apa faktor yang mendukung kelompok masyarakat Cigunung Tasikmalaya sehingga berupaya mengembangkan kriya batu onyx? 3. Bagaimana hasil perkembangan kriya batu onyx masyarakat Cigunung melalui proses praktek di lapangan? C. DEFINISI OPERASIONAL Implementasi suatu program pelatihan secara keseluruhan merupakan proses penerapan suatu program, menjadi suatu kegiatan praktek yang diantaranya akan melibatkan peserta didik dengan instruktur perorangan atau kelompok, yang mendukung keseluruhan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

Schleger, (1985: 11) dalam Rukmayadi (2005:10), mengemukakan definisi sebagai berikut yang artinya:... pelatihan dapat didefinisikan sebagai pengalaman, satu ilmu pengetahuan atau satu cara yang menyebabkan orang untuk memperoleh perilaku baru, yang sebelumnya telah ditetapkan. Dalam penelitian ini pelatihan dimasukkan ke dalam pendidikan pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan masukan pengetahuan apa yang belum dilakukan dan mencoba membuat/menciptakan kreasi baru agar lebih menarik dan banyak diminati konsumen, yang menjadi subyek penelitian adalah perajin batu onyx di Desa Cigunung antara lain: Pendidikan bagi orang dewasa ini dalam prakteknya bermacam-macam Pendidikan lanjutan (continuing education), pendidikan pembaharuan, pendidikan kader organisasi dan pendidikan populer (Trisnamansyah. 1987: 60). Pelatihan itu sendiri merupakan kegiatan yang melibatkan banyak orang, banyak keahlian, sehingga suatu kajian terhadap suatu bentuk pelatihan harus dilihat kasus per kasus, sehingga konteksnya jelas, terarah dan tidak melebar pada kajian yang sifatnya umum. Kesamaan konsep umum untuk setiap perencanaan dan penyelenggaraan program pelatihan dapat dijadikan acuan yang menjadi landasan setiap pelatihan. Dilihat dari tanggung jawabnya ada empat jabatan pokok pada suatu program pelatihan, yaitu: 1). Administrator, yang tugasnya antara lain menentukan tujuan dan menyiapkan berbagai kebijakan. 2). Konsultan, tugasnya antara lain menganalisis masalah dan merekomendasikan pemecahan masalah melalui pelatihan, pendidikan, pengembangan sistim, manajemen dan pengembangan organisasi, kemudian menetapkan program dan melakukan evaluasi.

3). Designer, menyeleksi metode, media, bahan yang akan digunakan serta melakukan evaluasi. 4). Instruktur, tugasnya yaitu menyampaikan materi, menganalisis, merespons kebutuhan warga belajar, evaluasi dan memberikan umpan balik pada designer (Laird, D. 1985: 31). D. BATASAN MASALAH PENELITIAN Agar lebih terfokus maka peneliti akan membatasi penelitian ini pada nilai estetik dari bentuk, corak, dan fungsi batu onyx serta memberikan suatu masukan pada masyarakat tentang pengembangan kriya batu onyx, dengan memberikan masukan berupa saran-saran dengan melihat bahan baku yang tersedia yang tidak dapat diperbaharui, dengan mencari solusi pengganti dan memadukan dengan bahan baku yang lain yang ada di daerah itu. E. LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Cigunung, Kecamatan Perungponteng Kabupaten Tasikmalaya. Daerah ini penduduknya bekerja sebagai petani pemilik atau penggarap tanah pertanian. Perajin yang masih aktif dijadikan subyek penelitian sebanyak 6 orang warga Desa Cigunung, mereka selain menjadi perajin batu juga menjadi petani, terdapat pula perajin yang membuat anyaman bambu (sunda: pipiti) dengan kerja sambilan sebagai petani di lingkungan desanya. F. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi perkembangan kriya batu onyx di desa Cigunung, kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya. Lebih Spesifik lagi penelitian ini ingin mendokumentasikan perkembangan Batu Onyx dilihat dari aspek bentuk, fungsi dan bahan.

Hal ini mencakup pihak yang melakukan pengembangan batu onyx, alasan dan faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan kriya batu onyx. Lebih spesifik lagi penelitian ini ditujukan untuk: 1. Dapat mendeskripsikan bentuk, fungsi, serta nilai-nilai estetik kriya batu onyx kelompok masyarakat Cigunung-Tasikmalaya. 2. Mengetahui faktor pendukung sehingga ingin mengembangkan kriya batu onyx di kabupaten Tasikmalaya. 3. Dapat mengetahui bagaimana teknik pengembangan kriya batu onyx di desa Cigunung melalui praktek dilapangan G. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bermanfaat untuk banyak pihak karena kehidupan kriya batu onyx di masyarakat Tasikmalaya, selain berkaitan diantara kelompok masyarakat kriya batu onyx. Juga secara langsung maupun tidak langsung antara Pengrajin, praktisi, akademis, dan pemerintah setempat selain saling berkaitan dalam bidang kriya batu onyx, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak terkait diantaranya: 1. Bagi perajin untuk dasar pengembangan usaha, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi pengrajin untuk memperbaiki agar dapat berproduksi lebih baik lagi. 2. Bagi praktisi dan akademisi untuk merencanakan pembelajaran kriya batu onyx kepada masyarakat desa Cigunung, untuk kemudian dapat membantu upaya pengembangan kriya batu onyx dan dapat lebih memperkenalkan batu

onyx pada masyarakat umum. Terutama sekolah yang ada di daerah tersebut dipacu untuk lebih efekif untuk berkecimpung dalam dunia kriya batu onyx. 3. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait sebagai bahan pertimbangan bahwa kriya batu onyx menjadi produk andalan dan perlu dikembangkan untuk mendukung perkembangan daerah Cigunung khususnya, dan Tasikmalaya pada umumnya. 4. Bagi peneliti sendiri sebagai langkah lanjut dari penelitian sebelumnya dan penelitian awal untuk meneliti kriya batu onyx di desa Cigunung lebih dalam lagi. Juga untuk peneliti lain menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan. H. TELAAH PUSTAKA Penelitian tentang kriya batu onyx kebanyakan membahas tentang komposisi body atau pemakaiannya sebagai media atau material untuk barang tertentu. Penelitian kriya batu onyx berdasarkan fungsinya dan bentuknya, terutama ditinjau dari bahan baku dan pengembangan pembelajaran masyarakat Cigunung masih sangat sedikit di produksi. Dalam beberapa Jurnal, Skripsi, Tesis, dan Browsing Internet. Tema yang dibahas seputar produksi saja tidak membahas perkembangan unsur estetik kriya batu onyx di Tasikmalaya. Oleh karena itu penelitian yang akan di bahas dan di selenggarakan adalah di sekitar daerah Desa Cigunung, Kecamatan Parungponteng, Kabupaten Tasikmalaya

Dari hasil penelaahan skripsi (Jahid, 2002) tentang perkembangan batu onyx terdapat beberapa hal yang belum dipaparkan dan dipecahkan, permasalahanpermasalahan yang sangat penting untuk dijadikan tesis, di antaranya: 1. Perkembangan teknik pengerjaannya, bentuk, ukuran, nilai estetik, serta pemasaran. 2. Upaya peningkatan teknik pembuatan untuk menghasilkan kriya batu onyx yang bernilai seni tinggi. 3. Langkah-langkah pengembangan membuat kriya batu onyx mengingat bahan bakunya tidak dapat diperbaharui, sampel tidak menampilkan macam-macam hasil kriya secara keseluruhan dan acak dari periode ke periode, mulai dari patung utuh, vas bunga, hiasan meja, dan batu cincin. I. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana perkembangan kriya batu onyx di Tasikmalaya, dengan mengkaji pada: 1. Latar belakang, unsur desain, fungsi, bentuk, dan sumber bahan bakunya. 2. Kajian unsur-unsur visual dari artefak batu onyx yang masih ada di wilayah kualitatif, Cigunung Tasikmalaya. Dalam tulisan ini penelitian yang digunakan pendekatan penelitian Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami menjelaskan berbagai penyebab fenomena sosial dari perspektif para participan melalui keterlibatan ke dalam kehidupan. Pendekatan penelitian yang paling cocok untuk menangkap fenomena tersebut adalah etnografi yang membantu pembaca memahami definisi situasi yang ditelaah oleh para participan, dan peneliti terlibat dalam fenomena yang sedang dikaji.sifat ilmu pengetahuan

disajikan dalam análisis Diskriftif dalam bentuk naratif. Alwasilah, (2002; 27). Pengumpulan informasi menggunakan Metode Analisis Deskrritif, yaitu pemgumpulan infomasi dilakukan secara langsung survey ke responden, baik ke pengrajin, narasumber, informan, konsumen, kolektor maupun dari tokoh-tokoh Masyarakat setempat. Dari pengamatan dan wawancara secara langsung peneliti melakukan penelitian secara meluruhkan diri kedalam permasalahan yang sedang dikaji. Diperoleh informasi data tentang: Artefak kriya batu onyx, bentuk, fungsi dan bahan baku batu. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2005: 4) Pelaporan dinarasikan sedemikian rupa secara keseluruhan wacananya yang memcerminkan kecocokan, yang saling mendukung, baik wawancara dengan perajin, tokoh masyarakat, maupun konsumen/kolektor. Dikemas sesuai dengan bentuk retorik, keunikan sajian dan struktur studi kasus. Memberikan suatu argumen yang dapat menggerakannya berbuat sesuatu sebagai tindak lanjut. Menampilkan dalam laporannya berbagai catatan rinci dari konteks serta temuantemuan penelitian dipaparkan dan disajikan secara mendetil dan terperinci. J. TAHAPAN PENELITIAN 1. Studi Pustaka Langkah awal dari penelitian ini berupa studi pustaka dengan tujuan menemukan teori-teori, kebijakan, peraturan serta menemukan hasil penelitian terdahulu yaitu dengan mencari data tentang hal-hal yang berhubungan dengan

penelitian batu onyx melalui buku, jurnal, artikel, majalah, bulletin, skripsi, tesis ensiklopedi, kamus, browsing dan data dari Internet. 2. Observasi Partisipasi Untuk menganalisa kriya batu onyx di desa Cigunung, kecamatan Parungponteng, kabupaten Tasikmalaya, peneliti menadakan observasi ke lokasi pengrajin di daerah itu baik usaha besar maupun usaha kecil. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pengamatan langsung di lapangan dan ikut berperan serta mengikuti kegiatan proses. Peneliti juga melakukan pengamatan mulai dari tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, sampai kepada pemasaran. a. Pada tahap perencanaan, peneliti mengamati bagaimana perkembangan bentuk, wujud, teknik, bahan baku serta nilai estetikanya. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah memberi pelatihan teknik pembuatan batu onyx seperti yang dilakukan oleh perajin di Tulung Agung Jawa tengah sampai sekarang. b. Pada tahap persiapan, peneliti mengamati unsur-unsur pendukung terjadinya perkembangan kriya batu onyx di Desa Cigunung. c. Pada tahapan pelaksanaan peneliti mengamati bagaimana upaya masyarakat Desa Cigunung untuk mengembangkan usaha kriya batu onyx mengingat bahan baku batu onyx makin sedikit dan tidak bisa diperbaharui, mengamati upaya masyarakat untuk memanfaatkan peralatan yang sudah ada. 3. Wawancara Tidak Berstruktur Untuk memperoleh data yang lengkap guna kepentingan analisa yang dilakukan secara naturalis, holistik, kualitatif, dinamis dan unik, dilakukan

wawancara tidak berstruktur. Wawancara ini bersifat luwes disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi alam sekitar. Wawancara tidak berstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka (Mulyana, 2001:180). Wawancara dilakukan juga secara terarah maupun tidak terarah. Wawancara tidak terarah adalah wawancara yang berifat santai, bebas dan memberikan kesempatan, yang ditanyakan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. (Nasution, 1992:20). Untuk kepentingan di atas peneliti melakukan wawancara dengan pihakpihak yang terkait, diantaranya Pemerimtah setempat, kepala desa, tokoh masyarakat dan beberapa orang penduduk yang mengoleksi produk kriya batu onyx disekitar wilayah desa tersebut. 4. Dokumentasi Untuk memperjelas, mempermudah, gambaran secara konkrit, penelitian kriya batu onyx menggunakan media foto, catatan dokumen yang diperlukan sehingga baik wujud, bentuk, tekstur, maupun desainnya terlihat jelas. Agar memperoleh keakuratan, validitas, realibilitas, data yang mendukung pembahasan, maka analisis yang dikembangkan akan ditempuh dengan mengidentifikasi dan mengklarifikasi berbagai informasi tertulis, lisan dan visual. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisa data menggunakan analisis tekstual dan kontekstual. Secara garis besar penelitian ini dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu (1) persiapan penelitian, (2) Pelaksanaan laporan, (3) Penyusunan laporan.

Pada tahap persiapan dan pengumpulan data tertulis dilakukan melalui studi sumber kepustakaan secara terus menerus dilakukan sampai memasuki tahap penulisan laporan, pada tahap penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung pada objek dan mendeskripsikannya secara legnkap. Selain itu observasi dilakukan terhadap gambar atau foto yang terdapat dalam buku dan media cetak lainnya. Langkah berikutnya laporan hasil penelitian disusun sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis. K. KERANGKA PENELITIAN Pola pikir terjadi dari kegiatan perajin, yang pada awalnya membuat untuk memenuhi keperluan sendiri dengan lingkungan masyarakat yang sangat terbatas, menjadi kegiatan industri kerajinan tangan yang hasilnya ditujukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat konsumen yang lebih luas. Luasnya pasar menunjukkan luasnya masyarakat pengguna, yang juga berarti lebih beragamnya tuntutan konsumen. Tuntutan kebutuhan tersebut telah menuntut para perajin untuk mencoba memahami konsumennya. perajin dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dapat mengikuti perubahan kebutuhan masyarakat konsumen yang permintaannya berkembang terus, serta terus mengaktualkan produknya, memperbaiki kualitas dengan desain-desain yang lebih menarik. Cara kerja dan waktu pembuatan yang lebih efisien serta jumlah produksi yang lebih besar harus dapat diantisipasi oleh perajin.

Program dalam bentuk pelatihan bagi masyarakat di sentral-sentral Pengrajin, tiap individu atau kelompok perajin memiliki karakteristik tersendiri dan khusus, serta memiliki masalah-masalah tersendiri pula, sehingga perlu disusun dan di implementasikan suatu program pelatihan yang tepat untuk memfasilitasi tuntutan kebutuhan perajin. Kerangka berfikir yang dikemukakan di dalam penyusunan tulisan ini adalah bertolak dari paradigma baru tentang estetika batu onyx dan pelestarian keterampilan perajin. Potensi yang ada pada perajin dapat difasilitasi untuk menjadi kegiatan kreatif dan produktif dengan melalui pendidikan atau pelatihan yang tepat sasaran.

Masyarakat Kriya Cigunung Pengembangan Kriya Batu Onyx Kondisi Objektif Faktor penghambatan Artefak kriya batu onyx Teknik, Bentuk, corak, fungsi Kriya Batu Onyx Faktor pendukung Keterangan bagan: Skema: I.1 Diagram Kerangka berpikir : Garis lurus dengan anak panah menunjukan bahwa masyarakat kegiatan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga dapat melakukan karya kriya batu onyx. : Garis vertikal dengan anak panah ke kiri dan ke kanan menerangkan adanya pengaruh internal dan eksternal terhadap bentuk dan corak Kriya Batu Onyx, sehingga mengakibatkan pergeseran terhadap Desain, Teknik, bentuk, fungsi dan nilai estetik suatu hasil Kriya Batu Onyx : menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi.

L. SISTEMATIKA PENELITIAN 1. Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah yang membahas hal-hal yang mendasari fokus tesis ini, rumusan masalah yang berisi persoalan yang akan dikaji, tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan umum penelitian dan tujuan khusus penelitian ini, manfaat penelitian menjelaskan pentingnya tesis ini bagi dunia pendidikan khusunya bagi masyarakat, pemerintah, peneliti. Studi pustaka menganalisa penelitian yang terdahulu dan menghubungkan dengan penelitian ini, metodologi penelitian menjelaskan menggunakan subjek penelitian, dan teknik pengumpulan data, serta sistimatika penulisan yang menguraikan secara singkat pokok-pokok bahasan setiap babnya 2. Bab II Kajian Pustaka/ Landasan Teori Terdiri dari teori-teori dan pendapat yang menjadi landasan dalam penelitian (menjawab pertanyaan penelitian secara teoretis). Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan hipotesa serta penyusunan instrumen penelitian (Prawira, 2008:13). Dari landasan-landasan yang peneliti paparkan akan terjawab fenomena jawaban masalah yang dihadapi peneliti, diantaranya: a. Konsep kriya dan teori seni rupa b. Definisi kriya batu onyx c. Kriya Batu Onyx merupakan komoditi industri kerajinan Tasikmalaya d. Konsep Desain ditijau dari Fungsi dan Bentuk

3. Bab III Metodologi Penelitian Menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, populasi dan sampel, menentukan sumber data, teknik pengumpulan data dan jenis instrumen, penyusunan instrumen dan analisis data. a. Pendekatan / Metoda. b. Pengumpulan Data. c. Analisis Data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa hasil penelitian ini diperoleh serta menjelaskan hasil penelitian.yang dilengkapi dengan fakta dan data. a. Kondisi Objektif (Geografis). b. Kondisi Sosial (Demografi). c. Kondisi Budaya. d. Sistem Kesenian. 5. Bab V Kesimpulan Bab ini menampilkan hasil analisis data yang berupa kesimpulan, dan tanggapan tentang kesimpulan tersebut, Diharapkan dari kesimpulan tersebut didapat jawaban dari rumusan masalah yang dikemukakan.