HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB II BIAYA MUTU. kemampuan suatu produk untuk memenuhi atau melebihi harapan. konsumen ( Hansen and Mowen, 2000, hal: 30 )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

ANALISIS BIAYA MUTU PADA APRIAN KONVEKSI DI SOLO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia menunjukkan persaingan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lain : Haryono Jusuf (1997:24), biaya adalah harga pokok barang yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat tercapai. Untuk itu pencapaian tujuan ini perlu ditunjang oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Quality Cost And Productivity : Measurement, Reporting, and Control (Biaya Kualitas dan Produktivitas)

Penerapan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Catering ABC

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang ketat, peningkatan permintaan dan penghematan biaya

BAB II BIAYA KUALITAS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif ini. Suatu produk

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

ABSTRAK. Kata kunci: biaya kualitas, biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan ekternal, produk cacat.

BAB II ANALISIS BIAYA MUTU. meningkatkan permintaan pelanggan dan mengurangi biaya. Mutu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Fernando Pasaribu dalam tulisannya Pengukuran dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi globalisasi yang semakin cepat kemajuannya memicu persaingan yang

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Bab I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini telah secara praktis mengubah wajah dunia kearah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dalam persaingan pasar yang semakin ketat.

ABSTRAK. Kata kunci: biaya kualitas, aktivitas pengendalian kualitas, dan efisiensi biaya produksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai biaya-biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Quality Management. D Rizal Riadi

ANALISIS PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP OMZET PENJUALAN PADA PT.SAMPURNA KUNINGAN JUWANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PRODUK RUSAK PADA UD. BAROKAH UNGARAN TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis yang kompetitif sekarang ini, peningkatan kualitas

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI DAN NALAR KONSEP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia dan dimulainya era pasar bebas

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut dapat bersaing dalam era perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk dapat bersaing dalam dunia

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ETIKET GUDANG GARAM FILTER SURYA 16 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA

BAB II. dan memberikan profit yang lebih bagi perusahaan. kesopanan), karakteristik sensori (bau, rasa) (Suardi, 2003).

QUALITY COST OF PRODUCT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pakar, di antaranya adalah Menurut stevenson (2014:4) manajemen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan untuk mempertahankan keadaan going concern atau suatu

PEMBEBANAN BOP DENGAN TARIF DEPARTEMEN PADA PT. NAGA SEMUT KEBUMEN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADA UD. MEGA JAYA GRESIK SKRIPSI

BAB II BIAYA MUTU. kebendaan sangat umum sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara oprasional

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS HUBUNGAN BIAYA KUALITAS DENGAN PERSENTASE PRODUK CACAT

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP TINGKAT PENJUALAN PADA PT MITRA SEJATI MULIA INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor penentu kelangsungan hidup perusahaan adalah kualitas, seperti

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH BIAYA DESAIN PRODUK DAN BIAYA KUALITAS PRODUK TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Kasus Pada Perusahaan Sandal Sepvia Tasikmalaya)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KOREKSI FISKAL PADA PT. FAJAR SULTRA CEMERLANG

ABSTRACT. Key word : Prevention Cost, Appraisal Cost, Internal Failure Cost, External Failure Cost, and Cost Control Product. viii

PENGENDALIAN KUALITAS MELALUI PENGUKURAN DAN PELAPORAN BIAYA KUALITAS (STUDI KASUS PADA UD GUYUB SANTOSO BLITAR BLITAR) Dewi Lestianingrum

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN CAHAYA BARU PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, bagi negara-negara di dunia memasuki fase baru yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasi persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam pelayanan dan fasilitas lengkap dengan. Konsumen tidak menginginkan produk atau jasa, yang tidak memenuhi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting. Menurut Mulyadi (2012: 8): Biaya adalah pengorbanan sumber

TAUFIK RACHMAN Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

LAPORAN AKHIR. Dibuat untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya.

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PESANAN PADA UPT. PENERBIT DAN PERCETAKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi bidang usaha di Indonesia cepat berubah, banyak perusahaan yang jatuh

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BIAYA KUALITAS TERHADAP PENGENDALIAN PRODUK CACAT (STUDI PADA CV. EKA PUTRA LAS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Pemeriksaan Operasional merupakan suatu pemeriksaan atas kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekarang ini di dunia persaingan yang ketat, kualitas perlu menjadi pusat

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Skripsi. Faktor-Faktor yang Mendorong Keputusan Merger dan Akuisisi. Serta Dampaknya Terhadap Sustainable Competitive Advantage

PENENTUAN DAN ANALISIS BIAYA KUALITAS MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA LABORATORIUM RSUD FAUZIAH BIREUEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II BAHAN RUJUKAN

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

Laporan Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Akuntansi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

PENGARUH LABA BERSIH DAN KOMPONEN-KOMPONEN AKRUAL DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS DI MASA MENDATANG (STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pun pengusaha asing. Para pengusaha yang ingin tetap dan terus bertahan di

PENGARUH FAKTOR ORGANISASIONAL, FAKTOR INDIVIDUAL, DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP INTENSI WHISTLEBLOWING SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sumber daya ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2003, bagi Indonesia, adalah memasuki fase baru yang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh : Yoana Cinthya Permatasari NIM : 132114064 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Oleh : Yoana Cinthya Permatasari NIM : 132114064 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

ii

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16:3) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13) Skripsi ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Papaku Sidik Purwanto dan Mamaku Rita Pujiastuti yang aku sayang Kakakku Marcella Endah Pratiwi Seorang partner istimewaku, Erwin Tomy Fitriyanto iv

v

vi

KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph. D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis. 2. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. FA. Joko Siswanto, MM., Ak., QIA., CA dan Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Romo Azismardopo Subroto SJ, selaku Direktur PT. Kanisius yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi. 5. Ibu Hariastuti yang telah banyak membantu dan memberikan data untuk penelitian ini. 6. Sidik Purwanto dan Rita Pujiastuti selaku orang tua yang selalu memberikan dorongan, semangat, kesabaran, dan doa restu baik moral dan material selama penulis menuntut ilmu hingga terselesaikan skripsi ini. 7. Marcella Endah Pratiwi yang selalu memberikan nasehat, semangat, dan perhatian kepada penulis. 8. Erwin Tomy Fitriyanto yang selalu setia menemani, memberi dukungan untuk selalu belajar dan belajar dalam segala hal, teman yang selalu ada dalam suka maupun duka, yang menjadi penyemangat untuk mencapai cita-cita dan vii

viii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS... vi HALAMAN KATA PENGANTAR... vii HALAMAN DAFTAR ISI... ix HALAMAN DAFTAR TABEL... xii HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii ABSTRAK... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 3 D. Tujuan Penelitian... 3 E. Manfaat Penelitian... 3 F. Sistematika Penulisan... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 6 A. Kualitas... 6 1. Definisi Kualitas... 6 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas... 6 3. Dimensi Kualitas Produk... 7 4. Ukuran Standar Kualitas... 8 5. Pengendalian Kualitas... 9 B. Biaya Kualitas... 10 1. Definisi Biaya Kualitas... 10 2. Pengelompokan Biaya Kualitas... 12 3. Pandangan Tentang Biaya Kualitas... 16 4. Laporan Biaya Kualitas... 19 5. Komposisi Biaya Kualitas... 20 ix

6. Dasar Pengukuran Biaya Kualitas... 21 7. Perilaku Biaya Kualitas... 22 C. Produk Cacat... 23 1. Definisi Produk Cacat... 23 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat... 23 D. Hubungan antara Biaya Kualitas dan Produk Cacat...... 24 1. Hubungan antara Biaya Pencegahan dan Produk Cacat...... 24 2. Hubungan antara Biaya Penilaian dan Produk Cacat...... 26 3. Hubungan antara Biaya Kegagalan dan Produk Cacat...... 27 E. Penelitian Terdahulu... 28 F. Kerangka Konseptual... 30 G. Perumusan Hipotesis... 30 BAB III METODE PENELITIAN... 32 A. Jenis Penelitian... 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 32 C. Subjek dan Objek Penelitian... 32 D. Data yang Diperlukan... 33 E. Teknik Pengumpulan Data... 33 F. Teknik Analisis Data... 34 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 38 A. Sejarah Perusahaan... 38 B. Lokasi Perusahaan... 39 C. Visi dan Misi Perusahaan... 40 D. Struktur Organisasi Perusahaan... 40 E. Deskripsi Jabatan... 43 F. Personalia Perusahaan... 47 G. Bagian Produksi... 52 H. Kategori Produk Cacat... 57 I. Aspek Pemasaran... 58 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 59 A. Deskripsi Data... 59 B. Analisis Data... 70 C. Pembahasan... 76 BAB VI PENUTUP... 80 A. Kesimpulan... 80 B. Keterbatasan Penelitian... 80 C. Saran... 80 x

DAFTAR PUSTAKA... 82 LAMPIRAN... 84 LAMPIRAN I Daftar Pertanyaan... 85 LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian... 88 xi

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 : Bentuk Laporan Biaya Kualitas... 20 Tabel 2.2 : Komposisi Biaya Kualitas... 21 Tabel 3.1 : Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel... 37 Tabel 4.1 : Deskripsi Tugas Setiap Divisi PT. Kanisius... 43 Tabel 4.2 : Total Jumlah Karyawan PT. Kanisius... 48 Tabel 4.3 : Jadwal Kerja Karyawan Bagian Non Produksi PT. Kanisius... 49 Tabel 4.4 : Kategori Produk Cacat... 58 Tabel 5.1 : Jumlah Produksi... 60 Tabel 5.2 : Jumlah Produk Cacat... 61 Tabel 5.3 : Biaya Perawatan Mesin... 62 Tabel 5.4 : Biaya Pelatihan Karyawan... 63 Tabel 5.5 : Biaya Inspeksi Pracetak... 64 Tabel 5.6 : Biaya Inspeksi Cetak... 65 Tabel 5.7 : Biaya Inspeksi Pasca Cetak... 66 Tabel 5.8 : Total Biaya Pencegahan... 67 Tabel 5.9 : Total Biaya Penilaian... 69 Tabel 5.10 : Persentase Produk Cacat... 70 Tabel 5.11 : Uji Normalitas Biaya Pencegahan dan Produk Cacat... 71 Tabel 5.12 : Uji Normalitas Biaya Penilaian dan Produk Cacat... 71 Tabel 5.13 : Statistik Deskriptif Biaya Pencegahan dan Produk Cacat... 72 Tabel 5.14 : Statistik Deskriptif Biaya Penilaian dan Produk Cacat... 72 Tabel 5.15 : Koefisien Hubungan antara Biaya Pencegahan dan Produk Cacat 72 Tabel 5.16 : Koefisien Hubungan antara Biaya Penilaian dan Produk Cacat... 73 xii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Grafik Biaya Kualitas Acceptable Quality Level... 18 Gambar 2.2 : Grafik Biaya Kualitas Kontemporer... 19 Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual... 30 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi PT. Kanisius 2016... 42 Gambar 4.2 : Alur Order PT. Kanisius... 55 Gambar 4.3 : Proses Produksi Buku PT. Kanisius... 55 xiii

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA BIAYA KUALITAS DAN PRODUK CACAT Studi Kasus di PT. Kanisius Yogyakarta Yoana Cinthya Permatasari NIM : 132114064 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara biaya pencegahan dan jumlah produk cacat. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara biaya penilaian dan jumlah produk cacat. Penelitian ini penting karena dengan menggunakan biaya kualitas khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian maka akan meningkatkan kualitas produk yang akan berdampak pada menurunnya jumlah produk cacat. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 1) biaya pencegahan memiliki hubungan rendah dan negatif tidak signifikan dengan jumlah produk cacat. 2) biaya penilaian memiliki hubungan rendah dan negatif signifikan dengan jumlah produk cacat. Hubungan yang rendah dapat disebabkan karena perusahaan belum maksimal dalam mengalokasikan biaya pencegahan dan biaya penilaian yang berdampak pada jumlah produk cacat. Kata Kunci : Kualitas, Biaya Kualitas, Produk Cacat. xiv

ABSTRACT THE RELATIONSHIP BETWEEN THE COST OF THE QUALITY AND OF A DEFECTIVE PRODUCT A Case Study at PT. Kanisius Yogyakarta Yoana Cinthya Permatasari Student Number : 132114064 Sanata Dharma University Yogyakarta 2017 This research aims to examine the relationship between the cost of prevention and number of defective products. This research also aims to examine the relationship between the cost of assessment and number of defective products. This research is important because by using the cost of the quality, especially the cost of prevention and the cost of assessment improves the quality of products and it will impact on the declining of number of defective products. This research is a case study. Data is obtained by interview and documentation. Data analysis technique is descriptive analysis. The analysis data showed that 1) prevention costs had a low and negative insignificant relationship with number of defective products 2) assessment costs had a low and negative significant relationship with number of defective products. The relationship could be caused that the company did not maximise in allocating the cost of prevention and the cost of assessment that impacted the number of defective products. Keywords : Quality, Cost of Quality, a Defective Product. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini persaingan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain semakin ketat. Persaingan ini menuntut setiap perusahaan untuk dapat meningkatkan kualitas hasil produksinya demi menjaga eksistensi perusahaan. Meningkatnya intensitas persaingan dan jumlah pesaing juga menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebih memuaskan daripada cara yang dilakukan oleh para pesaing. Dengan hasil produksi yang berkualitas, maka diharapkan para konsumen akan tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila produk tersebut dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan para konsumen. Produk yang mengarah pada kepuasan konsumen merupakan strategi perusahaan untuk lebih memfokuskan pada apa yang diinginkan konsumen sebagai kunci keberhasilan pesaing. Produk yang berkualitas tidak akan mudah ditiru oleh perusahaan lain dan akan menjadi nilai keunggulan bagi perusahaan. Untuk dapat mencapai produk yang berkualitas, maka perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas hasil produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Peningkatan kualitas dapat diketahui dengan penurunan produk cacat. Penurunan produk cacat akan berpengaruh secara langsung terhadap besarnya biaya kualitas. 1

2 Biaya kualitas merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang sesuai dengan spesifikasinya untuk memenuhi kepuasan konsumen. Biaya kualitas dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai pengukur keberhasilan program perbaikan kualitas. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan yang harus selalu memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan tersebut. Apabila suatu perusahaan ingin melakukan program perbaikan kualitas, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masingmasing dari keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas (Erviansyah, 2013). Biaya kualitas itu sendiri terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Setiap perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang tinggi setidaknya sampai dengan tingkat tertentu. Perusahaan-perusahaan saat ini berorientasi ke arah kerusakan nol (zero defect) untuk mencegah terjadinya produk cacat. Walaupun perusahaan dapat mencapai zero defect, perusahaan masih harus menanggung biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian, dimana biaya pencegahan untuk mencegah terjadinya produk cacat, biaya penilaian untuk menentukan apakah produk sudah sesuai dengan persyaratan atau belum, dan biaya pengendalian sebagai biaya yang dikeluarkan untuk menurunkan biaya kegagalan, sehingga selanjutnya biaya pengendalian dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan mampu menutup biaya karena kegiatan kegagalan dalam jangka waktu yang panjang.

3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana hubungan biaya kualitas yang diukur dengan biaya pencegahan dan biaya penilaian dengan produk cacat pada PT. Kanisius tahun 2014 sampai dengan tahun 2016? C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa biaya kualitas terdiri dari empat komponen yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal. Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan difokuskan hanya pada biaya pencegahan dan biaya penilaian, karena kedua biaya tersebut merupakan suatu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kualitas sehingga akan berdampak pada berkurangnya produk cacat. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan biaya kualitas yang diukur dengan biaya pencegahan dan biaya penilaian dengan produk cacat pada PT. Kanisius tahun 2014 sampai dengan tahun 2016. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak, antara lain :

4 1. Bagi Perusahaan Sebagai masukan yang mungkin dapat membantu perusahaan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan strategi yang digunakan perusahaan dalam menghadapi persaingan masa sekarang ini. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian serupa dan untuk menambah koleksi buku perpustakaan Sanata Dharma. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi enam bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung dan hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dari penelitian ini. Bab III : Metode Penelitian Bab ini membahas tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

5 Bab IV : Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum perusahaan yang berkaitan dengan sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personalia perusahaan, kategori produk cacat, pemasaran, kegiatan usaha dan proses produksi serta produk yang dihasilkan perusahaan. Bab V : Analisis Data dan Pembahasan Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bab VI : Penutup Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kualitas 1. Definisi Kualitas Menurut Hansen dan Mowen (2009: 269), Kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam pengertian ini kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan (goodness) atau dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah kepuasaan pelanggan. Produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan (Hansen dan Mowen, 2009: 269). Menurut Blocher et al. (2007: 388), Kualitas adalah produk atau jasa sesuai dengan desain atau spesifikasi dan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan pada harga bersaing yang bersedia dibayar pelanggan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Menurut Assauri (2008: 293), terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas suatu barang, yaitu : a. Fungsi suatu barang Suatu fungsi yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi penggunaan barang tersebut, sehingga barang-barang yang dihasilkan benar-benar dapat memenuhi fungsi tersebut. b. Wujud luar Salah satu faktor penting yang sering digunakan oleh konsumen dalam menentukan kualitas suatu barang adalah wujud luar dari barang 6

7 tersebut. Wujud luar dari barang tidak hanya terlihat dari bentuk tetapi juga dari warna, susunan (pembungkusan) dan lain-lain. c. Biaya barang Biaya dan harga suatu barang atau jasa dapat menentukan kualitas dari barang tersebut. Hal ini terlihat jika produk yang dihasilkan mempunyai biaya atau harga yang lebih tinggi biasanya menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut relatif baik. 3. Dimensi Kualitas Produk Menurut Hansen dan Mowen (2009: 269-271), kualitas produk atau produk yang berkualitas adalah sesuatu yang memenuhi harapan pelanggan yang mengacu pada 8 (delapan) dimensi sebagai berikut : a. Perfomance (Kinerja) Kinerja mengacu sejauh mana konsistensi dari fungsi suatu barang. b. Aesthetics (Estetika) Estetika berhubungan dengan penampilan wujud produk seperti gaya dan keindahan, serta penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa. c. Serviceability (Kemudahan perawatan dan perbaikan) Serviceability berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk. d. Features (Kualitas desain) Features adalah karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis yang fungsinya sama. Kualitas desain yang lebih baik biasanya

8 tercermin pada biaya produksi dan harga jual yang lebih tinggi. Kualitas desain membantu perusahaan menentukan pasarnya. e. Reliability (Keandalan) Reliability adalah kemampuan produk dalam memberikan fungsi yang diinginkan selama beberapa waktu tertentu. f. Durability (Tahan lama) Durability berkaitan dengan lamanya produk memberikan fungsinya atau berapa lama suatu produk dapat digunakan dengan kata lain keawetan produk. g. Quality of conformance (Kualitas kesesuaian) Kualitas kesesuaian adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya atau tidak. h. Fitness for use (Kesesuaian kegunaan) Fitness for use adalah kesesuaian produk dengan fungsi-fungsi yang sudah disebutkan. Ketidakpercayaan produk sering merupakan akibat dari kegagalan kesesuaian. 4. Ukuran Standar Kualitas Menurut Hansen dan Mowen (2009: 270-271), standar kualitas suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan dua ukuran, yaitu : a. Standar fisik Untuk lini manajer dan personel operasi, pengukuran fisik terhadap kualitas seperti jumlah unit cacat, persentase kegagalan eksternal, kesalahan penagihan, kesalahan control dan ukuran-ukuran fisik

9 lainnya mungkin dapat lebih berarti untuk pengukuran fisik, standar kualitasnya adalah cacat nihil atau kesalahan. Tujuannya agar setiap orang melakukan pekerjaannya dengan benar sejak pertama. b. Standar interim Bagi sebagian perusahaan, standar cacat nihil (zero defect) merupakan tujuan jangka panjang, karena memperbaiki kualitas sampai tingkat cacat nihil dapat memakan waktu, maka standar perbaikan tahunan harus dikembangkan. Standar kualitas interim ini mengekspresikan tujuan-tujuan kualitas untuk tahun tersebut. 5. Pengendalian Kualitas Menurut Assauri (2008: 38), Pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Menurut Assauri (2008: 299), Pengendalian kualitas adalah usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Menurut Adam et al. (2016: 103), fungsi pengendalian kualitas bukan saja untuk memperoleh kualitas produk yang sesuai dengan standar, tetapi juga untuk mengetahui tingkat efisiensi.

10 Menurut Assauri (2008: 299), tujuan dari pengendalian kualitas adalah : a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan. b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin. c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. B. Biaya Kualitas 1. Definisi Biaya Kualitas Menurut Blocher et al. (2007: 404), Biaya kualitas adalah biaya dari aktivitas yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas rendah, serta biaya peluang dari waktu produksi dan penjualan yang hilang akibat kualitas yang rendah. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 272), Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Dari definisi biaya kualitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan dua jenis kegiatan (Hansen dan Mowen, 2009: 272) yaitu :

11 a. Kegiatan pengendalian (control activities) adalah kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan pencegahan dan kegiatan penilaian. Biaya pengendalian adalah biayabiaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan pengendalian. b. Kegiatan karena kegagalan (failure activities) adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespons kualitas yang buruk. Kegiatan karena kegagalan terdiri dari kegiatan kegagalan internal dan kegiatan kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan dalam kegiatan. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 273), biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) dan biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs). Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan, misalnya biaya perencanaan kualitas, biaya pemeriksaan distribusi, dan biaya pengerjaan ulang. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya kesempatan atau opportunitas yang terjadi karena kualitas yang buruk dan biasanya biaya opportunitas tidak disajikan dalam catatan akuntansi, misalnya biaya kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan, dan biaya kehilangan pangsa pasar. Hal ini menunjukkan bahwa biaya kualitas

12 yang tersembunyi adalah semua biaya yang berada dalam kategori kegagalan eksternal. 2. Pengelompokan Biaya Kualitas Pengelompokan biaya kualitas menurut Blocher et al. (2007: 404-408), adalah sebagai berikut : a. Biaya pencegahan (prevention costs) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kerusakan kualitas. Menurut Blocher et al. (2007: 404-405), biaya pencegahan meliputi : 1) Biaya pelatihan kualitas. Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk melaksanakan program-program pelatihan internal bagi para pegawai yang berpartisipasi dalam program-program eksternal untuk memastikan pelaksanaan produksi, pengiriman, dan pelayanan produk dan jasa yang tepat dan untuk meningkatkan kualitas. Biaya-biaya ini meliputi upah dan gaji yang dikeluarkan dalam pelatihan, biaya instruksi, beban staf klerikal dan biaya persediaan lain-lain, serta biaya untuk menyiapkan buku pegangan dan manual instruksi. 2) Biaya perencanaan kualitas. Upah dan overhead untuk perencanaan kualitas dan perkumpulan kualitas, desain prosedur baru, desain peralatan baru untuk meningkatkan kualitas, studi keandalan dan evaluasi pemasok.

13 3) Biaya pemeliharaan peralatan. Biaya yang terjadi untuk memasang, menyesuaikan, memelihara, memperbaiki, dan mengawasi peralatan, proses, dan sistem produksi. 4) Biaya penjaminan pemasok. Biaya yang terjadi untuk memastikan bahwa bahan baku, komponen, dan jasa yang diterima memenuhi standar kualitas perusahaan. Biaya-biaya ini termasuk biaya pemilihan, evaluasi, dan pelatihan pemasok untuk menyesuaikan dengan persyaratan total quality management. 5) Biaya sistem informasi. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan persyaratan data dan mengukur, mengaudit, dan melaporkan data kualitas. 6) Desain ulang produk atau perbaikan proses. Biaya yang terjadi untuk mengevaluasi dan memperbaiki desain produk dan proses operasi untuk memudahkan proses operasi untuk memudahkan proses produksi atau untuk mengurangi atau meniadakan masalahmasalah kualitas. 7) Perkumpulan kualitas. Biaya yang terjadi untuk membentuk dan mengoperasikan perkumpulan pengendalian kualitas untuk menentukan masalah-masalah kualitas dan memberikan solusi untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa. b. Biaya penilaian/deteksi (appraisal/detection costs) adalah biaya yang terjadi dalam pengukuran dan analisis data untuk memastikan apakah produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi. Biaya-biaya ini terjadi

14 selama produksi tetapi sebelum pengiriman kepada para pelanggan. Menurut Blocher et al. (2007: 406), biaya penilaian meliputi: 1) Biaya pengujian dan inspeksi. Biaya yang terjadi untuk menguji dan menginspeksi bahan baku yang masuk, barang dalam proses, dan barang jadi atau jasa. 2) Biaya perolehan peralatan pengujian. Pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh, mengoperasikan, atau memelihara fasilitas, peranti lunak, mesin-mesin, dan peralatan pengujian atau penilaian kualitas produk, jasa, atau proses. 3) Audit kualitas. Gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam penilaian kualitas produk dan jasa serta pengeluaran lain yang terjadi selama penilaian kualitas. 4) Pengujian laboratorium. 5) Pengujian dan evaluasi lapangan. 6) Biaya informasi. Biaya untuk menyiapkan dan memeriksa laporan kualitas. c. Biaya kegagalan internal (internal failure costs) adalah biaya yang terjadi akibat kualitas buruk yang ditemukan melalui penilaian sebelum produk diserahkan ke pelanggan. Menurut Blocher et al. (2007: 406), biaya kegagalan internal meliputi : 1) Biaya tindakan perbaikan. Biaya untuk waktu yang digunakan dalam menemukan penyebab kegagalan dan memperbaiki masalah.

15 2) Biaya pengerjaan ulang dan bahan sisa produksi. Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead untuk bahan sisa (scrap), pengerjaan ulang (rework), dan inspeksi ulang. 3) Biaya proses. Biaya yang dikeluarkan untuk mendesain ulang produk atau proses, penghentian mesin yang tidak direncanakan untuk penyesuaian, dan produksi yang hilang karena ada penyelaan proses untuk perbaikan atau pengerjaan ulang. 4) Biaya percepatan. Biaya yang terjadi untuk mempercepat operasi produksi karena adanya waktu yang digunakan untuk perbaikan atau pengerjaan ulang. 5) Biaya inspeksi ulang dan pengujian ulang. Gaji, upah, dan bebanbeban yang terjadi selama inspeksi atau pengujian ulang terhadap produk-produk yang telah dikerjakan ulang atau diperbaiki. 6) Kontribusi yang hilang karena peningkatan permintaan atas sumber daya yang terbatas. Sumber daya terbatas yang dikeluarkan untuk memproduksi unit-unit produk cacat akan meningkatkan waktu siklus dan menurunkan jumlah total output. Kontribusi yang tidak diperoleh dari unit-unit yang tidak diproduksi karena tidak tersedianya sumber daya yang terbatas akan menurunkan laba operasi perusahaan. d. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan kualitas setelah produk atau jasa yang tidak dapat diterima mencapai pelanggan serta kehilangan

16 peluang laba yang disebabkan oleh penyerahan produk atau jasa yang tidak dapat diterima pelanggan. Menurut Blocher et al. (2007: 407), biaya kegagalan eksternal meliputi : 1) Biaya perbaikan atau penggantian. Perbaikan atau penggantian produk-produk gagal yang dikembalikan atau diretur. 2) Biaya untuk menangani keluhan dan pengembalian (retur) dari pelanggan. Gaji dan overhead administrasi dari departemen layanan pelanggan, pengurangan harga atau diskon yang merupakan garansi untuk kualitas rendah dan biaya angkut. 3) Biaya penarikan kembali dan pertanggungjawaban produk. Biaya administrasi untuk menangani penarikan kembali, perbaikan atau penggantian produk, biaya hukum, dan biaya penyelesaian hukum. 4) Penjualan yang hilang karena produk yang tidak memuaskan. Margin kontribusi yang hilang karena pesanan yang dibatalkan, kehilangan penjualan, dan penurunan pangsa pasar. 5) Biaya untuk memperbaiki reputasi. Biaya aktivitas pemasaran untuk meminimalkan kerugian dari reputasi yang buruk dan untuk memperbaiki citra dan reputasi perusahaan. 3. Pandangan Tentang Biaya Kualitas Menurut Hansen dan Mowen (2009: 277-279), terdapat dua fungsi biaya kualitas yaitu sebagai berikut :

17 a. Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima Mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Dapat dilihat pada gambar 2.1, ketika biaya pengendalian meningkat, maka biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus menerus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas. Ini merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan atau biasa disebut tingkat kualitas yang dapat diterima (Acceptable Quality Level/AQL). Namun pandangan ini memiliki kelemahan yaitu dapat meneruskan kesalahan-kesalahan operasi sebelumnya dan memiliki komitmen untuk mengirimkan produk yang cacat kepada pelanggan.

18 Gambar 2.1 Grafik Biaya Kualitas Acceptable Quality Level (AQL) Sumber : Hansen dan Mowen, 2009: 279 b. Pandangan Cacat Nol Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pada gambar 2.2 digambarkan bahwa model cacat nol (zero defect model) menyatakan keunggulan biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit cacat hingga nol. Pandangan ini mensyaratkan bahwa produk dan jasa yang diproduksi dan dikirim kepada pelanggan adalah yang sesuai nilai sasaran. Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk cacat akan menjadi lebih kompetitif relatif terhadap perusahaan yang meneruskan penggunaan model AQL tradisional.

19 Gambar 2.2 Grafik Biaya Kualitas Kontemporer Sumber : Hansen dan Mowen, 2009: 281 4. Laporan Biaya Kualitas Menurut Nasution (2005: 176), laporan biaya kualitas diklasifikasi ke dalam empat kategori untuk mempermudah proses pelaporan biaya kualitas. Bentuk laporan biaya kualitas dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

20 Tabel 2.1 Bentuk Laporan Biaya Kualitas Kelompok Biaya Kualitas 1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs) a. Biaya desain dan operasi sistem kualitas b. Biaya pelatihan kualitas bagi karyawan c. Biaya pelatihan dan evaluasi pemasok Total Biaya Kegagalan Eksternal Rp XXX XX % Total Biaya Kualitas Rp XXX XX % Sumber : Nasution, 2005: 176 5. Komposisi Biaya Kualitas Dalam biaya kualitas terdapat berbagai macam biaya yang dipakai perusahaan untuk kegiatan pengendalian kualitas produk. Komposisi biaya kualitas dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut : Biaya Kualitas Rp XXX Rp XXX Rp XXX % dari Penjualan Total Biaya Pencegahan Rp XXX XX % 2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs) a. Biaya pemeriksaan bahan b. Biaya penilaian produksi c. Biaya penilaian proses Rp XXX Rp XXX Rp XXX Total Biaya Penilaian Rp XXX XX % 3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs) a. Downtime b. Biaya sisa bahan c. Biaya pengerjaan ulang Total Biaya Kegagalan Internal 4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs) a. Warranty repairs b. Biaya penanganan keluhan pelanggan c. Repacking dan freight Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX XX %

21 Tabel 2.2 Komposisi Biaya Kualitas Biaya Pengendalian Biaya Pencegahan Biaya teknik dan perencanaan kualitas Biaya tinjauan produk baru Biaya rancangan proses atau produk Biaya pengendalian proses Biaya pelatihan dan audit kualitas Biaya Penilaian Biaya Kualitas Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan baku Biaya pemeriksaan dan pengujian produk Biaya pemeriksaan kualitas produk Biaya evaluasi persediaan Biaya penerimaan produk Sumber : Nasution, 2005: 173-175 6. Dasar Pengukuran Biaya Kualitas Biaya Kegagalan Biaya Kegagalan Internal Biaya sisa bahan (scrap) Biaya pengerjaan ulang Biaya untuk memperoleh bahan baku Factory contact engineering cost Biaya inspeksi kembali Biaya Kegagalan Eksternal Biaya penanganan keluhan selama masa garansi Biaya penanganan keluhan di luar masa garansi Biaya pelayanan produk Product liability Biaya penarikan kembali produk Menurut Nasution (2005: 176-177), beberapa perusahaan kelas dunia menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuranukuran lain seperti berikut : a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan). Semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses.

22 b. Biaya kualitas dibandingkan terhadap keuntungan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai keuntungan). Semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan (cost of goods sold), diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok penjualan, semakin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas semakin sukses. 7. Perilaku Biaya Kualitas Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 42), kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Perusahaan menginginkan agar biaya kualitas turun, namun dapat mencapai kualitas yang lebih tinggi, setidak-tidaknya sampai dengan titik tertentu. Bila standar kerusakan nol dapat dicapai, maka perusahaan masih harus menanggung biaya pengendalian yang terdiri dari biaya pencegahan dan penilaian atau deteksi. Menurut Tjiptono dan Diana (2003: 42), suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Tjiptono dan Diana (2003: 42) menyatakan bahwa standar 2,5% tersebut mencakup biaya kualitas secara total sedangkan biaya untuk setiap elemen secara individual lebih kecil dari jumlah tersebut. Agar standar biaya kualitas tersebut dapat dicapai, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual.

23 C. Produk Cacat 1. Definisi Produk Cacat Menurut Bustami dan Nurlela (2007: 136), Produk cacat adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi masih bisa diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2009: 271), Produk cacat adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya, sedangkan cacat nol (zero defect) memiliki arti bahwa semua produk yang diproduksi sesuai dengan spesifikasinya. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Cacat Menurut Herawati et al. (2012: 572), ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya produk cacat dalam proses produksi suatu perusahaan, yaitu : a. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan seperti ketidaktelitian, kecerobohan, kurangnya konsentrasi, kelelahan, dan kurangnya disiplin serta rasa tanggung jawab yang mengakibatkan terjadinya produk yang tidak sesuai standar perusahaan. b. Bahan Baku Bahan baku sangat mempengaruhi kualitas produk yang akan dihasilkan.

24 c. Mesin Mesin adalah salah satu alat yang bisa mempengaruhi terjadinya produk rusak dan cacat, karena untuk menghasilkan produk dengan kualitas baik diperlukan mesin-mesin yang baik dan terawat dengan baik. D. Hubungan antara Biaya Kualitas dan Produk Cacat 1. Hubungan antara Biaya Pencegahan dan Produk Cacat Menurut Yanti (2015: 51), pengendalian kualitas penting dilakukan oleh perusahaan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Nasution (2005: 2), suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi (Nasution, 2005: 2). Menurut Yanti (2015: 51), manajemen kualitas perlu mempunyai teknik pengawasan yang baik agar perusahaan dapat menghasilkan produk berdasarkan standar kualitas yang telah ditetapkan dan berusaha meminimalkan jumlah produk cacat bahkan berusaha meniadakan produk yang cacat. Menurut Yanti (2015: 51), sebagai usaha untuk meminimalkan produk cacat, perusahaan mengeluarkan biaya pencegahan untuk mencegah kegagalan dalam produksi. Menurut Mulyadi (2001) dalam Yanti (2015), Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya cacat dalam produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Tujuan dikeluarkannya

25 biaya pencegahan ini adalah untuk menurunkan jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan. Menurut Blocher et al. (2007: 408), pencegahan mutu rendah yang lebih baik jelas akan menurunkan semua biaya mutu lainnya. Menurut Kurniawati et al. (2016), perusahaan harus fokus pada pencegahan terjadinya kecacatan dan melakukan secara benar sejak dari awal melalui perencanaan yang matang. Menurut Kurniawati et al. (2016), semakin besar biaya pencegahan yang dialokasikan seharusnya diikuti dengan menurunnya jumlah produk cacat. Menurut Kurniawati et al. (2016), jika perusahaan menambah alokasi biaya pencegahan maka akan diikuti dengan menurunnya jumlah produk cacat. Menurut Feigenbaum (1992: 104), dengan meningkatkan biaya pencegahan akan mengurangi produk cacat. Berdasarkan pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya pencegahan berpengaruh negatif terhadap produk cacat. Menurut Feigenbaum (1992: 104), semakin besar alokasi untuk kegiatan pencegahan yang meliputi pengawasan produk dan pemeliharaan mesin maka diprediksi akan memberi dampak pada turunnya jumlah unit produk cacat. Dengan mengalokasikan sejumlah biaya untuk kegiatan pencegahan, menunjukkan bahwa perusahaan sudah berupaya melakukan tindakan pengendalian atas produk cacat. Menurut Hansen dan Mowen dalam Kurniawati et al. (2016), ketika biaya pencegahan ditingkatkan maka akan menurunkan jumlah produk cacat. Menurut

26 Eliyana (2008: 44), hal ini menunjukkan bahwa biaya pencegahan dapat mempengaruhi jumlah produk cacat. 2. Hubungan antara Biaya Penilaian dan Produk Cacat Menurut Yanti (2015: 52), perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa selalu berusaha menghasilkan produk yang berkualitas. Menurut Prihartanto (2007: 34-35), pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan menimbulkan biaya tinggi, maka perusahaan terdorong untuk selalu meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan menjadikan produk cacat zero defect. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan inspeksi secara rutin supaya dapat meminimalkan produk cacat. Menurut Yanti (2015: 53), setiap komponen dan produk cacat harus diketahui sedini mungkin. Menurut Blocher et al. (2007: 408), semakin sedikit masalah mutu maka semakin sedikit penilaian yang dibutuhkan karena produk dibuat dengan baik sejak awal. Menurut Atkinson (2004) dalam Suryanata (2011), Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Menurut Garrison (2001) dalam Yanti (2015), biaya penilaian atau biaya inspeksi terjadi untuk mengidentifikasikan produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan kepada konsumen. Menurut Feigenbaum (1992: 104), kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya

27 penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum dapat dipahami bahwa biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk cacat. Menurut Sari (2009: 36), biaya penilaian dapat mempengaruhi jumlah produk cacat. Menurut Kurniawati et al. (2016), setiap kenaikan biaya penilaian mengindikasikan adanya peningkatan pada jumlah produk cacat dan begitu pula sebaliknya setiap penurunan biaya penilaian mengindikasikan adanya penurunan pada jumlah produk cacat. 3. Hubungan antara Biaya Kegagalan dan Produk Cacat Menurut Winarno (2015: 209), dengan menurunnya produk cacat maka biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk yang cacat (biaya kegagalan internal) akan semakin menurun. Menurut Blocher et al. (2007: 408), menurunnya produk cacat sebelum dikirim ke pelanggan akan berdampak pada jumlah produk yang rusak di pelanggan akan menurun, sehingga akan mengurangi tingkat retur atas produk cacat dari pelanggan dan tentu ini akan berdampak pada menurunnya biaya garansi (jaminan) dan perbaikan yang merupakan komponen biaya kegagalan eksternal. Menurut Blocher et al. (2007: 408), semakin sedikit unit yang cacat juga menurunkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal seperti perbaikan, pengerjaan ulang, dan penarikan kembali produk. Menurut Sari (2009: 36), biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah produk

28 cacat. Biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah produk cacat meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah produk cacat menurun. Menurut Eliyana (2008: 43), hal ini menunjukkan bahwa biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh jumlah produk cacat. E. Penelitian Terdahulu Prihartanto (2007) menggunakan biaya pencegahan dan biaya penilaian sebagai variabel independen dan jumlah produk rusak sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk rusak, sedangkan secara parsial biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh negatif signifikan terhadap produk rusak. Biaya pencegahan memiliki pengaruh paling dominan dalam sumbangan biaya kualitas terhadap produk rusak. Saputra (2007) menggunakan biaya pencegahan dan biaya penilaian sebagai variabel independen dan jumlah produk rusak sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produk rusak, sedangkan secara parsial pengaruh biaya kualitas terhadap produk rusak adalah biaya pencegahan berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan negatif dan

29 biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan positif. Eliyana (2008) menggunakan biaya pencegahan dan biaya penilaian sebagai variabel independen dan produk rusak sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pencegahan berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan negatif dan biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan negatif. Sari (2009) menggunakan biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal sebagai variabel independen dan produk rusak sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak, sedangkan secara parsial biaya pencegahan berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan negatif, biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan negatif, biaya kegagalan internal berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan positif dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap produk rusak dengan arah hubungan positif. Kurniawati (2016) menggunakan biaya pencegahan dan biaya penilaian sebagai variabel independen dan produk cacat sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan biaya

30 pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh secara signifikan terhadap produk cacat, sedangkan secara parsial biaya pencegahan berpengaruh negatif signifikan terhadap produk cacat dan biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk cacat. F. Kerangka Konseptual Pada penelitian ini, pengendalian biaya difokuskan pada biaya pencegahan dan biaya penilaian. Dengan menggunakan sistem biaya kualitas, perusahaan dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk cacat. Oleh karena itu, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Biaya Kualitas Biaya Pencegahan Produk Cacat Biaya Penilaian G. Perumusan Hipotesis Menurut Sugiyono (2013: 96), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 2.3 di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hubungan antara Biaya Pencegahan dan Produk Cacat Biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya pencegahan. Pada awalnya suatu perusahaan tidak mempunyai pemikiran akan

31 timbulnya produk cacat pada proses produksi, tetapi setelah proses produksinya berjalan dan berkembang semakin pesat, maka mulai timbul pemikiran mengenai biaya pencegahan sehingga kemungkinan jumlah produk cacat yang timbul dapat ditekan atau dicegah menjadi lebih sedikit. Biaya pencegahan yang meningkat berarti menunjukkan jumlah unit produk cacat menurun dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : Tidak ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat. Ha : Ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat. 2. Hubungan antara Biaya Penilaian dan Produk Cacat Dalam suatu proses produksi, peningkatan kualitas suatu produk sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya kualitas. Salah satu biaya kualitas yang dimaksud adalah biaya penilaian. Meningkatnya biaya pencegahan yang dilakukan oleh perusahaan akan menyebabkan biaya penilaian yang dikeluarkan juga akan meningkat, hal ini dapat terjadi karena kedua biaya tersebut merupakan suatu kesatuan usaha pengendalian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Usaha pengendalian kualitas yang dilakukan dengan mengeluarkan biaya penilaian akan menyebabkan berkurangnya jumlah produk cacat yang dihasilkan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : Tidak ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat. Ha : Ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa studi kasus, yaitu penelitian dengan mengumpulkan data langsung dari perusahaan. Data yang diperoleh dari perusahaan kemudian digunakan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teknik analisa data. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada perusahaan yang diteliti. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan bertempat di PT. Kanisius, terletak di Jalan Cempaka 9 Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Perusahaan ini bergerak di bidang percetakan dan penerbitan. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2016 - Februari 2017. C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini antara lain : a. Direktur Perusahaan b. Kepala Bagian Produksi c. Kepala Bagian Keuangan d. Kepala Bagian Personalia 32

33 2. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini antara lain : a. Biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan dan biaya penilaian pada tahun 2014, 2015, 2016. b. Produk cacat pada tahun 2014, 2015, 2016. D. Data yang Diperlukan 1. Gambaran umum perusahaan Data yang diambil meliputi sejarah perusahaan, tujuan, lokasi perusahaan, produksi, proses produksi, pemasaran, personalia, struktur organisasi perusahaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perusahaan. 2. Data biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas kualitas produk dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 dalam rupiah. 3. Jumlah produksi pada tahun 2014, 2015, 2016 berdasarkan jumlah order. 4. Jumlah produk cacat pada tahun 2014, 2015, 2016 berdasarkan jumlah order. E. Teknik Pengumpulan Data Cara yang dipakai dalam pengumpulan data adalah : 1. Wawancara Teknik wawancara dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum perusahaan, proses produksi dan penggunaan biaya kualitas dalam perusahaan.

34 2. Dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mendapatkan data yang tersedia di perusahaan terkait dengan objek penelitian yaitu biaya kualitas dan produk cacat selama tiga tahun. F. Teknik Analisis Data Langkah-langkah dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut : 1. Melakukan analisis korelasi menggunakan IBM SPSS Statistics 20 untuk mengetahui hubungan antara biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk cacat yang dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu : a. Melakukan pengujian normalitas data Normalitas data dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika dalam uji tersebut menghasilkan nilai signifikansi > 5%, maka dapat dikatakan bahwa data yang diteliti berdistribusi normal. b. Menghitung nilai statistik biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk cacat. c. Melakukan perhitungan koefisien korelasi antara biaya kualitas (biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan produk cacat menggunakan analisis Pearson Correlation. d. Melakukan pengujian hipotesis hubungan antara biaya kualitas dan produk cacat sebagai berikut :

35 1) Hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat adalah sebagai berikut : a) Ho : r = 0, tidak ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat. b) Ha : r 0, ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat. 2) Hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat adalah sebagai berikut : a) Ho : r = 0, tidak ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat. b) Ha : r 0, ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat. e. Menentukan tingkat keyakinan Tingkat keyakinan atau level of significant adalah 0,05. f. Menarik kesimpulan Kesimpulan pada penelitian ini merupakan hasil dari analisis Pearson Correlation. Langkah-langkah untuk menarik kesimpulan adalah : 1) Menentukan kriteria pengujian hipotesis a) Hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat adalah sebagai berikut : i) Hipotesis nol (Ho) dapat ditolak apabila nilai r 0 yang berarti ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat.

36 ii) Hipotesis nol (Ho) tidak dapat ditolak apabila nilai r = 0 yang berarti tidak ada hubungan antara biaya pencegahan dan produk cacat. b) Hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat adalah sebagai berikut : i) Hipotesis nol (Ho) dapat ditolak apabila nilai r 0 yang berarti ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat. ii) Hipotesis nol (Ho) tidak dapat ditolak apabila nilai r = 0 yang berarti tidak ada hubungan antara biaya penilaian dan produk cacat. 2) Menentukan nilai signifikansi antar variabel Hasil signifikansi dapat ditentukan dengan Sig. (2-tailed), yaitu : a) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka hubungan antar variabel dapat dikatakan signifikan. b) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hubungan antar variabel dapat dikatakan tidak signifikan. 3) Menentukan arah hubungan antar variabel Terdapat dua arah dalam hubungan antar variabel, yaitu : a) Angka korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah searah. Hal ini berarti jika nilai satu variabel meningkat, maka nilai variabel yang lain juga akan meningkat.

37 b) Angka korelasi negatif menunjukkan bahwa hubungan antar variabel adalah berlawanan. Hal ini berarti bahwa kenaikan satu variabel akan diikuti dengan menurunnya variabel yang lain. 4) Menentukan interval kekuatan hubungan Menguji kekuatan hubungan, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Kekuatan Hubungan antara Variabel Nilai Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2013: 250)

A. Sejarah Perusahaan BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada tanggal 26 Januari 1922, Pastor J Hoeberechts SJ mendirikan sebuah percetakan sederhana di Yogyakarta yang bernama Canisius Drukkerij sebagai sebuah karya misi. Percetakan ini membantu menyediakan buku-buku pelajaran bagi sekolah kaum pribumi serta buku-buku doa bagi Gereja Katolik di Indonesia. Pada permulaan operasinya, manajemen Percetakan Kanisius dipercayakan kepada bruder-bruder FIC. Dengan hanya menggunakan dua mesin dan tiga orang pekerja, Bruder Bellinus merintis perusahaan ini di sebuah bangunan kecil bekas gudang di kompleks sekolah milik Bruderan FIC Kidul Loji. Pada tahun 1923, Kanisius pindah ke bangunan baru seluas 200 meter persegi di Jalan Panembahan Senopati 16, Yogyakarta. Sekitar tahun 1928, Canisius Drukkerij mencetak beberapa majalah pergerakan, seperti Tamtama Dalem dan Swaratama yang memberi kontribusi penting dalam perjuangan kaum muda di Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Pada masa awal kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mempercayai Percetakan Kanisius untuk mencetak ORI (Oeang Republik Indonesia). Inilah pertama kalinya ORI dicetak dan diedarkan sebagai alat perjuangan mempertahankan kemerdekaan setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Setelah penyerahan kedaulatan Republik Indonesia, Indonesia memasuki era baru yaitu proses indonesianisasi. Percetakan Kanisius memberikan kontribusi dalam proses indonesianisasi dengan menerbitkan buku-buku pelajaran 38

39 berbahasa Indonesia. Sejak saat itu, karya Kanisius bukan hanya percetakan, melainkan juga penerbitan. Pada pertengahan tahun 1990-an, Kanisius memperluas bidang layanan hingga ke jenis produk majalah dan multimedia. Sejak tahun 2014, Penerbit-Percetakan Kanisius lahir dengan identitas yang baru sebagai PT. Kanisius (Perseroan Terbatas). Logo berbentuk perahu layar ini mengalami perubahan dari bentuk logo sebelumnya dan memiliki arti sebagai lahirnya sebuah semangat dan dinamika baru bagi PT. Kanisius, sekaligus menegaskan komitmennya untuk semakin meningkatkan layanan kepada Gereja dan masyarakat. Pada tanggal 26 Januari 2017, PT. Kanisius memasuki usia ke-95. Di tengah maraknya dunia percetakan dan penerbitan di Indonesia, PT. Kanisius hendak memberikan warna tersendiri sebagai ciri produk dan jasanya. Produk buku Kanisius harus mampu memberikan nilai tambah bagi pembacanya, praktis dan mudah digunakan, terpercaya kebenaran isinya, serta menjadikan pembaca mampu mengalami dinamika imannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sedangkan jasa Percetakan Kanisius harus terpercaya kualitasnya. PT. Kanisius hendak hadir sebagai penerbit dan percetakan yang terpercaya bagi Gereja dan masyarakat. B. Lokasi Perusahaan Lokasi PT. Kanisius berdiri di atas tanah yang memiliki luas 2,5 hektar yang beralamat di Jalan Cempaka 9 Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281.

40 C. Visi dan Misi Perusahaan 1. Visi PT. Kanisius adalah menjadi perusahaan profesional pilihan utama pelanggan melalui produk penerbitan, percetakan, dan perdagangan yang berperan aktif dalam panggilan Gereja untuk mewujudkan masyarakat yang nasionalis, lebih beriman dan bermartabat. 2. Misi PT. Kanisius adalah : a. Menyediakan produk dan jasa yang berkualitas di bidang penerbitan dan percetakan untuk Gereja dan dunia pendidikan. b. Mengembangkan kompetensi karyawan untuk bekerja dalam tim demi kepuasan pelanggan. c. Menyelenggarakan pemasaran yang etis dan efektif. d. Membangun sinergi dengan mitra-mitra strategis secara intensif. e. Membangun tata kelola perusahaan yang sehat, transparan, dinamis, dan akuntabel. f. Mendukung karya pendidikan. D. Struktur Organisasi Perusahaan Dalam melakukan proses bisnisnya, suatu perusahaan membutuhkan individu-individu yang terorganisir dan terkoordinasi sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya secara efektif dan efisien agar dapat memenuhi apa yang menjadi tujuan perusahaan. Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi yang ada pada perusahaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. PT. Kanisius terdiri atas lima departemen, yaitu departemen penerbitan, departemen

41 penjualan, departemen SDM dan sarana prasarana, departemen keuangan, dan departemen percetakan. Masing-masing departemen yang ada di PT. Kanisius memiliki seorang sekretaris yang membantu pekerjaan sekretariatan untuk masing-masing departemen. Secara garis besar, keseluruhan dari semua departemen tersebut berada di bawah tanggung jawab dan pengawasan langsung oleh direktur utama yaitu Romo Azismardopo Subroto SJ. Struktur organisasi ini juga menggambarkan kepala bidang dan divisi pada masing-masing departemen yang bertugas sebagai penanggung jawab bagi anggota-anggotanya. Setiap divisi dipimpin oleh masing-masing manajer sesuai dengan departemennya.

Adapun struktur organisasi yang ada pada perusahaan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini : Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Kanisius 2016 Sumber : PT. Kanisius, 2016 42

43 E. Deskripsi Jabatan Setiap divisi yang ada di PT. Kanisius memiliki tugas masing-masing. Tabel 4.1 di bawah ini mendeskripsikan tentang tugas dari setiap divisi yang ada di PT. Kanisius. Berikut deskripsi tugas dari setiap divisi pada PT. Kanisius : Tabel 4.1 : Deskripsi Tugas Setiap Divisi PT. Kanisius No. Nama Bagian Tugas 1. Direktur Utama Menetapkan target produksi yang harus dicapai, menetapkan aturan tahunan perusahaan, mempunyai kekuasaan penuh terhadap pelaksanaan kegiatan perusahaan. 2. Direktur Memimpin perusahaan dan membuat kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan. 3. Sekretariat Percetakan dan Humas 4. a. Kepala Bidang SIM 1) Kepala Divisi Sistem Informasi a) Software b) Hardware 2) Kepala Divisi Internal dan Litbang 3) Kepala Divisi Pembelian Melakukan pekerjaan support kesekretariatan untuk seluruh bagian percetakan dan humas. Bertanggung jawab terhadap sistem pengolahan dan penyimpanan data perusahaan. Mengelola sistem aplikasi dan programprogram untuk mendukung operasional perusahaan. Mengelola jaringan komputer perusahaan, dan mengelola sistem penyimpanan data atau server seluruh unit kerja di perusahaan. Merencanakan, menyusun dan menjalankan program audit internal di seluruh unit kerja perusahaan. Melayani permintaan pengadaan dan pembelian barang, serta menyelenggarakan kegiatan administrasi keuangan. Mengelola pengembangan usaha penerbitan sesuai visi-misi organisasi. 5. Manajer Departemen Penerbitan a. Divisi Sekretariat Menerima naskah yang dibuat oleh

44 Penerbitan b. Kepala Bidang Gerejawi 1) Kepala Divisi Redaksi 2) Kepala Divisi Pemasaran c. Kepala Bidang Kependidikan 1) Kepala Divisi Redaksi Bupel 2) Kepala Divisi Redaksi Non Bupel 3) Kepala Divisi Pemasaran d. Kepala Bidang Penerbitan Ekslusif 1) Kepala Divisi Redaksi 2) Kepala Divisi Pemasaran 3) Kepala Divisi Buku Digital penulis dan mengelompokkan naskah untuk didistribusikan kepada divisi yang terkait. Menyusun rencana pengadaan dan pengerjaan naskah produk gerejawi, dan menjalankan proses pengerjaan naskah. Memetakan pasar dan potensi omset, memonitor dan melayani penjualan produk gerejawi. Menyusun rencana pengadaan dan pengerjaan naskah produk kependidikan, dan menjalankan proses pengerjaan naskah. Menyusun rencana pengadaan dan pengerjaan naskah produk umum, dan menjalankan proses pengerjaan naskah. Memetakan pasar dan potensi omset, memonitor dan melayani penjualan produk kependidikan atau umum. Menyusun rencana pengadaan dan pengerjaan naskah produk penerbitan ekslusif, dan menjalankan proses pengerjaan naskah. Mengelola website Kanisius sebagai sarana promosi sekaligus sebagai sarana penjualan produk dan memproduksi produk-produk multimedia dari bidang gerejawi maupun pendidikan. Menyusun rencana pengadaan dan pengerjaan naskah produk digital book, dan menjalankan proses pengerjaan naskah digital. 6. Manajer Departemen Menyusun rencana penjualan, Penjualan mengkoordinir penjualan perusahaan agar memenuhi target, serta mengikuti dan menganalisa perkembangan pasar. a. Sekretariat Penjualan Melakukan pekerjaan support kesekretariatan untuk seluruh bagian penjualan.

45 b. Kepala Bidang Perdagangan dan Takom 1) Kepala Divisi Takom Pusat dan Takom Cabang c. Kepala Bidang Penjualan 1) Kepala Divisi Gudang 2) Kepala KP Jakarta, Surabaya, Palembang, DIY- Jateng dan Luar Jawa 7. Manajer Departemen SDM dan Sarpras a. Divisi Sekretariat SDM dan Sarana Prasarana b. Kepala Bidang Pengembangan 1) Kepala Divisi Kepegawaian 2) Kepala Divisi SDM dan Organisasi Melakukan pelayanan penjualan retail atas produk buku dan multimedia di showroom Kanisius. Melakukan penataan buku dalam gudang, melakukan pelayanan buku pesanan dari customer, dan melakukan pelayanan retur dari customer. Melakukan penjualan produk buku dan multimedia, menjalankan kegiatan administrasi penjualan, melakukan collecting data dan informasi untuk pengembangan penjualan di beberapa area. Mengelola pembelajaran dan pengembangan organisasi, mengembangkan upaya pemberdayaan SDM maupun sarana prasarana fisik, dan mengelola rekrutmen dan pelatihan SDM sesuai kebutuhan organisasi. Melakukan pekerjaan support kesekretariatan untuk seluruh bagian SDM dan sarana prasarana. Mengelola dan menjalankan proses pemberian kompensasi (gaji) dan fasilitas kesejahteraan karyawan. Menyusun perencanaan strategi pengembangan karyawan melalui program-program training dan melakukan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Mengelola sarana dan prasarana untuk mendukung proses operasional perusahaan. 3) Kepala Divisi Sarana dan Prasarana 8. Manajer Keuangan Mengelola strategi sirkulasi anggaran penerimaan, pengeluaran perusahaan, dan mengelola administrasi perpajakan untuk organisisasi. a. Sekretariat Keuangan Melakukan pekerjaan support kesekretariatan untuk bagian keuangan.

46 b. Kepala Bidang Keuangan 1) Kepala Divisi Piutang 2) Kepala Divisi Administrasi Bisnis c. Kepala Bidang Akuntansi 1) Kepala Divisi Kalkulasi 2) Kepala Divisi Akuntansi 9. Manajer Departemen Percetakan a. Sekretariat Percetakan b. Kepala Bidang Jasa Cetak 1) Kepala Divisi Pemasaran 2) Kepala Divisi Administrasi c. Kepala Bidang Perencanaan Produksi dan Logistik (PPIC) 1) Kepala Divisi JSA Ekspedisi 2) Kepala Divisi Logistik Melakukan penagihan piutang kepada customer dan menjalankan kegiatan administrasi accounts receivable. Menjalankan pekerjaan administrasi bisnis sesuai dengan prosedur yang berlaku. Melakukan perhitungan biaya produksi, membuat laporan biaya produksi, dan membuat data faktur. Membuat laporan keuangan, melakukan penataan dan pengarsipan bukti transaksi, memonitor pembelian dan penggunaan bahan atau alat kerja dan pembiayaan. Mengelola pengembangan layanan percetakan untuk mendukung usaha penerbitan sesuai visi-misi organisasi. Melakukan pekerjaan support kesekretariatan untuk seluruh bagian percetakan. Mencari dan melayani order pelanggan jasa cetak, dan melakukan pengembangan relasi produk jasa cetak. Menjalankan pekerjaan administrasi pelayanan jasa cetak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Melakukan penjadwalan dan pendistribusian order yang masuk, mengontrol perjalanan order sehingga tepat dalam pengerjaan dan tepat waktu. Menjalankan penataan serta pengamanan bahan baku dan bahan pembantu.

47 d. Kepala Bidang Produksi 1) Kepala Divisi Pracetak dan Produksi Digital 2) Kepala Divisi Cetak Offset 3) Kepala Divisi Pasca Cetak Sumber : PT. Kanisius 4) Kepala Divisi Teknik Melakukan pemeriksaan file sebelum masuk ke proses cetak, melakukan penyesuaian file untuk masuk ke proses cetak, dan melakukan pembuatan plat cetak sebagai master untuk cetak offset. Melakukan pengerjaan order cetak offset dan cetak digital. Melakukan pengerjaan order pasca pencetakan seperti jahit, potong, jilid, dan wrapping. Melakukan perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi, memeriksa dan mendata mesin-mesin, serta sparepart produksi. F. Personalia Perusahaan Karyawan PT. Kanisius adalah orang yang terikat dalam hubungan kerja dengan PT. Kanisius setelah diangkat sebagai karyawan tetap dengan surat keputusan ketua yayasan. 1. Jumlah Tenaga Kerja Karyawan-karyawan PT. Kanisius terbagi dalam dua bagian, yaitu : a. Bagian Produksi Bagian produksi adalah bagian yang bekerja di departemen digital, departemen pracetak, departemen cetak offset, departemen PPIC Logistik (Perencanaan Produksi dan Logistik), dan departemen pasca cetak. b. Bagian Non Produksi Bagian non produksi adalah karyawan kantor yang menangani administrasi kantor dan gudang perusahaan.

48 Pada tabel 4.2 di bawah ini terdapat rincian jumlah karyawan PT. Kanisius per Januari 2016 sebagai berikut : Tabel 4.2 Total Jumlah Karyawan PT. Kanisius Jenis Kelamin Pria Wanita Total Sumber : PT. Kanisius, 2016 Jumlah 210 orang 90 orang 300 orang 2. Jam Kerja Perusahaan Mesin dijalankan sesuai dengan shift dan maksimal digunakan sampai dengan pukul 21.00 setiap hari Senin-Sabtu. Sistem kerja karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Day Shift : Bagian yang jam masuknya pagi. b. Shift : Bagian yang masuknya pagi, siang, atau malam. Sistem kerja shift dibagi menjadi dua grup, yaitu : a. Shift I atau grup A masuk pagi. b. Shift II atau grup B masuk siang. Setiap shift dikepalai oleh kepala shift, pengawas, dan staf masing-masing bagian dan mendapatkan jam istirahat selama satu jam yang telah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terdapat waktu luang dan tidak mengganggu jalannya proses produksi. Pembagian kerja di perusahaan ini adalah : a. Shift I : Masuk pukul 06.30 WIB. Pulang pukul 14.00 WIB. Istirahat pukul 10.30-11.30 WIB.

49 b. Shift II : Masuk pukul 13.30 WIB. Pulang pukul 21.00 WIB. Istirahat pukul 17.30-18.30 WIB. Pembagian waktu kerja di atas hanya berlaku bagi karyawan produksi dan teknik, sedangkan untuk karyawan non produksi memiliki waktu kerja yakni terdiri atas 5 kali 7 jam sehari ditambah 1 kali 5 jam sehari atau setara dengan 40 jam seminggu. Pada tabel 4.3 berikut ini akan dijelaskan rincian waktu kerja karyawan bagian non produksi : Tabel 4.3 Jadwal Kerja Karyawan Bagian Non Produksi PT. Kanisius Hari Jam Kerja Istirahat Senin s/d Jumat Pk. 07.30 15.00 WIB Pk. 11.30 12.00 WIB Sabtu Pk. 07.30 12.30 WIB - Sumber : PT. Kanisius, 2016 3. Sistem Penerimaan Tenaga Karyawan Dalam menerima karyawan baru, PT. Kanisius mempunyai beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut : a. Tingkat pendidikan. b. Jenis kelamin. c. Usia. d. Pengalaman kerja. e. Syarat administrasi (transkrip nilai, ijazah, dan lain-lain). f. Jumlah yang dibutuhkan oleh perusahaan. Setelah memenuhi kriteria di atas, calon karyawan akan mengikuti ujian yang terdiri dari tes tertulis dan tes wawancara. Tes wawancara ini terdiri

50 dari tes wawancara yang dilakukan oleh bagian SDM, dan tes wawancara yang dilakukan oleh atasan, bila calon karyawan dinyatakan lulus maka calon karyawan tersebut diwajibkan mengikuti job training yang telah ditentukan perusahaan. 4. Pemberhentian Karyawan Ketentuan dalam pemberhentian karyawan yang ditetapkan oleh PT. Kanisius adalah sebagai berikut : a. Tidak mengikuti masa training atau tidak lulus training. b. Melanggar peraturan yang berlaku di perusahaan. c. Mengundurkan diri dari perusahaan atas permintaan sendiri. d. Meninggal dunia. 5. Sistem Pengupahan Sistem pengupahan yang dilakukan oleh PT. Kanisius adalah upah bulanan yang diberikan kepada seluruh karyawan yang ada di PT. Kanisius, baik karyawan tetap yang terdiri dari karyawan bagian produksi maupun non produksi maupun karyawan kontrak dan karyawan outsourcing. 6. Kesejahteraan Karyawan Dalam upaya perusahaan meningkatkan kesejahteraan karyawannya, perusahaan memberikan kebijakan fasilitas yang berhak diterima oleh karyawan perusahaan, diantaranya : a. Tunjangan Hari Raya (THR), diberikan perusahaan saat akhir tahun dan libur hari raya.

51 b. Mendaftarkan karyawan perusahaan dalam asuransi BPJS kesehatan, dan BPJS ketenagakerjaan. c. Kantin, perusahaan menyediakan fasilitas kantin bagi seluruh karyawan untuk makan di tempat yang telah disediakan perusahaan, sehingga karyawan tidak perlu makan atau jajan di luar perusahaan. d. Cuti karyawan Cuti karyawan terdiri dari beberapa macam, diantaranya : 1) Cuti reguler, karyawan berhak mendapatkan istirahat tahunan selama 12 hari kerja, di luar hari Minggu atau hari libur nasional setelah minimal bekerja selama satu tahun. 2) Cuti hamil, bagi karyawan perempuan berhak mendapatkan libur melahirkan selama tiga bulan. 3) Cuti peristiwa khusus, meliputi adanya keluarga yang meninggal, baptisan anak, khitanan anak, dan anak menikah. e. Rekreasi bersama Rekreasi ini dilakukan oleh PT. Kanisius dengan bekerja sama dengan pihak SPUK (Serikat Pekerja Unit Kerja), seperti senam yang dilakukan setiap sebulan sekali. f. Misa bulanan yang dilakukan 2-3 bulan sekali untuk karyawan yang beragama Katolik. g. Sholat Jumat, diberikan kepada karyawan yang beragama Islam.

52 h. Hari Ulang Tahun Kanisius (HUT) yaitu dengan mengadakan acara syukuran, outbound, dan rekoleksi bagi seluruh karyawan PT. Kanisius. HUT ini diadakan setahun sekali setiap tanggal 26 Januari. G. Bagian Produksi 1. Bahan Produksi Bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan proses produksi adalah sebagai berikut : a. Bahan pokok yang digunakan yaitu kertas dan tinta. b. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi terdiri dari : 1) Plate : Alat yang dimasukkan ke dalam mesin cetak yang nantinya akan menimbulkan tulisan atau gambar pada kertas. 2) Film : Digunakan untuk memfoto naskah yang sudah jadi. 3) Air : Digunakan untuk mencuci roll film dan campuran pada mesin cetak. 4) Gom : Digunakan untuk menghapus film jika ada yang rusak atau cacat atau untuk menghapus garis-garis pada film, akibat dari hasil penyusunan naskah. 2. Mesin-Mesin Produksi Mesin-mesin produksi yang digunakan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : a. Mesin suprasetter, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pracetak. Mesin ini digunakan untuk menghasilkan plat cetak, kemudian plat cetak tersebut dikirimkan kepada bagian cetak.

53 b. Mesin lipat, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pasca cetak. Mesin ini digunakan untuk melipat hasil cetakan yang telah diproses di bagian sebelumnya yaitu bagian cetak. c. Mesin atur, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pasca cetak. Mesin ini digunakan untuk menyusun katern. d. Mesin sampul, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pasca cetak. Mesin ini digunakan untuk menyampul hasil katern. e. Mesin potong, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pasca cetak. Mesin ini digunakan untuk memotong tiga bagian buku menjadi bagian-bagian yang rapi. f. Mesin wrapping, merupakan salah satu mesin yang terdapat pada bagian pasca cetak. Mesin ini digunakan untuk membungkus per satuan buku. Hal ini dilakukan untuk menghindari buku dari debu, dan air, dan kotoran lainnya. 3. Proses Produksi Proses produksi yang terjadi di PT. Kanisius dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cetak offset dan cetak digital sebagai berikut : a. Cetak Offset 1) Customer membawa file PDF dan diterima oleh pihak PJC (Pemesanan Jasa Cetak). 2) Pihak PJC melakukan cek file unit yaitu CFD (Cek File Desain). 3) Setelah dilakukan CFD, maka file desain tersebut dikirim kepada bagian reprohouse. Bagian reprohouse kemudian menghasilkan

54 plat cetak yang kemudian akan dikirimkan ke bagian logistik untuk disiapkan kertasnya. Dari bagian logistik, hasil plat cetak dan kertas akan dikirimkan ke bagian cetak offset. Setelah dari bagian cetak offset, kertas dan hasil cetak tersebut kemudian dikirim ke bagian pasca cetak. 4) Bagian pasca cetak terdiri dari tiga zona, yaitu zona A, zona B, dan zona C. Zona A digunakan untuk proses melipat. Zona B digunakan untuk proses mengatur atau menyusun katern, proses menyampul serta memotong buku menjadi tiga sisi. Zona C digunakan untuk melakukan kontrol buku dan melakukan proses wrapping. 5) Setelah dilakukan proses wrapping maka hasil cetak dikirim ke bagian PPIC ekspedisi untuk dilakukan pengiriman kepada pemesan. b. Cetak Digital 1) Customer membawa file PDF dan diterima oleh pihak PJC (Pemesanan Jasa Cetak). 2) Pihak PJC melakukan cek file unit yaitu CFD (Cek File Desain). 3) Setelah dilakukan CFD, file desain tersebut kemudian dikirim ke bagian produksi digital yang terdiri dari dua bagian diantaranya bagian pertama adalah bagian cetak digital dan bagian kedua adalah bagian finishing. Pada bagian finishing dilakukan proses

55 atur, sampul, potong pada hasil cetak. Kemudian hasil cetak dari proses finishing tersebut akan dikirimkan kepada pemesan. Pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 berikut akan dijelaskan alur order buku dan proses produksi buku pada PT. Kanisius : Gambar 4.2 Alur Order PT. Kanisius Sumber : PT. Kanisius, 2016 Gambar 4.3 Proses Produksi Buku PT. Kanisius Sumber : PT. Kanisius, 2016