BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV. Sehingga, tidak bisa disamakan dengan sistem-sistem lainnya. Begitu juga

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

BAB IV. A. Sanksi hukum terhadap tindak pidana bagi orang tua atau wali dari. pecandu narkotika yang belum cukup umur menurut pasal 86 Undangundang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO K/PID.SUS/2014

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 62/PID. Sus/2011/PN SEMARANG TENTANG PENGEDAR NARKOTIKA SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB III KEJAHATAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DALAM HUKUM ISLAM. langsung di dalam Al-Qur an maupun dalam Sunnah. Dalam Al-qur an hanya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 62/PID. SUS/2011/PN SEMARANG TENTANG PENGEDAR NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB IV. atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan,

BAB IV ANALISA DELIK WANPRESTASI JUAL BELI ONLINE TINJAUAN HUKUM PIDANAISLAM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DIBAWAH UMUR

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

Dalam putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN Tpg tentang kelalaian yang menyebabkan luka berat, dasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan yang dilakukan oleh setiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGAILIAT NO.73/PID.B/2015/PN.SGL TENTANG TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN TANPA IZIN

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JARIMAH TA ZIR. Jarimah (tindak pidana) didefinisikan oleh Imam al-mawardi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

A. Analisis Terhadap Tinjauan Aborsi Menurut PP. Nomor 61 Tahun Menurut ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Perkara Nomor 3/PUU-V/2007

Pasal RKUHP Analisis Permasalahan Rekomendasi Pengaturan Ancaman Pidana Berat dan Pidana Minimum dalam Perkara Pencurian

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pengedar Narkotika Tindak pidana narkotika adalah tindak pidana yang diatur secara khusus dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009. Dalam Undang-undang narkotika menyebutkan setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). Adapun dalam hukum positif di indonesia hingga saat ini penjatuhan pidana mati masih dianut (Pasal 10 KUHP) dan dalam hubungannya dengan perkara a quo Pasal 82 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika menentukan: Barangsiapa tanpa hak atau melawan hukum mengimpor, mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, 56

57 membeli, menyerahkan, menerima menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika Golongan I dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ; Sedangkan dalam kasus Mayuran Sukumaran alias Mark berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan tindakan Pemohon Peninjauan Kembali tidak selesai sehingga seharusnya hanya memenuhi kategori tindakan Percobaan, dimana sesuai dengan rasa keadilan, hukuman untuk tindak pidana percobaan selayaknya lebih ringan dibanding tindak pidana yang selesai dilakukan, selain itu seharusnya terdakwa juga lebih ringan hukumannya dari Andrew chan mengingat otak dari pnyelundupan ini, karena mnurut pemahaman peneliti dari KBBI otak atau perencana dalam kontek pengedaran narkotika selain mengedarkan jg bisa diartikan sebagai Bandar, maka harus dihukum mati sesuai dengan uu nomor 22 tahun 1997 sedangkan terdakwa tertangkapnya tidak sedang mengedarkan melainkan menyimpan seharusnya dikenakan hukuman paling lama 20 tahun atau seumur hidup serta denda 800.000.000, sesuai uu nomor 35 tahun 2009 ayat (1). Bagi setiap hakim dalam memutuskan suatu perkara hendaknya juga mempertimbangkan filosofi pemidanaan di Indonesia yaitu hukuman pidana sebagai sebuah proses rehabilitasi dan reintegrasi bukan hanya itu seorang hakim hendaknya juga meliht keterangan terdakwa yang sudah menyesali dan khilaf, dalam pemahaman peneliti bahwasanya dalam hal teori pemidanaan

58 itu unsurnya menjerahkan dan penjerahan tidak harus di kenakan hukuman yang berat. Dalam kronologi persidangan peneliti merasa hakim hanya menggunakan dasar uu narkotika, menggunakan kesaksian dari Terdakwa lainnya sebagai dasar dari putusan, yang mana dapat terjadinya keterangan ataupun kesaksian palsu dan proses tersebut cenderung mengandung kelemahan. Hakim juga mengabaikan uu lainnya seperti Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 yang mana ketentuan tersebut memberikan batasan terhadap penjatuhan hukuman mati dan juga mempertimbangkan ketentuan UUD 1945 yang secara tegas mengatur mengenai hak untuk hidup bagi seluruh umat manusia. B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Mahkamah Agung RI No. 38/PIDSUS/2011. Dalam hukum pidana Islam narkotika belum diatur secara kusus baik dalam Alquran maupun hadis namun menurut sebagian ulama di samakan dengan khamr. Dalam hukum pidana Islam narkotika di kenakan jarimah takzir. Takzir Secara ringkas dikatakan bahwa hukuman takzir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syarak, melainkan diserahkan kepada Uli Alamri, baik penentuan maupun pelaksanaannya. Dalam analisis hukum pidana Islam terhadap putusan mahkamah Agung no 38/pidsus/2011 tentang tindak pidana narkotika yang dilakukan

59 oleh Mayuran sukumaran alias Mark menurut peneliti masih masuk dalam kategori percobaan dan hendaknya tidak dihukum hukuman berat meskipun hukuman jarimah takzir merupakan otoritas mejelis hakim paling tidak mengacu pada macam hukuman yang ada di dalalm jarimah takzir tersebut. Dalam hal ini perlu ditinjau kembali mngingat apa yang dilakukan terdakwa dari saksi yang d datangkan dan fakta dalam persidangan masih dalam kategori percobaan karena tidak selesai dan hukuman ini seharusnya lebih ringan dari tindak pidana selesai dilakukan. Dalam jarimah takzir ada hal-hal yang menyebabkan terhapusnya hukuman takzir salah satunya yakni pemaafan, Pemaafan adalah salah satu sebab hapusnya hukuman ta zir, tetapi tidak menghapuskan seluruhnya. Para fuqaha memberikan dahlil tentang kebolehan pemaafan dalam kasus ta zir antara lain sabda Rasulullah SAW: ا ق ب ل و ا م ن م اس ن ه م و ت ا و ز و ام س ي ئ ت ه م. مسلم Artinya : Terimalah kebaikannya dan maafkanlah kejelekannya.(hr Muslim). Yang dimaksud dengan dalil kebolehan pemaafan ini menurut peneliti yakni sebagaimana hadis diatas hendaknya kita menerima kebaikan seorang terdakwa yang mengaku atas kesalahannya dan memaafkan kesalahan yang telah di perbuat, akan tetapi dalam kasus kali ini bahwa terdakwa terindikasi lebih menjerumus blom melakukan kejahatannya.

60 Adapun tujuan diberlakukan tujuan takzir yakni pencegahan, memberikan efek jera, islah (perbaikan), pendidikan, sehingga sudah jelas bahwasanya dalam hal ini seorang hakim harus memberikan bhukuman yang mengacu pada tujuan dari diberlakukan sanksi takzie Di bawah ini tujuan dari diberlakukannya sanksi ta zir, yaitu sebagai berikut. 1 1. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum melakukan jarimah. 2. Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak mengulangi perbuatan jarimah di kemudian hari. 3. Kuratif (islah). Ta zir harus mampu membawa perbaikan perilaku terpidana di kemudian hari. 4. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidupnya ke arah yang lebih baik. Sebagaimana dengan adanya tujuan sanksi takzir diatas nantinya seorang hakim yang memperoleh wewenang untuk memutuskan perkara yang berkaitan dengan jarimah takzir bisa memberikan kesadaran, pencegahan, didikan serta efek jera bagi pelaku sehingga menjadikan terdakwa lebih baik lagi, tumbuhnya kesadaran diri, serta tidak mau lagi melakukan perbuatan yang dilarang dan bisa menjalani kehidupan yang sebagaimana mestinya, jadi tidak seharusnya di hukum hukuman yang sangat berat yakni samapi menghukum hukuman mati bagi terdakwa yang 1 Ibid., 142-143.

61 sudah jelas brdasarkan bukti-bukti dalam persidangan perbuatan terdakwa masih dalam lingkup percobaan. Abdul Aziz Amir membagi jarimah ta zir secara rinci dibagi menjadi beberapa bagian, salah satunya yakni Jarimah ta zir yang berkaitan dengan pembunuhan Pembunuhan diancam dengan hukuman mati. Apabila hukuman mati (qishash) dimaafkan maka hukumnya diganti dengan diat. Apabila hukuman diat dimaafkan juga maka ulil amri berhak menjatuhkan hukuman ta zir apabila hal itu dipandang lebih maslahat. Karena hukum sendiri pada intinya memeberikan efek jera, bukan untuk saling menjatuhkan hukuman yang setimpal pada salah satu pihak melainkan memberikan suatu pendidikan bahwa hukum itu sendiri ada berlakunya serta bahwa hukum itu aturan yang harus diketahui seluruh elemen masyarakat. Status hukum narkoba dalam konteks fikih memang tidak disebutkan secara langsung, baik dalam alquran, maupun hadis, karena belum dikenal pada masa Nabi saw. Al-quran hanya berbicara tentang pengharaman khamr. Meskipun demikian, ulama telah sepakat bahwa penyalahgunaan narkotika itu haram, karena dapat merusak jasmani dan rohani umat manusia. Oleh karena itu, menurut Ibnu Taimiyyah an Ahmad Al Hasari, jika memang belum ditemukan status hukum penyalahgunaan narkotika

62 dalam alquran dan hadis, maka para ulama mujtahid menyelesaikannya dengan pendekatan kias. Menurut Ahmad Muhammad Assaf, telah terjadi kesepakatan ulama tentang keharaman khamr dan berbagai jenis minuman yang memabukkan. Sementara itu menurut Ahmad Al Syarbani, tanpa dikiaskan dengan khamr pun, ganja dan narkotika dapat dikategorikan sebagai khamr karena dapat menutupi akal. Menurut Wahbah Al-Zuhaili dan Ahmad Al-Hasari berpendapat bahwa pelaku penyalahguna narkoba di beri sanksi takzir karena narkoba tidak ada pada masa Rasulullah Saw, dan narkoba lebih berbahaya di bandingkan dengan khamr juga narkoba tidak di minum seperti halnya khamr. Dari beberapa pengertian serta pendapat para fuqohak pun masih simpang siur dalam memberikan keterangan narkotika sehingga Islam sendiri belum bisa memberikan hukuman yang secara pasti terhadap perilaku perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, sehingga apa yang dilakukan terdakwa untuk melakukan peninjauan kembali sebagai bukti etikat penegakan hukum secara tepat bukan secara asal-asalan. Dalam Hukum formilpun hukum mati bukan semata-mata bukan untuk memberikan efek jera, melainkan timbul mental memberikan efek saling merugikan sesuai apa yang dimintakan peninjauan kembali oleh terdakwa yaitu mempertimbangkan filosofi pemidanaan di Indonesia yaitu hukuman pidana sebagai sebuah proses rehabilitasi dan reintegrasi

63 bagi narapidana dimana Pemohon Peninjauan Kembali telah menjalankan proses rehabilitasi dan reintegrasi dengan baik. Demikian menurut saya, perbuatan yang dilakukan terdakwa dengan dijatuhkan hukum mati tidak sesuai dengan Hak Asasi manusia yang telah diatur. Hukum Islam sendiri belum bisa memberikan keterangan-keterangan yang sangat konkrit terhadap narkotika. Dalam hal ini sudah jelas terdakwa tidak terbukti melakukan pembunuhan tetapi di vonis tetap hukuman mati dan peninjauan kembali terdakwa ditolak oleh hakim mahkamah agung, pdahal jika melihat rincian oleh Abdul aziz amir diatas sudah jelas jika tidak ada pembuktian pembunuhan seharusnya seorang hakim memberikan hukuman diat (denda). Fatwa majelis ulama Indonesia (MUI) pun mengatakan bahwa sanksi bagi penyalahguna narkoba adalah takzir.