BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastropoda atau dikenal sebagai siput merupakan salah satu kelas dari filum

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan dari hasil laut yang dimiliki sangat luar biasa, ini bisa dibuktikan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I. PENDAHULUAN. maka lautan merupakan satu-satunya tempat kumpulan organisme yang sangat. besar di planet bumi (Resosoedarmo, dkk, 1990).

1BAB I PENDAHULUAN. memiliki garis pantai sepanjang km (Cappenberg, dkk, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terumbu karang merupakan komponen ekosistem utama pesisir dan laut

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.1

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

I. PENDAHULUAN. sepanjang khatulistiwa dan km dari utara ke selatan. Luas negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia sehingga dapat diklasifikasikan sebagai negara megadiversitas. Istilah keanekaragaman hayati pertama kali digunakan dalam versi panjangnya oleh Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah atau kekayaan spesies (Leksono, 2011). Gaston dan Spicer (1998), mengemukakan istilah keanekaragaman hayati ini meliputi tiga tingkatan. Tiga tingkatan tersebut menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies, dan ekosistem serta proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Istilah ini juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Semua makhluk hidup temasuk didalamnya binatang dan tumbuhan disebarkan dan diperkembangbiakkan di bumi ini. Allah Swt berfirman dalam Al- Qur an yaitu pada surat Luqman ayat 10 yang berbunyi: 1

2 Artinya: Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.(q.s. Luqman : 10). Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Wakil dari setiap filum hewan dapat ditemukan di laut. Organisme yang hidup di laut dipengaruhi oleh sifat air laut di sekelilingnya, misalnya dari jenis tumbuhan ataupun hewan sehingga banyak modifikasi fungsional daripada suatu organisme yang dijumpai merupakan hasil adaptasi terhadap medium cair (di lingkungan perairan) dalam tingkah lakunya (Nybakken, 1988). Salah satu hewan yang dapat ditemukan di perairan laut ialah kelompok dari filum Echinodermata. Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai makanan, yaitu pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya. Echinodermata merupakan salah satu dari sekian banyak keanekaragaman hayati biota laut, karena penyebarannya sangat luas dan filum ini terdiri atas 5300 spesies dan sejumlah besar berupa fosil. Mengingat hewan-hewan yang tergolong dalam filum Echinodermata begitu banyak, maka perlu diklasifikasikan dalam kelas tertentu berdasarkan beberapa persamaan dan perbedaan ciri morfologi maupun anatomi (Kastawi, 2003). Habitat Echinodermata dapat ditemui hampir di semua ekosistem laut. Tetapi ekosistem yang paling tinggi terdapat pada terumbu karang di zona pasangsurut (intertidal). Diketahui bahwa komunitas hewan Echinodermata di alam

3 bebas memiliki ukuran populasi yang tidak sama karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pada masing-masing daerah (Dahuri, 2003). Nybakken (1988) juga menambahkan bahwa dari semua pantai intertidal dan pantai berbatu yang tersusun dari bahan keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan mempunyai keanekaragaman terbesar baik spesies hewan atau tumbuhan. Pantai Kondang Merak adalah sebuah pantai di pesisir selatan provinsi Jawa Timur yang terletak di Kabupaten Malang tepatnya di Kecamatan Donomulyo. Pantai ini terletak 2 km di sebelah Pantai Bale Kambang. Keunikan dari Pantai Kondang Merak adalah karangnya yang besar dan pasir putihnya yang halus. Keindahan karang di Pantai Kondang Merak semakin menonjol jika air surut karena karang yang selama ini tertutup air akan tampak ke permukaan (Anonymous, 2013b). Masalah yang muncul di Pantai Kondang Merak banyaknya wisatawan yang berdatangan untuk berwisata dan menikmati keindahan karangnya. Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan ini dikhawatirkan akan merusak ekosistem pantai. Efek dari wisatawan ini adalah banyaknya sampah-sampah yang dibawa sehingga dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab kerusakan. Cepat atau lambat akan berdampak negatif pula pada kekayaan hayati yang terdapat disana, misalnya berbagai spesies flora dan fauna liar yang salah satunya dari jenis filum echinodermata, terumbu karang, bahkan lumut yang termasuk tumbuhan rendah hingga jasad renik seperti mikroba.

4 Kekayaan alam ini, semakin hari semakin berkurang sejalan dengan peningkatan keperluan dan eksploitasi yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kehidupan. Pemerintah dan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah berupaya memberikan perlindungan atas kawasan-kawasan tertentu yang dianggap penting untuk dilindungi, baik berupa hutan lindung, seperti: hutan suaka margasatwa, taman nasional cagar alam, maupun hutan wisata alam. Begitu juga pemanfaatan sumberdaya laut yang tidak diimbangi dengan pelestarian lingkungan laut akan membawa dampak buruk bagi pertumbuhan ekosistem laut, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap kualitas sumberdaya laut. Hal ini merupakan masalah yang perlu dipecahkan, sebab masih banyak lapisan masyarakat yang belum menyadarinya. Salah satu indikator untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu areal, bisa dinilai dari segi kelimpahan penghuni kawasan tersebut, dalam hal ini flora dan faunanya. Pada areal pantai, penilaian dari kekayaan hayati yang mendiami kawasan ini, dapat dinilai misalnya dari segi fauna di kawasan tersebut, dengan melihat keanekaragaman spesies yang ditemukan, mengalami tingkat penurunan atau tidaknya. Salah satu fauna pantai yang hampir mengalami penurunan jumlah adalah Echinodermata. Penurunan reproduksi bisa disebabkan karena tercemarnya lingkungan pantai tersebut atau kebiasaan masyarakat dalam melakukan penangkapan secara terus-menerus dengan tidak memperhatikan kapasitas jumlah dan besarnya ukuran Echinodermata yang akan ditangkap. Di Pantai Kondang Merak sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang jenis-jenis terumbu karang, dan jenis-jenis tumbuhan rendah. Akan tetapi tentang

5 keberadaan jenis Echinodermata di Pantai Kondang Merak belum diketahui secara pasti keadaan saat ini. Dari sekian banyak jenis Echinodermata sebagian sudah di manfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan tambahan. Dengan demikian dihawatirkan keanekaragaman dari Echinodermata di daerah tersebut sudah terancam punah. Sehingga diperlukan adanya penelitian kembali untuk mengetahui keanekaragaman jenis Echinodermata di Pantai Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Jenis Echinodermata apa saja yang terdapat di Pantai Kondang Merak? 2. Bagaimana keanekaragaman dan dominansi jenis Echinodermata di Pantai Kondang Merak? 3. Bagaimana Indeks Nilai Penting (INP) dari Echinodermata di Pantai Kondang Merak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis Echinodermata yang terdapat di Pantai Kondang Merak. 2. Untuk mengetahui keanekaragaman dan dominansi jenis Echinodermata di Pantai Kondang Merak.

6 3. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) dari Echinodermata di Pantai Kondang Merak. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadikan salah satu hasil program inventarisasi biota laut yang bertujuan untuk memberikan informasi kehadiran biota terutama dari jenis kelompok filum Echinodermata di Pantai Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. 2. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan bahayanya eksploitasi atau pemanfaatan dari lingkungan laut dan pantai yang terlalu berlebihan, seperti penangkapan biota-biota yang terdapat di dalamnya tidak memperhatikan kapasitas jumlah dan besarnya ukuran, mengakibatkan ketidakseimbangan bagi suatu ekosistem. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengambilan sampel data dilakukan di Pantai Kondang Merak Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang, hanya pada batas transek 100 meter dari bibir pantai sampai zona intertidal (pasang-surut). 2. Pengamatan dilakukan pada saat air laut menjelang surut dan pengambilan sampel didokumentasikan menggunakan kamera, kemudian di identifikasi.