BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

1

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

1

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah. Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

PENGARUH DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SISIR KELURAHAN SISIR KOTA BATU

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit (Besar dan Eveline, 2008). ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap bagi bayi. Nilai nutrisi pada ASI lebih besar dibandingkan susu formula karena mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Kandungan nutrisinya yang unik menyebabkan ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh susu formula (Hegar, 2010). World Health Organization (WHO) menganjurkan bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI (MP-ASI) selama 2 tahun pertama. Pemerintah Indonesia sendiri telah mencanangkan anjuran WHO sejak tahun 2004 melalui dikeluarkannya Kepmenkes No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi di Indonesia dan Undang-undang (UU) No. 36 pasal 128 tahun 2009 tentang kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2012). Pemberian susu formula dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) cair yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan dengan intensitas dan frekuensi yang sangat tinggi dapat membahayakan dan berakibat kurang baik pada bayi. Dampaknya adalah kerusakan usus bayi karena pada umur tersebut

usus belum siap mencerna dengan baik sehingga pertumbuhan bayi terganggu (Depkes RI, 2007). Menurut Salfina (2003) bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan SD, dan berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh (Firmansyah, 2012). Selain tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang ASI berperan penting dalam kesuksesan pemberian ASI eksklusif. Penelitian di Tanzania menemukan ibu yang memiliki pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif memiliki kemungkinan lebih besar untuk sukses memberikan ASI eksklusif (Nkala dan Msuya, 2011). Penelitian di Brazil dan Selandia Baru menemukan ibu yang bekerja memiliki risiko lebih besar untuk menghentikan memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja atau bekerja di rumah (Mascarenhas, et. al. 2006). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui eksklusif, 5,1% menyusui predominan, dan 55,1% menyusui parsial. Persentase menyusui eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%. Target nasional pemberian ASI eksklusif tahun 2015 yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 80%. (Riskesdas, 2010). Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong pada pemberian makanan padat 4

atau 5 bulan lebih menguntungkan, bahkan sebaliknya hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (Roesli, 2008). Studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas pada bulan Nopember tahun 2015 diketahui cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Banyumas pada tahun 2014 sebesar 20,9%. Adapun di wilayah kerja Puskesmas I Wangon pada bulan Agustus 2015 mencapai 48%. Cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas I Wangon pada bulan September 2015 tertinggi di Desa Klapa Gading (80%) dan terendah di Desa Randegan (38%). Jumlah ibu bayi usia 6 12 pada bulan Januari 2016 di Desa Klapa Gading sebanyak 96 orang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. B. Perumusan Masalah Permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Adakah Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden penelitian di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. b. Mengetahui tingkat pendidikan ibu di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. c. Mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. d. Mengetahui pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. e. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading an Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. f. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif di Desa Klapa Gading Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian untuk dapat dirasakan oleh semua pihak yang dapat memakainya. 1. Bagi Puskesmas Untuk memberikan pertimbangan dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. 2. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi tentang upaya yang dapat dilakukan keluarga dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif. 3. Bagi Responden Untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. 4. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan bagi penulis dan berpikir kritis dan melatih untuk memecahkan masalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak, khususnya tentang pemberian ASI eksklusif dan untuk melengkapi salah satu persyaratan akademik tingkat sarjana Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 5. Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tentang keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

E. Penelitian Lain Yang Terkait Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang dapat penulis temukan antara lain: 1. Agam (2011) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif di Kelurahan Tamamaung. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu di Kelurahan Tamamaung. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive dengan jumlah sampel 68 bayi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara umur ibu (p = 0,185), pekerjaan ibu (p = 0,954), pendidikan ibu (p = 0,317), status gizi ibu (p = 0,227), IMD (p = 0,9393), penolong persalinan (p = 0,985) dan pendapatan keluarga (p = 0,271) dengan pemberian ASI eksklusif. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pada tema pemberian ASI Eksklusif. Variabel bebas yang sama adalah variabel pendidikan dan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan. Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel pekerjaan ibu, status gizi ibu, IMD dan penolong persalinan. Lokasi penelitian juga berbeda.

2. Fahriani (2013) dengan judul Faktor Yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Cukup Bulan Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Salah Satu Rumah Sakit Sayang Bayi Di Jakarta. Penelitian bersifat deskriptif potong lintang analitik dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara pada bulan Juni hingga September 2012. Subyek penelitian adalah ibu yang memiliki anak berusia 0-6 bulan yang datang ke poliklinik anak RS St. Carolus Jakarta. Analisis statistik dengan uji Kai kuadrat atau Fisher (analisis bivariat) dan uji regresi logistik (analisis multivariat). Penelitian dilakukan pada 120 subjek. Proporsi ASI eksklusif sebesar 75%. Sebagian besar subjek merupakan primipara (56,7%). Sebanyak 65,8% melahirkan secara spontan. Sebanyak 73,3% subjek memiliki tingkat pendidikan tinggi dan 59,2% merupakan ibu bekerja. Sebanyak 45% subjek termasuk ke dalam status sosial ekonomi tinggi, dan sisanya berada di sosial ekonomi rendah (4,2%), dan menengah (50,8%). Sebanyak 77,5% tidak memiliki faktor fisis selama masa menyusui. Pengetahuan yang benar mengenai ASI eksklusif didapatkan pada 85% subjek. Sebagian besar subjek (73,3%) telah memperoleh konseling ASI. Sebanyak 64,2% subjek merasa yakin terhadap kecukupan produksi ASI. Berdasarkan uji regresi logistik, didapatkan faktor yang paling bermakna memengaruhi ASI eksklusif secara berurutan, yaitu faktor psikis ibu, diikuti oleh dukungan keluarga, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI dari petugas kesehatan. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini

adalah pada tema pemberian ASI Eksklusif. Variabel bebas yang sama adalah variabel pengetahuan sama dengan penelitian Fahriani (2013). Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel psikis ibu dukungan keluarga dan konseling ASI dari petugas kesehatan. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama. 3. Mamonto (2015) penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotobangon Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan cross sectional study. Sampel dalam penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki anak umur 6-24 bulan sebanyak 96. Analisis data menggunakan uji Chi-Square Tests dan Uji regresi logistic Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara tempat persalinan ibu p=0,016, pengetahuan ibu p=0,052 dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil Uji regresi logistic menunjukkan varriabel sikap yang paling erat berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif dengan nilai OR (Odds Ratio) paling tinggi yaitu 7,47 (95% CI : 1,592-35.095). Hal ini berarti bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap ASI Eksklusif adalah variabel Sikap. Jadi Sikap yang baik akan membuat responden memberikan ASI Eksklusif sebesar 7,47s kali di bandingkan dengan Sikap yang kurang baik. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pada tema pemberian ASI Eksklusif. Variabel bebas yang sama

adalah variabel pengetahuan dan pemberian ASI Eksklusif. Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel tempat persalinan dan sikap ibu. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama. 4. Wisanggeni (2013) penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu, Pekerjaan Ibu, Dan Promosi Susu Formula Dengan Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bojong. Desain penelitian ini adalah case control. Populasi ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan yaitu sebanyak 145 responden. Teknik sampling menggunakan simple random sampling dan sempel sebanyak 66. Analisis data menggunakan uji chi square. Dari hasil analisis diketahui variabel yang ada hubungan dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan (p value=0,003), pekerjaan (p value=0,01), dan untuk promosi susu formula tidak ada hubungan dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif (p value= 0,082). Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah pada tema pemberian ASI Eksklusif. Variabel bebas yang sama adalah variabel pengetahuan dan variabel terikat pemberian ASI eksklusif. Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel promosi susu formula. Lokasi penelitian juga berbeda, sehingga populasinya tidak sama.