BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Susi Pupu Marpu ah, 2014

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ismi Nurlatifah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan melalui pendidikan. Pendidikan adalah unsur terpenting dalam pembangunan bangsa, karena melalui pendidikan nilai-nilai dalam kehidupan dapat ditanamkan. Pendidikan berlandaskan nilai sebenarnya telah dicita-citakan bangsa Indonesia, hal ini tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, bahwa untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer 81 A tentang Implementasi Kurikulum itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Kemendikbud, 2013). Seperti yang telah kita ketahui, bahwa pendidikan Indonesia kini mengacu pada kurikulum baru yakni kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja. Pada kurikulum 2013, aspek kompetensi lulusan dibuat berimbang antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pada jenjang SMA dan sederajat, kurikulum 2013 menuntut siswa agar memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Hal ini dipertegas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Jika kita telaah lebih dalam, kondisi perilaku para siswa di Indonesia kini sangat menghawatirkan. Para siswa di Indonesia dihadapkan oleh nilai-nilai modernitas yang kian lama kian menghantam nilai-nilai tradisi masyarakat Indonesia. Materialisme dan hedonisme begitu lebih diagungkan dari norma agama dan Pancasila. Beberapa siswa terjerumus pada sikap permisif, agresif, dan arogan. Krisis nilai pada diri siswa begitu dahsyat sehingga menghantam sendisendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan juga bermasyarakat. Beberapa siswa di Indonesia mengalami disorientasi nilai dimana arah kehidupan yang lama tiba-tiba berubah dan menjadi sangat tidak beraturan. Nilai-nilai tradisional seperti gotongroyong, santun, dan jujur seperti kehilangan relevansi dari kehidupan para siswa di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Hasan (2009) dengan judul Correlation Between Learning Motivation and Academic Cheating Behavior at PI High School Student Jakarta menemukan bahwa sekitar 90,7 % siswa kelas XI SMA (usia 16-18 tahun) pernah mencontek minimal satu kali, bahkan sebagian besar (65,1%) mencontek lebih dari 10 kali. Hal ini sangat ironis, mencontek seperti sudah membudaya pada kehidupan di negara ini. Dari pemamaparan di atas dapat ditarik suatu pernyataan bahwa terjadi ketidaksejalanan antara tuntutan pemerintah dan tuntutan kurikulum dengan fakta yang terjadi pada dunia pendidikan saat ini. Pendidikan yang menurut Permendikbud no. 81 A tahun 2013 dan kurikulum 2013 seharusnya bisa membentuk nilai dan budi pekerti yang baik, kini belum dapat terlaksana dengan maksimal. Fenomena krisis nilai yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya salah satunya disebabkan karena adanya kesalahan sistem pendidikan di sekolah. Kesalahan pendidikan pada zaman sekarang adalah para guru lebih mengutamakan nilai yang bersifat kuantitatif saja daripada nilai yang bersifat kualitatif yang merupakan nilai moral dan sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Dengan kata lain, nilai dalam bentuk angka lebih diutamakan daripada nilai moral yang baik. Krisis nilai pada siswa di Indonesia tidak bisa dibiarkan begitu saja, oleh karena itu perlu adanya penanaman nilai-nilai karakter pada setiap kegiatan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Di lingkungan sekolah penanaman

nilai-nilai karakter dapat juga dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Praktik pendidikan nilai di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab mata pelajaran Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saja, semua mata pelajaran pun bertanggung jawab untuk mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan dalam setiap pokok bahasannya, termasuk dalam mata pelajaran kimia. Oleh karena itu perlu disusun suatu desain pembelajaran kimia yang mengedepankan pada penanaman nilai-nilai kehidupan. Desain pembelajaran dapat dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sangat penting karena setiap pelaksanaan pembelajaran diperlukan suatu perencanaan yang baik, matang dan optimal. Penanaman nilai-nilai kehidupan pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilakukan seorang guru dengan cara penggunaan model pembelajaran yang menekankan partisipasi siswa dalam aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model pembelajaran kooperatif inkuiri. Pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan inkuiri dipilih karena pembelajaran ini dapat memenuhi tuntutan Kompetensi Inti yang tertera pada Silabus Kurikulum 2013. Kompetensi Inti menuntut agar siswa tidak hanya dapat mencapai tujuan kognitif saja, tetapi juga harus memperhatikan aspek afektif dan psikomotor. Dalam pembelajaran kooperatif inkuiri dapat disusun sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, sikap rasa ingin tahu, nilai kejujuran, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama sehingga akan muncul sikap saling menghargai dan bekerja sama antar siswa. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus pembelajaran yaitu pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung merupakan proses pendidikan dimana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan

pola 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Terdapat penelitian yang berkaitan dengan pendidikan nilai, salah satunya yang dilakukan oleh Trisnahada (2011). Penelitian ini memberikan informasi bahwa pembelajaran IPA yang dikembangkan dengan strategi penanaman nilainilai kejujuran menunjukkan adanya perubahan sikap yang diperlihatkan terhadap mata pelajaran IPA dan perilaku siswa di kelas dan di luar kelas, keberanian untuk mengakui bila melakukan kekeliruan, selalu melaksanakan tugas-tugas dengan baik, serta percaya diri dalam berucap dan bertindak. Penelitian mengenai pembelajaran kooperatif juga telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian yang dilakukan Umar (2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif sangat efektif mengembangkan nilai-nilai demokrasi bagi upaya penumbuhan sikap warga negara yang demokratis, yaitu: kebebasan mengemukakan pendapat, bertanya, dan menghargai pendapat temannya, saling bekerja sama, terjadinya dialog, rembug dan musyawarah, terciptanya rasa persaudaraan dalam keberagamaan; dan bersikap toleran bersama teman/orang lain. Penelitian mengenai pembelajaran dengan model inkuri telah dilakukan oleh Sulistyarini (2011). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model inkuiri bermuatan nilai demokrasi memunculkan kemampuan berpikir kritis, tumbuh semangat berkreativitas, komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai demokrasi, keberanian bertanya, mengeluarkan pendapat, ide, gagasan serta berargumentasi, tidak takut salah dalam belajar dan berani berbeda pendapat tetapi tetap bertoleransi. Proses pembelajaran lebih terarah, interaksi di kelas menjadi lebih optimal, siswa merasa tidak bosan dan tidak merasa tertekan. Siswa mampu menunjukkan sikap bekerja sama, menunjukkan sikap keterbukaan dan sikap bertanggung jawab. Penelitian yang dilakukan Murtiani et al. (2009) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran materi difusi dan osmosis dapat

ditingkatkan dengan menggunakan kolaborasi model pembelajaran kooperatif dan inkuiri. Dengan menggunakan model kooperatif dan inkuri, ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan 85%. Selain itu, terdapat juga penelitian yang dilakukan Ramadhani et al. (2013), penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan pendekatan inkuiri lebih baik dari hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Agar tidak bertentangan dengan pembelajaran kontekstual, metode pembelajaran dilakukan dengan praktikum. Dengan metode praktikum dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuri, sikap ilmiah, mengamati proses, serta siswa dilatih berbagai kecakapan hidup dan penanaman nilai kehidupan. Pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit ada banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat ditanamkan pada diri siswa. Selain itu, praktikum dengan topik larutan elektrolit dan non elektrolit ini dapat merangsang rasa ingin tahu pada diri siswa. Oleh karena itu, larutan elektrolit dan non elektrolit dipilih sebagai topik pada penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai pada Topik Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit?. Pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi sub masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik desain pembelajaran bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit? 2. Nilai-nilai apakah yang dapat ditanamkan dari topik larutan elektrolit dan non elektrolit?

C. Batasan Masalah Agar penelitian ini berjalan lancar dan terarah diperlukan adanya pembatasan masalah yang diteliti, yaitu: 1. Desain pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkatnya. 2. Model pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri pola 5 M. 3. Nilai yang dikembangkan adalah religius, rasa ingin tahu, disiplin, jujur, terbuka, teliti, tanggung jawab, kritis, demokratis, komunikatif, kerja sama, santun, toleran, peduli lingkungan, responsif, pro-aktif, kerja keras dan menghargai prestasi. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif inkuiri adalah: 1. Guru Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai desain pembelajaran kimia bermuatan nilai pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit sehingga dapat memberikan referensi baru bagi guru kimia mengenai strategi pembelajaran yang dapat digunakan pada topik larutan elektrolit dan non elektrolit. 2. Institusi Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi terkait.

3. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan peneliti lain untuk mengembangkan desain pembelajaran bermuatan nilai pada konten dan konteks kimia yang sama ataupun berbeda.