2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003).

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tirana Auliya Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari manfaat dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, juga bagi

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1). Pembelajaran menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan harus memiliki karakteristik: (1) interaktif dan inspiratif, (2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, (3) kontekstual dan kolaboratif, (4) memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas dan kemandirian peserta didik, (5) sesuai dengan bakat, minat, keampuan dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Idealnya suatu iklim belajar yang baik memiliki karakteristik tersebut. Dewasa ini proses pembelajaran terus berkembang mengiringi perubahan zaman dan penyesuaian terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Proses pembelajaran di sekolah memiliki tujuan utama yaitu menumbuhkan sikap berakhlak mulia, menambah pengetahuan, dan menajamkan kemampuan keterampilan. Pencapaian dari kegiatan pembelajaran setiap kompetensi pasti berbeda tergantung pada silabus dan kompetensi dasar yang hendak dicapai setiap materi. Perencanaan yang tepat, kesiapan materi yang baik, metode, model, dan media pembelajaran yang sesuai menjadi alat ukur sejauh mana hasil belajar maupun perubahan sikap dan keterampilan peserta didik dapat diukur. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik seyogyanya memperhatikan penggunaan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada silabus, kompetensi inti, kompetensi dasar, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pendekatan pembelajaran yang dimaksud merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaan agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sedangkan strategi pembelajaran yang dimaksud berupa langkah-

langkah sistemik yang digunakan pendidik untuk mencapai kompetensi yang ditentukan. Penggunaan model menekankan pada kerangka pembelajaran yang hendak dilakukan dalam pembelajaran sedangkan metode mengarah ke teknis atau cara yang digunakan pendidik dalam menangani kegiatan pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65 Tahun 2013, desain pembelajaran merupakan mekanisme pembelajaran yang hendak dilakukan tersusun sistematis. Perencanaan pembelajaran atau RPP harus mengacu pada tandar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran termasuk geografi. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Prinsip penyusunan RPP meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Mengutip dari Permendikbud tahun 2013 mengenai Kompetensi Dasar Geografi (KD-Geografi dalam Kurikulum 2013) bahwa penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran geografi dikelompokkan pada rumpun Mata Pelajaran Peminatan Ilmu-ilmu Sosial sehingga kajiannya lebih diarahkan pada sudut pandang keberadaan dan aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh dinamika alam fisik. Mata pelajaran geografi ditetapkan memiliki empat buah Kompetensi Inti (KI) yaitu kompetensi aspek menghayati dan mengamalkan ajaran agama, kompetensi aspek afektif, kompetensi aspek kognitif, dan kompetensi aspek psikomotor. Kompetensi-kompetensi inti tersebut dirumuskan melalui kompetensi-kompetensi dasar dalam seluruh mata pelajaran termasuk geografi. Tujuan kegiatan belajar dalam pembelajaran menjadi suatu keharusan sebelum merancang RPP.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan menunjukan kurangnya variasi pembelajaran dimana penggunaan metode ceramah menjadi dominasi dan paling sering digunakan. Perlunya pengadaan variasi memiliki tujuan dalam pemanfaatan keragaman cara mengajar. Penggunaan variasi pembelajaran memiliki tujuan ; (1) meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi belajar mengajar, (2) memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi (3) membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah (4) memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual (5) mendorong anak didik untuk belajar. Sedangkan bentuk variasi yang bisa digunakan dalam pembelajaran bisa melalui beberapa komponen seperti variasi gaya mengajar, media/bahan ajar, dan variasi interaksi (Syaiful:hlm 170). Mengutip pendapat Depdiknas tentang pendekatan kontekstual tahun 2002 menjelaskan bahwa Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dilaksanakan dengan pendekatan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan menggunakan metode yang bervariasi. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan menghasilkan pembelajaran yang membosankan untuk diikuti. Metode ceramah dianggap metode lama yang hanya mengandalkan komunikasi satu arah sehingga peserta didik cenderung acuh dan bosan dalam aktvitas belajar dikelas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada peserta didik di kelas X-IPS 4 SMAN 15 Kota Bandung, diketahui bahwa penyampaian materi melalui penggunaan metode ceramah berakibat kurangnya kegiatan eksplorasi kreatifitas peserta didik di kelas. Akibatnya peserta didik cenderung mengantuk, mengobrol, menggambar, dan lain sebagainya dibanding memerhatikan guru di depan kelas. Penggunaan metode ceramah sebagai proses pembelajaran cenderung membuat peserta didik pasif meskipun telah menggunakan media belajar seperti power point, video pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran kelas namun hanya sebatas informasi dan gambar karena peserta didik masih pada ranah kognitif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lebih lanjut hasil wawancara dengan guru geografi di SMAN 15 Kota Bandung juga ditemukan pembelajaran sering terkendala kurangnya penggunaan variasi dalam penjelasan materi geografi.

Hasil observasi di kelas X IPS 4 SMAN 15 Bandung selama pengamatan berlangsung peserta didik indikasi kemampuan berpikir kritis peserta didik masih sangat kurang, hal tersebut nampak dari : (1) pertanyaan permasalahan oleh peserta didik belum fokus pada materi, (2) kemampuan menganalisis suatu pertanyaan atau pernyataan pesserta didik masih belum relevan dengan materi pelajaran, (3) keterampilan dasar dalam berpikir kritis masih kurang, (4) mengidentifikasi asumsi masih kurang, dan (5) belum mampu mengambil putusan secara langsung terutama hal yang berkaitan dengan materi. Hasil observasi yang dilakukan pada guru geografi di SMA Negeri 15 Bandung diketahui bahwa peserta didik kemampuan keterampilan kognitif pada mata pelajaran geografi berada ditingkatan terendah dibanding mata pelajaran jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial lainnya. Setelah melaksanakan studi dokumentasi yang dilakukan selama penelitian terdahulu diketahui bahwa : (1) nilai rerata Ujian Nasional mata pelajaran geografi di SMA Negeri 15 Bandung selalu terendah dibandingkan mata pelajaran jurusan IPS lain, (2) minat membaca peserta didik sangat rendah meskipun ada tugas membaca tetap tidak ada perubahan, (3) mayoritas memiliki rerata hasil belajar ulangan harian yang rendah dan jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. RPP yang digunakan sudah sesuai, akan tetapi belum munculya variasi model atau metode yang digunakan. Instrumen penilaian hasil belajar hanya melihat aspek kognitif saja, belum mengukur aspek yang lain seperti keterampilan dan sikap. Terutama belum memunculkan instrumen alat ukur yang menunjukan kemampuan berpikir analisis atau kritis. Pengukuran hasil belajar memanfaatkan kemampuan kognitif peserta didik saja. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diatas bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik masih rendah pada kelas X-IPS 4, kondisi empiris membuktikan melalui hasil pengerjaan tugas, maupun tes/ujian peserta didik yang masih belum menunjukan kemampuan berpikir kritis. Pentingnya kemampuan berpikir kritis tersebut sudah seharusnya ditingkatkan karena memiliki keuntungan bagi kemampuan penalaran peserta didik terutama dalam mengatasi permasalahan sehari-hari. Berdasar pada latar belakang penelitian tersebut penulis mengajukan judul penelitian : PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-IPS 4 SMA Negeri 15 Kota Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, dirumuskan batasan permasalahan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah model pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik di kelas X IPS 4 SMAN 15 Bandung? 2. Bagaimana langkah penerapan model pembelajaran inquiry pada mata pelajaran geografi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis? 3. Kendala apa yang dihadapi guru dan peserta didik mengenai model pembelajaran inquiry? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk pengaplikasian model pembelajaran Inquiry sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. 2. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga ada peningkatan pada hasil belajar maupun mengasah sikap kritis peserta didik sekolah menengah. 3. Mengetahui kendala yang dihadadapi peserta didik dan guru setelah penerapan model pembelajaran inquiry. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif khususnya penerapan model pembelajaran inquiry pada mata pelajaran geografi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik

1) Meningkatnya kemampuan berpikir kritis peserta didik sebagai telaah dalam langkah saintifik yaitu mencari informasi, termasuk pada aspek indikator berpikir kritis (memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, mengklarifikasi, dan memutuskan keputusan). 2) Pengembangan kreatifitas peserta didik terutama aktivitas dalam kelas dan meningkatnya keaktifan peserta didik dalam mata pelajaran geografi. 3) Meningkatnya kekritisan melalui penggunaan model pembelajaran inquiry. b. Bagi Guru Geografi 1) Meningkatnya pengetahuan dan pengalaman bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran inquiry. 2) Meningkatnya kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. 3) Meningkatkan profesionalitas guru geografi di SMA Negeri 15 Bandung terutama dalam aspek metodologi penelitian. c. Bagi Guru Lain 1) Sumber referensi dan motivasi untuk memecahkan permasalahan kesulitan belajar peserta. 2) Berpikir tingkat tinggi melalui pengaplikasian keterampilan dasar mengajar mengadakan variasi. d. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya pengembangan kualitas pendidikan dan pembelajaran. 2) Memberi kontribusi peningkatan prestasi sekolah dalam hal E. Penelitian Terdahulu ketreampilan berpikir kritis peserta didik. Penelitian terkait yang baru diterbitkan pada tahun 2013 oleh peneliti Vita Rosmiati dengan judul penelitian Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming untuk meningkatakan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS di SMA Negeri Situraja. Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan diberbagai jurusan atau departemen baik dalam atau luar Indonesia.

F. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Inquiry Sebuah model yang dikembangkan sebagai langkah-langkah atau tahapan sebuah model pembelajaran kooperatif dimana peserta didik sebagai semua sumber pembelajaran dari mulai subjek, objek dan system dari proses belajar. Langkah-langkah yang harus dilalui untuk model inquiry dilakukan dengan tahapan ; orientasi topik pembelajaran, penjelasan topik pembelajaran, perumusan masalah, hipotesis, pencarian data, dan pemecahan akhir permasalahan berdasarkan topik pembelajaran, dan terakhir proses penilaian proses pembelajaran. Tahapan pembelajaran harus dilakukan secara utuh sebagai satu kesatuan dalam proses pembelajaran. Keunggulan model pembelajaran inquiry adalah proses belajar yang sistematis diawali dari deskriptif dan diakhiri dengan tahapan analisis-sintesis yang secara rinci mampu menjabarkan materi pembelajaran dengan lengkap. 2. Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah kemampuan yang secara spesifik hanya dimiliki oleh manusia, dimana fungsi utamanya adalah memberi keterampilan hidup bagi peserta didik dalam menyikapi setiap peristiwa yang dialami dalam keseharian kehidupan manusia. Menurut Ennis (dalam Allo 2005 : 12-13) kemampuan memberikan penjelasan sederhana, kemampuan membangun keterampilan dasar, kemampuan menyimpulkan, kemampuan berasumsi, dan kemampuan menggunakan strategis dan taktik merupakan indikator dari kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir ini merupakan kemampuan lanjutan dari kreatif seseorang dalam mempelajari sesuatu yang erat kaitannya dengan kehidupan keseharian.