1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik dan potensi yang dimiliki suatu daerah, khususnya sektor-sektor unggulan yang ada, merupakan hal yang penting dalam merumuskan strategi pembangunan yang akan dilakukan, dengan harapan agar competitive advantage tersebut dapat memberikan manfaat yang optimal bagi kemajuan suatu daerah. Kota Sabang merupakan salah satu daerah di Provinsi Aceh yang wilayahnya berbentuk kepulauan dan berada di wilayah paling barat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kota Sabang termasuk dalam konstelasi Kerjasama Ekonomi Sub Regional/KESR, seperti AFTA (Asean Free Trade Area), IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) dan Segitiga Pertumbuhan Saphula (Sabang Phuket Langkawi). KESR IMS-GT dan investasi secara langsung telah menciptakan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di wilayah Kota Sabang. Dalam masa krisis ekonomi, perekonomian Sabang mampu tumbuh dengan laju rata-rata >5 %/tahun. Dengan ditetapkannya Sabang sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (ditetapkan dengan UU No. 37 Tahun 2000) terbuka peluang untuk mempercepat pembangunan di Kota Sabang sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Bagian Barat dan wilayah ASEAN khususnya untuk pengembangan sektor-sektor unggulan. Percepatan pembangunan Kota Sabang, didasarkan atas visi dari Kota Sabang yaitu : Menjadikan Kota Sabang sebagai salah satu simpul perniagaan dan pelabuhan terkemuka yang memiliki basis pengembangan perekonomian di sektor jasa kepelabuhanan, industri dan perdagangan, perikanan laut dan pariwisata bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat (PEMKOT Sabang dan BAPEKAPPEB Sabang, 2004). Dalam kebijaksanaan pembangunan Provinsi Aceh, Kota Sabang termasuk ke dalam wilayah pembangunan II yang merupakan bagian dari zona industri bersama-sama dengan Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Pidie, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Aceh Timur. Kegiatan industri
2 2 ini diharapkan dapat berkembang sebagai akibat adanya rembesan dua kutub pertumbuhan industri yaitu Lhokseumawe dan Aceh Besar di Provinsi Aceh sendiri serta Kota Medan di Provinsi Sumatera Utara. Namun apabila hal ini dikaitkan secara khusus dengan Kota Sabang, secara teoritis rembesan yang mungkin terjadi dari adanya pergerakan dua kutub tersebut akan sangat kecil, mengingat Kota Sabang secara geografis terpisah dari Provinsi Aceh serta tidak berada dalam jalur poros Kota Banda Aceh Lhokseumawe Medan. Akan tetapi apabila dilihat secara regional dalam arti hubungan dengan negara lain, Kota Sabang sangat potensial terutama sebagai pintu gerbang strategis bagi arus investasi serta barang dan jasa dari luar negeri yang pada akhirnya dapat mendorong pengembangan wilayah Sumatera Bagian Utara dan khususnya Provinsi Aceh (PEMKOT Sabang, 2009). Anjloknya pertumbuhan ekonomi Kota Sabang pada tahun 1998 disebabkan pengaruh krisis ekonomi yang melanda Negara Indonesia dan krisis keamanan di Provinsi Aceh, yang merambah hampir keseluruh sektor ekonomi. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,32 persen, pada tahun 2008 menurun menjadi 4,40 persen, pada tahun 2009 naik menjadi 4,72 persen dan pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 5,21 persen. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kota Sabang sangat tergantung dari pertumbuhan masing-masing sektoralnya. Pada tahun 2010 sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan sebesar 1,46 persen dan 3,13 persen, sektor Industri pengolahan sebesar 0,79 persen, sektor listrik, gas dan air minum 7,16 persen, sektor konstruksi 13,33 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 4,39 persen, sektor angkutan dan komunikasi 7,83 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,94 persen, serta sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan 3,84 persen. Bila ditinjau pertumbuhan masing-masing sektor pada tahun 2010 dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi Tabel 1 (BPS dan BAPEDDA, 2010b). Kota Sabang memiliki potensi yang mampu dikembangkan dan berpeluang menjadi sektor unggulan daerah. Namun demikian, dengan keragaman potensi yang dimiliki tersebut pada tahun 2010 ukuran Produk Domestik Regional Bruto
3 (PDRB) masih rendah dan sampai saat ini Kota Sabang belum berkembang. Melihat kondisi yang demikian, Pemerintah Daerah Kota Sabang perlu menentukan sektor dan komoditi apa saja yang diperkirakan bisa tumbuh cepat di wilayah tersebut. Sektor dan komoditi tersebut haruslah yang merupakan sektor unggulan atau mempunyai prospek untuk dipasarkan ke luar wilayah atau diekspor di masa yang akan datang dan dapat dikembangkan secara maksimal. Sektor tersebut perlu didorong, dikembangkan, dan disinergikan dengan sektorsektor lain yang terkait. Menurut Tarigan (2004a), beberapa sektor dikatakan bersinergi apabila pertumbuhan salah satu sektor akan mendorong sektor lain untuk tumbuh. Begitu pula sebaliknya sehingga terdapat dampak pengganda yang cukup berarti, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah. Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Sabang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 2010 Lapangan Usaha 2007* 2008* 2009* 2010** 1. Pertanian 2,13 0,10 1,11 1,46 2. Pertambangan dan Penggalian 6,18 (7,01) 2,81 3,13 3. Industri Pengolahan 2,48 2,40 2,10 0,79 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8,18 7,18 5,85 7,16 5. Bangunan 12,14 8,59 10,42 13,33 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,07 5,79 6,32 4,39 7. Pengangkutan dan Komunikasi 3,78 1,93 3,72 7,83 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa 3,30 1,18 3,56 3,94 Perusahaan 9. Jasa-Jasa 4,42 3,31 3,51 3,84 PDRB Kota Sabang 5,33 3,81 4,72 5,21 Keterangan * Angka yang diperbaiki ** Angka sementara Sumber : BPS dan BAPEDDA Kota Sabang (2011) Penentuan sektor unggulan yang tepat, yaitu sejalan dengan tujuan pembangunan dan karakteristik wilayah Kota Sabang menjadi suatu kebutuhan agar tidak terjadi diorientasi kebijakan dan program pembangunan serta mencegah berlangsungnya permasalahan dan kemubaziran sumberdaya yang sifatnya terbatas. (Dinc, et al. 2003) mengembangkan beberapa model untuk pengembangan keputusan dalam suatu daerah dengan mengintegrasikan model Shift Share Analysis, Input Output, dan AHP. Agar tidak terjadi aliran sumber
4 4 daya ke wilayah pusat pertumbuhan yang tidak disertai dengan aliran manfaat ke daerah-daerah sekitar, perlu adanya suatu strategi pengembangan antarwilayah berimbang yang dapat mengurangi kesenjangan antara daerah pusat pertumbuhan dengan daerah-daerah sekitarnya, dalam hal ini adalah pusat kota dan wilayah pesisir diluar kota di Kota Sabang. Strategi pengembangan potensi ekonomi daerah adalah dengan melakukan evaluasi terhadap kebijakan ekonomi dalam suatu wilayah (Moe, 1984). Merumuskan suatu kebijakan dapat dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan lokal (Umar, 2011). Salah satu aspek yang penting dilakukan dalam kebijakan adalah merumuskan masalah dan program pemecahan yang akan dilaksanakan. Terdapat 4 tahap yang penting dilakukan yaitu 1) pencarian masalah (problem search ), 2) pendefinisian masalah (problem definition), 3) spesifikasi masalah (problem specification), dan 4) pengenalan masalah (problem sensing) (Dunn, 2003). Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut perlu dilakukan analisis sektor unggulan dan arahan pengembangan wilayah dalam pelaksanaan pembangunan khususnya yang dilakukan oleh Pemda dan akan menjadi kegiatan yang penting sebagai bagian dari proses pembelajaran (learning processs) dalam pelaksanaan pembangunan. 1.2 Perumusan Masalah Upaya dalam pembangunan dan pengembangannya bukanlah pekerjaan yang mudah, karena tantangan yang dihadapi pada saat ini dan ke depan tidaklah kecil. Perencanaannya secara menyeluruh dan keterpaduan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya merupakan tantangan besar yang terlebih dahulu harus dikerjakan. Untuk sektor-sektor yang berperan besar yang mempunyai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDRB Kota Sabang (diatas 4,84 persen) adalah sektor listrik dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor bangunan/konstruksi. Sedangkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan dibawah pertumbuhan PDRB Kota Sabang (dibawah 4,84 persen). Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ada sektor-sektor yang tingkat
5 pertumbuhannya tinggi tetapi sektor tersebut kurang berpotensi artinya memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB Kota Sabang, sehingga pertumbuhannya kurang mendorong pertumbuhan PDRB secara keseluruhan. Sebaliknya ada sektor-sektor yang cukup dominan namun mengalami pertumbuhan yang relatif kecil, maka keberadaanya tidak mempengaruhi pertumbuhan PDRB secara keseluruhan seperti pada sektor jasa-jasa merupakan sektor terbesar yang memberikan sumbangan terhadap PDRB Kota Sabang namun pertumbuhannya hanya sebesar 3,58 persen (BPS dan BAPEDDA, 2010a). Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Sabang Tahun 2007-2012, pembangunan yang terus berlangsung di Kota Sabang, khususnya pasca penetapan status Sabang sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, kendati belum terlihat perkembangan yang merata. Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya disparitas wilayah, khususnya terkait dengan masih terkonsentrasinya beberapa aktifitas ekonomi pada pusat kota, sementara di wilayah pesisir atau luar kota belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Menyikapi hal ini, diarahkan kebijakan pada mendorong pemerataan pembangunan dengan percepatan pertumbuhan wilayah pesisir dan luar kota sesuai dengan karakteristik, potensi SDA, dan lokasi strategis dalam satu wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis. Oleh karena itu, issue dan tantangan pembangunan di Kota Sabang saat ini dengan adanya perubahan status tersebut belum ditunjang oleh prosedur perijinan investasi yang memadai, iklim investasi yang kondusif, sumberdaya manusia yang berkualitas serta kelengkapan infrastruktur wilayah untuk menunjang peran Kota Sabang sebagai bagian dari kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta mendorong produktivitas perekonomian wilayah. Perkembangan wilayah serta pertumbuhan perekonomian Kota Sabang tentunya tidak lepas dari adanya dukungan sumber daya dari daerah-daerah di sekitarnya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Namun sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh daerah-daerah tersebut dapat memberikan imbal balik yang signifikan terhadap pertumbuhan dan
6 6 pengembangan daerah belakangnya, adalah perlu didukung dengan kebijakan pengembangan antarwilayah yang tepat. Oleh karena itu, pemda Kota Sabang perlu merumuskan kebijakan pembangunan yang lebih tepat, khususnya dengan lebih mengoptimalkan peran sektor-sektor unggulan yang dimiliki, agar dapat meningkatkan kemajuan dan perkembangan wilayah. Memperhatikan beberapa hal di atas, maka beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji adalah : 1. Sektor apa yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang. 2. Bagaimana tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang. 3. Sejauh mana interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan wilayah di Kota Sabang. 4. Bagaimana kebijakan pembangunan yang tepat dijalankan oleh Pemda setempat. 1.3 Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis sektor yang merupakan sektor unggulan dan mampu memberikan efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Sabang. 2. Menganalisis tingkat hirarki wilayah berdasarkan sarana dan prasarana wilayah yang ada di Kota Sabang. 3. Mengkaji interaksi spasial yang ada mampu mendukung pengembangan wilayah di Kota Sabang. 4. Merumuskan arahan kebijakan pembangunan Kota Sabang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada beberapa aspek yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran pada Pemda tentang strategi pembangunan yang perlu dijalankan. 2. Sebagai bahan pembelajaran (learning process) dan evaluasi dalam proses perumusan kebijakan pembangunan.