BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB VII GERAK RITMIK. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 141

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitrianisa Setianing Widi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian pendidikan-menurut-ahli Rini Nurmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memegang peran penting untuk membentuk pola pikir, akhlak, dan perilaku manusia agar sesuai dengan norma-norma yang ada seperti norma agama, adat, budaya, dan lain-lain. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889-1959) kutipan http://randi06.blogspot.com/2010/02 /definisi-pendidikan.html yang mengartikan pendidikan sebagai Daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Kemudian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (dalam Sugiyono, 2009:42) : Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seluruh aspek yang ada didalam kehidupan kita baik orang terdekat, masyarakat, ataupun lembaga-lembaga yang ada, baik yang terjadi secara formal maupun non formal, dengan tujuan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan tidak baik menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama kita hidup untuk memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik dan mampu menjawab tantangan di masa depan. 1

2 Dalam pembelajaran di sekolah, guru mengacu pada kurikulum. Kurikulum menurut Daniel Tanner & Laurel Tanner (dalam Susilana dkk, 2006:5) yaitu: Pengalaman pembelajaran yang terencana dan terarah, yang disusun melalui proses rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman yang sistematis di bawah pengawasan lembaga pendidikan agar pembelajaran dapat terus memiliki minat untuk belajar sebagai bagian dari kompetensi sosial pribadinya. Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervise (pengawasan). Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar. Di dalam kurikulum itu sendiri terdapat beberapa mata pelajaran, salah satunya yaitu mata pelajaran pendidikan jasmani. Sebagai integral dari pendidikan, pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki kedudukan yang vital dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Keberadaan pendidikan jasmani telah diakui oleh pemerintah dalam Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42, khususnya isi kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang menetapkan pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga sebagai mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah mulai tingkat SD sampai dengan SLTA. Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang di desain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Abduljabar (2008:27) menjelaskan bahwa Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk

3 mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Dalam proses pendidikan jasmani ada tiga aspek yang menjadi bahan penilaian, yaitu: aspek kognitif (pengetahuan intelektual), afrktif (sikap sosial), dan psikomotor (keterampilan gerak). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Harlod M. Barrow (dalam: Freeman,2001) yang dikutip oleh Abduljabar (2008:6), menyatakan bahwa: Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak insane, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai...individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakan hanya ketika berhubungan dengan isi kehidupan manusia. Dari beberapa pengertian para ahli tentang pendidikan jasmani dapat di simpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses belajar yang menggunakan media aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat melalui berbagai aktivitas jasmani sesuai dengan ruang lingkup pendidikan jasmani yang meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar kelas, dan kesehatan meliputi budaya hidup sehat. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan dapat mengajar berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan (olahraga), internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran, kerjasama, disiplin, dan tanggung jawab), dan pembiasaan pola hidup sehat. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan ini berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran lain yang didominasi oleh kegiatan dalam kelas yang lebih bersifat kajian teoritis. Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani lebih dominan pada aktivitas unsur fisik untuk mencapai tujuan yang bersifat multidimensi (aspek psikomotor, aspek kognitif, dan aspek afektif). Untuk itu kompetensi didaktik dan metodik mengajar merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru

4 pendidikan jasmani. Meski demikian masih banyak guru pendidikan jasmani yang melaksanakan proses pembelajaran dengan cara tradisional dengan menitik beratkan materi dan tujuan pembelajaran yang bersifat kecabangan olahraga tanpa memperhatikan siapa yang menjadi peserta didiknya. Pembelajaran adalah proses, cara menjadiakan orang atau makhluk hidup belajar. Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, maupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didika dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pengajaran member kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan satu guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru. Salah satu materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah aktivitas ritmik. Aktifitas ritmik adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan pola irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semata-mata gerak ekspresi tubuh mengikuti iringan musik atau ketukan di luar musik (Mahendra, 2007;3). Dengan pengertian tersebut, aktivitas ritmik tentu saja bermakna lebih luas dari senam irama yang selama ini kita kenal, bahkan dapat juga dikatakan bersifat merangkum tarian atau dansa. Aktivitas ritmik meliputi gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik serta aktivitas lainya Aktivitas Ritmik adalah pengembangan keterampilan irama gerak dan seni gerak berirama serta pengembangan aspek pengetahuan/konsep yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajarannya memfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan antara gerak dan irama. (Kurikulum, 2003:7). (http://jurnal.upi.edu/file/jurnal_anin1.pdf)

5 Pembelajaran pendidikan jasmani seperti aktivitas ritmik yang dilakukan di sekolah menengah kejuruan (SMK) yang memiliki keunikan tersendiri. Anak anak di kelas ini pada umumnya tidak mau diam, dan ada saja akal dan hasratnya untuk belajar gerak. Pada anak kelas ini membutuhkan aktivitas yang menyenangkan sehingga anak mau terus belajar hal-hal baru, salah satu aktivitas yang bisa dipilih adalah aktivitas ritmik khususnya cha-cha. Cha-cha seni tari/senam merupakan perpaduan gerakan gerakan enerjik yang memerlukan banyak kalori, sehingga melalui senam cha-cha dengan cepat lemak dalam tubuh akan terbakar. (http://myzone.okezone.com/content/read/ 2012/07/17/7807/jaga-kebugaran-melalui-cha-cha ). Dengan diiringi irama chacha serta dipadukan dengan gerakan yang kompak akan menampilkan kreasi seni yang tinggi, indah dipandang sekaligus menyehatkan. Pada saat penulis melakukan program latihan profesi (PLP) di SMK Negeri 1 Bandung banyak anak-anak yang tertarik akan pembelajaran aktivitas ritmik khususnya cha-cha. Tetapi terdapat suatu masalah, yaitu pada saat siswi mengikuti pembelajaran aktivitas ritmik khususnya cha-cha, masih banyak siswi yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan cha-cha sehingga belum tercapainya koordinasi gerakan yang baik. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga tidak membosankan anak. Selain itu, seorang guru harus benar-benar dapat memilih suatu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk di terapkan atau digunakan dalam proses belajar mengajarnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai berikut: Pengaruh Pembelajaran Aktivitas Ritmik Dengan Menggunakan Musik Dan Tidak Menggunakan Musik Terhadap Koordinasi Gerak Berirama di SMK Negeri 1 Bandung B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam

6 penelitian, adalah: 1. Apakah ada peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung? 2. Apakah ada peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung? 3. Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan dengan tidak menggunakan musik di SMK Negeri 1 Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung. 2. Untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran aktivitas ritmik dengan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung. 3. Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan dengan tidak menggunakan musik di SMK Negeri 1 Bandung. D. Manfaat Penelitian Bertolak dari tujuan diatas, penulis berharap penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau sumbangan ilmu yang dapat memperbaiki kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.

7 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai model mengajar pendidikan jasmani yang sesuai untuk diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, serta dapat digunakan sebagaimana mestinya. E. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aktivitas ritmik dengan menggunakan musik dan tidak menggunakan musik terhadap koordinasi gerak berirama di SMK Negeri 1 Bandung. 2. Aktivitas ritmik yang dipakai dalam penelitian ini adalah cha-cha 3. Populasi dan sampel. Populasi yang digunakan adalah siswa SMK Negeri 1 Bandung. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI sebanyak 40 orang. 4. Metode penelitian, yang digunakan adalah metode eksperimen. 5. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah: Tes dengan butir tes berupa tes kemampuan melalui pengamatan dengan hasil nilai yang diperoleh berdasarkan kriteria penilaian penampilan yang telah ditentukan. 6. Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di SMK Negeri 1 Bandung.