PENGARUH KOMBINASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN ABU SEKAM PADI TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SAWAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BAHAN ORGANIK DAN SP 36 PADA TANAH ULTISOL LABUHAN BATU SELATAN

OLEH : REZEKI AYU CITRA UTAMA ILMU TANAH

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

SKRIPSI OLEH : SAMUEL T Z PURBA AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

SIFAT KIMIA ULTISOLS BANTEN AKIBAT PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS. Oleh: 1) Dewi Firnia

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Berbagai Media Tanam di Pembibitan. Oleh: Susantidiana. Abstract

PENGARUH KECEPATAN DEKOMPOSISI PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH TAHU TERHADAP SERAPAN N DAN S TANAMAN JAGUNG PADA ALFISOL

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.2, April 2017 (33):

POTENSI PEMBENAH TANAH BIOCHAR DALAM PEMULIHAN SIFAT TANAH TERDEGRADASI DAN PENINGKATAN HASIL JAGUNG PADA TYPIC KANHAPLUDULTS LAMPUNG

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.2: , Maret 2015

PENGARUH DOSIS DAN UKURAN BUTIR PUPUK FOSFAT SUPER YANG DIASIDULASI LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP SERAPAN P DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.3, Juli 2017 (81):

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TEBU BUCHIP (Saccharum officinarum L.

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

Pengaruh Teknik Dan Dosis Pemberian Pupuk Organik Dari Sludge Bio- Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Dosis dan Cara Pemberian Pupuk.I Putu Wisardja 130

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN AIR LAUT DAN BEBERAPA BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mayz. L) SKRIPSI.

EVAN SANJAYA SIPAYUNG ILMU TANAH

PENGARUH APLIKASI BIOCHAR KULIT KAKAO TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG PADA ULTISOL LAMPUNG TIMUR

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL KAILAN (brassica alboglabra) PADA BERBAGAI DOSIS KOMPOS SOLID ABSTRAK

EFEKTIFITAS KOMPOS CAMPURAN AMPAS TEH, KOTORAN SAPI DAN KOTORAN KAMBING TERHADAP SERAPAN N PADA TANAMAN BAWANG DAUN PADA INCEPTISOL

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

EKO ANDREAS SIHITE AGROEKOTEKNOLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

SKRIPSI. Oleh : TSABITA BENAZIR MUNAWWARAH SYA BI AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Keywords : N,P,K, farm fertilizer, pellets, corn plants, soil regosol

PEMBERIAN ABU SEKAM PADI DENGAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) PADA TANAH GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P

BAHAN METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI. Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/ ILMU TANAH

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Effect of Urban Waste Compost on Growth and Yield of Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott var Antiquorum) in Dry Land

PENGARUH PENGAPURAN DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merril

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

381 PENGARUH KOMBINASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DAN ABU SEKAM PADI TERHADAP PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH SAWAH SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Andreas Priyo Handoko, Kurniawan Sigit Wicaksono, M. Lutfi Rayes * Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya * penulis korespondensi: lutfi.fp@ub.ac.id Abstract During dry seasons, paddy soils are usually deficit or shortage of water that in turn affecting chemical properties of the soils. The aim of this study was to look for the effects of coconut shell charcoal and rice husk ash on the improvement of soil properties and growth and yield of maize. The study was conducted in Nganjuk and basic soil analysis was carried out at the Faculty of Agriculture, Brawijaya University. The experimental method used two factors. The first factor was the dose of rice husk ash which consisted of four levels i.e. without husk ash (A0), rice husk ash 50 g polybag -1 (A1), rice husk ash 100 g polybag -1 (A2), and rice husk ash 150 g polybag -1 (A3). The second factor was the dose of coconut shell charcoal which consisted of four levels i.e. without coconut shell charcoal (B0), coconut shell charcoal 50 g polybag -1 (B1), coconut shell charcoal 100 g polybag -1 (B2), and coconut shell charcoal 150 g polybag -1 (B3). Based on the results of the analysis showed that the application did not show significant effect of the two parameters, namely chemical properties and plant growth. But at the treatment of 150 g polybag -1 coconut shell and husk ash significantly increased the ph value to 5.7. Keywords: coconut shell, rice husk, rice land Pendahuluan Jagung (Zea mays. L) merupakan komoditi unggulan di Indonesia setelah beras. Pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan bahan pangan juga ikut bertambah. Produksi jagung tahun 2011 sebesar 17,64 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 684,39 ribu ton (3,73 %) dibandingkan 2010, sedangkan produksi jagung tahun 2012 diperkirakan sebesar 18,95 ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1,30 juta ton (7,38%) dibandingkan dengan tahun 2011 (BPS Nganjuk, 2012). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan jagung yang makin meningkat, maka perlu dilakukan usaha untuk memperluas area yang akan ditanami jagung. Tanaman jagung banyak ditanam pada lahan sawah karena lahan sawah merupakan tanah yang diperuntukkan bagi penanaman padi baik secara terus menerus atau bergantian dengan tanaman lain. Seperti yang sudah diketahui, tanah sawah secara umum banyak dijumpai di Indonesia antara lain di Jawa Timur dan khususnya di Kabupaten Nganjuk. Lahan sawah merupakan lahan yang sangat potensial untuk produksi tanaman jagung, mengingat lahan sawah di Kabupaten Nganjuk yang secara keseluruhan mencapai 41.148 ha yang tersebar di 20 Kecamatan (BPS Nganjuk, 2012). Namun lahan sawah di Kabupaten Nganjuk memiliki beberapa kendala yang dapat menghambat produksi tanaman jagung antara lain: 1. Tanah sawah ketika musim kemarau menjadi defisit atau kekurangan air sehingga tanah menjadi keras bila kering dan strukturnya berubah menjadi pejal. Diduga hal ini diakibatkan kandungan liat

382 pada tanah sawah yang cukup tinggi dan tanah yang memiliki sifat tersebut banyak terjadi pada tanah Inseptisol. 2. Tanah sawah yang memiliki sifat fisik yang jelek maka akan mempengaruhi sifat kimia pada tanah tersebut. Pada lahan sawah di Kabupaten Nganjuk mempunyai nilai C- Organik yang rendah sekitar 1,22 % dan ph sebesar 5,75. Untuk mengatasi keadaan tersebut, input teknologi berupa penambahan bahan ameliorasi (abu) dan pemupukan sangat diperlukan guna memperbaiki sifat-sifat tanah sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih optimal (Hakim et al., 1986). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzi (2014) menunjukan bahwa pemberian campuran 60 % abu sekam padi dan 40 % kapur mampu meningkatkan kekuatan tanah dalam artian pada sifat fisik tanah. Selain pemakaian abu untuk memperbaiki sifat fisik tanah dapat menggunakan arang, arang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahan organik (biasanya arang berserbuk halus) berpori yag terbuat dari biomasa, bahkan limbah-limbah pertanian dan perkebunan (batok kelapa, arang kayu, sekam, bongkol jagung, jerami, dll) yang ditambahkan pada tanah (Nurida, 2009). Arang terbukti meningkatkan hasil gabah pada kandungan tanah yang rendah fosfor. Pemberian Arang juga terbukti meningkatkan respon terhadap pemberian pupuk dengan kandungan nitrogen (Septiawan, 2014). Penelitian yang pernah dilakukan dengan metode menggunakan arang sudah pernah dilakukan. Penelitian Fauzi (2014) menunjukan bahwa arang aktif terbukti mampu meningkatkan bahan organik pada tanah yang ditanami oleh tanaman rumput gajah. Oleh karena teknologi yang sudah semakin maju pada saat ini, terutama dalam peningkatan kualitas dan jumlah produksi pangan maka penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui peranan arang dan abu sekam padi untuk memeperbaiki sifat-sifat tanah yang akan berpengaruh dan meningkatkan hasil produksi tanaman jagung pada tanah sawah, sehingga produksi tanaman dan kebutuhan pangan di Indonesia akan semakin meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian Arang tempurung kelapa dan abu sekam padi terhadap perbaikan sifat tanah serta pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea Mays. L). Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai November 2013 di lahan sawah desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Alat yang digunakan selama penelitian antara lain cangkul, sekop, ayakan untuk mengayak Arang dan abu sekam padi, timbangan, polybag 10 kg, ring sampel, penggaris dan meteran untuk mengukur tinggi tanaman. Bahan yang digunakan selama penelitian antara lain tanah sawah, Arang tempurung kelapa, abu sekam, dan benih jagung. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis abu sekam, terdiri dari 4 taraf, yaitu: (1) Tanpa Abu sekam : (A0), sebagai perlakuan control, (2) Abu sekam 50 g/polybag: (A1), (3) Abu sekam 100 g/polybag: (A2), (4) Abu sekam 150 g/polybag: (A3). Faktor kedua adalah dosis arang, terdiri dari 4 taraf, yaitu: (1) Tanpa Arang tempurung kelapa: (B0), sebagai perlakuan control, (2) Arang tempurung kelapa 50 g/polybag : (B1), (3) Arang tempurung kelapa 100 g/polybag : (B2), (4) Arang tempurung kelapa 150 g/polybag: (B3). Kombinasi perlakuan disajikan pada Tabel 1. Pengamatan yang dilakukan pada tanaman adalah dengan cara desttruktif dan non destruktif. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan berat buah jagung. Sedangkan pengamatan pada tanah penelitian terdiri dari sifat fisika yang terdiri dari kemantapan agregat. Untuk kimia terdiri dari ph, KTK, N-Tersedia dan P-Tersedia. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANOVA, dan uji F (P<5%), apabila terdapat perbedaan antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji BNJ.

383 Tabel 1. Perlakuan dalam penelitian Kode Perlakuan Deskripsi P0 Tanah (A0B0) (Kontrol) P1 Tanah + Arang Tempurung Kelapa 50 g polybag -1 (A0B1) P2 Tanah + Arang Tempurung Kelapa 100 g polybag -1 (A0B2) P3 Tanah + Arang Tempurung Kelapa 150 g polybag -1 (A0B3) P4 Tanah + Abu Sekam padi 50 g polybag -1 (A1B0) P5 Tanah + Abu Sekam Padi 50 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 50 g polybag -1 (A1B1) P6 Tanah + Abu Sekam Padi 50 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 100 g polybag -1 (A1B2) P7 Tanah + Abu Sekam Padi 50 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 150 g polybag -1 (A1B3) P8 Tanah + Abu Sekam 100 g polybag -1 (A2B0) P9 Tanah + Abu Sekam Padi 100 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 50 g polybag -1 (A2B1) P10 Tanah + Abu Sekam Padi 100 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 100 g polybag -1 (A2B2) P11 Tanah + Abu Sekam Padi 100 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 150 g polybag -1 (A2B3) P12 Tanah + Abu Sekam Padi 150 g polybag -1 (A3B0) P13 Tanah + Abu Sekam Padi 150 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 50 g polybag -1 (A3B1) P14 Tanah + Abu Sekam Padi 150 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 100 g polybag -1 (A3B2) P15 Tanah + Abu Sekam Padi 150 g polybag -1 + Arang Tempurung Kelapa 150 g polybag -1 (A3B3) Hasil ph tanah Pada penelitian ini hasil yang ditunjukkan pada parameter ph menunjukan hasil yang beragam. Terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 95% dari pemberian kombinasi Abu sekam padi dan Arang kelapa. Untuk pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada dosis 150 g polybag -1 (A3B0), yaitu mempunyai nilai 5,6 dibandingkan kontrol (Tabel 2). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata pada kombinasi dengan kode (A3B3), yaitu sebesar 5,7 jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 2) Tabel 2. Rata-rata ph tanah akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 5,3 ab 5,4 ab 5,3 ab 5,7 b 5,3 ab 5,5 ab 5,3 ab 5,1 ab 5,4 ab 5,4 ab 5,4 ab 5,5 ab 0,50 4,9 a 5,4 ab 5,2 ab 5,6 b (A) (g polybag -1 )

384 Kapasitas tukar kation Pada parameter ini menunjukan hasil yang berbeda dari kontrol. Hasil yang ditunjukan justru mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol. Untuk pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada dosis abu sekam 100 g/polybag dengan kode (A2B0), yaitu mempunyai nilai 56,2 % jika dibandingkan kontrol (Tabel 3). Sedangkan untuk kombinasi pemberian arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi pada kombinasi 100 g/polybag abu sekam padi dan 50 g/polybag arang kelapa dengan kode (A2B1), yaitu sebesar 58,3 % jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 3). Tabel 3. Rata-rata KTK tanah akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi (A) (g polybag -1 ) 56,2 e 57,1 f 51,7 a 50,8 a 53,7 b 54,6 b 51,6 a 55,4 c 55,4 c 54,6 b 58,3 g 56,2 e 56,7 e 52,9 a 55,8 d 52,5 a 6,60 N-tersedia Pada perlakuan dan pemberian Arang kelapa tanpa menggunakan Abu sekam padi menunjukan adanya perbedaan nyata terhadap N-Tersedia pada semua dosis, namun peningkatan yang paling nyata adalah dosis 100 g polybag -1 (A0B2) sebesar 0,43 jika dibandingkan dengan kontrol. Dapat dilihat dari nilai kontrol sebesar 0,13 (Tabel 4). Untuk pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada semua dosis, yaitu pada dosis 50 g polybag -1 (A1B0), 100 g polybag -1 (A2B0) dan 150 g polybag -1 (A3B0), sedangkan nilai yang paling nyata adalah pada kode (A3B0) yang mempunyai nilai sebesar 0,50 jika dibandingkan kontrol (Tabel 4). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi pada kombinasi 150 g polybag -1 Abu sekam padi dan 150 g polybag -1 Arang kelapa dengan kode (A3B3), yaitu sebesar 0,45 jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4) Tabel 4. Rata-rata N-Tersedia tanah akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 0,40 b 0,45 cd 0,43 c 0,33 b 0,33 b 0,08 0,13 a 0,40 b 0,50 d (A) (g polybag -1 )

385 P-tersedia Pada perlakuan dan pemberian Arang kelapa tanpa menggunakan Abu sekam padi menunjukan adanya perbedaan nyata terhadap P-Tersedia pada sebagian besar dosis, namun peningkatan yang paling nyata adalah dosis 100 g polybag -1 abu sekam dan 50 g polybag -1 tempurung kelapa (A2B1) yang memiliki nilai sebesar 0,50 % jika dibandingkan dengan kontrol. Dapat dilihat dari nilai kontrol sebesar 0,20 % (Tabel 5). Selanjutnya pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada semua dosis, yaitu pada dosis 50 g polybag -1 (A1B0), 100 g polybag -1 (A2B0) dan 150 g polybag -1 (A3B0), sedangkan nilai yang paling nyata adalah pada kode (A1B0) yang mempunyai nilai sebesar 0,56 % jika dibandingkan kontrol (Tabel 5). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi pada kombinasi 100 g polybag -1 Abu sekam padi dan 50 g polybag -1 Arang kelapa dengan kode (A2B1), yaitu sebesar 0,50 % jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata P-Tersedia tanah akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 0,26 a 0,40 c 0,40 c 0,43 d 0,33 b 0,46 e 0,50 f 0,43 d 0,05 0,20 a 0,43 d 0,43 d (A) (gpolybag -1 ) Kemantapan agregat Pemberian Arang kelapa tanpa menggunakan Abu sekam padi menunjukan adanya perbedaan nyata terhadap kemantapan agregat tanah hanya pada dosis 100 g polybag -1 (A0B2) yang memiliki nilai rata-rata sebesar 8,3 jika dibandingkan dengan kontrol. Dapat dilihat dari nilai kontrol sebesar 14,0 (Tabel 6). Selanjutnya pada pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada semua dosis, yaitu pada dosis 50 g polybag -1 (A1B0), 100 g/polybag (A2B0) dan 150 g polybag -1 (A3B0), sedangkan nilai yang paling nyata adalah pada kode (A1B0) dan (A3B0) yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 6,3 jika dibandingkan kontrol (Tabel 6). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi pada kombinasi 100 g polybag -1 Abu sekam padi dan 100 g polybag -1 Arang kelapa dengan kode (A2B2), yaitu sebesar 4,6 jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Tinggi tanaman Tinggi tanaman jagung merupakan parameter yang dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu cara yang paling mudah digunakan adalah dengan cara mengukur tanaman dari permukaan tanah hingga ujung tertinggi tanaman. Pengukuran tinggi tanaman sendiri dilakukan selama 10 hari sekali sampai dengan 120 HST. Kemudian diambil rata-rata seluruh hari sehingga didapatkan rata-rata tinggi tanaman sampai hari terakhir. Pada aplikasi pemberian Arang kelapa tanpa menggunakan Abu sekam padi menunjukan tidak adanya perbedaan nyata terhadap tinggi tanaman jika dibandingkan dari nilai kontrol yang memiliki nilai rata-rata sebesar 103 (Tabel 7). Kemudian pada aplikasi pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa juga tidak

386 terdapat perbedaan nyata pada semua dosis perlakuan, jika dibandingkan kontrol (Tabel 7). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi hanya pada kombinasi 150 g polybag -1 Abu sekam padi dan 100 g polybag -1 Arang kelapa dengan kode (A3B2), nilai rata-ratanya yaitu sebesar 135 jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 7). Tabel 6. 11,0 cd 7,3 abc 7,0 abc 8,0 abc Rata-rata agregat tanah (tetes) akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 8,3 abc 14,3 d 11,0 cd 8,0 abc 4,6 a 7,3 abc 9,0 bc 8,6 bc 2,82 14,0 d 6,3 ab 9,0 bc 6,3 ab (A) (g polybag -1 ) Tabel 7. 132,6 ab 107,3 ab 113,6 ab 127,0 ab Rata-rata tinggi tanaman akibat interaksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 129,6 ab 127,3 ab 120,0 ab 130,3 ab 104,0 a 123,0 ab 135,0 b 123,3 ab 21, 09 103,0 a 116,3 ab 110,6 ab 119,0 ab (A) (g polybag -1 ) Jumlah Daun Salah satu pengamatan secara langsung lainnya adalah pada jumlah daun. Pada aplikasi pemberian Arang kelapa tanpa menggunakan Abu sekam padi menunjukan adanya perbedaan nyata terhadap jumlah daun pada perlakuan dengan dosis 100 g polybag -1, yang memiliki nilai rata-rata sebesar 13. jika dibandingkan dari nilai kontrol yang memiliki nilai rata-rata sebesar 9,3 (Tabel 8). Selanjutnya pada aplikasi pemberian Abu sekam padi dan tanpa pemberian Arang kelapa terdapat perbedaan nyata pada dosis perlakuan 100 g polybag -1 yang memiliki nilai rata-rata sebesar 13,0, jika dibandingkan kontrol (Tabel 8). Sedangkan untuk kombinasi pemberian Arang kelapa dan abu sekam padi terlihat adanya perbedaan yang nyata yang paling tinggi hanya pada kombinasi 100 g polybag -1 Abu sekam padi dan 150 g polybag -1 Arang kelapa dengan kode (A2B3), nilai rata-ratanya yaitu sebesar 13 jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8).

387 Tabel 8. Rata-rata jumlah daun akibat interksi antara Arang tempurung kelapa dan Abu Sekam padi 11,6 ab 11,0 ab 9,3 a 11,3 ab 13,0 b 12,0 b 9,0 a 11,3 ab 10,3 ab 11,0 ab 13,0 b 11,0 ab 2,36 9,3 a 10,3 ab 10,3 ab 10,3 ab (A) (g polybag -1 ) Pembahasan Pengaruh arang dan abu sekam terhadap sifat fisik dan kimia tanah Pemberian Arang tempurung kelapa dan Abu sekam padi dipilih karena kemampuannya dalam meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, khususnya adalah pada ph. Penambahan Arang ke dalam tanah meningkatkan ketersediaan kation utama dan phospor, total N dan kapasitas tukar kation tanah yang pada akhirnya meningkatkan hasil (Gani, 2010). Penggunaan kombinasi Arang tempurung kelapa dan abu sekam padi didalam penelitian ini mampu meningkatkan agregat tanah pada kombinasi 100 g polybag -1 Arang tempurung kelapa dan 100 g polybag -1 (A2B2). Dalam hasilnya pemberian bahan organik mampu melunakkan agregat tanah yang sangat keras menjadi tanah yang mampu mengikat air lebih lama, sehingga tanah akan menjadi stabil dalam kaitannya dengan erosi. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah bertambah akibat terbentuknya agregat, (Septiawan, 2014). Bahan organik juga berpengaruh menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat (Hakim et al., 1986). Menurut penelitian Fauzi (2014), menyatakan bahwa agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi dan daya menahan air. Dari peningkatan unsur kimia seperti KTK pada tanah akan menyebabkan semakin mudahnya tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah. Sehingga peran dari bahan organik ini adalah memberikan kontribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Stevenson (1982) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sekitar 20-70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus, sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah. Peningkatan N-Tersedia didalam tanah akan ikut meningkat karena adanya proses dekomposisi bahan organik melalui pemupukan yang mengandung unsur N, P, dan K yang berada dalam bentuk tersedia (Tejaswarna dan Fagi, 1990). Pada hasil analisis seluruh perlakuan, didapatkan hasil pada Tabel 19 dengan nilai yang positif. Artinya hubungan antara P dan pertumbuhan tanaman adalah berbanding lurus. Apabila P dalam tanah tinggi maka pertumbuhan tanaman akan ikut tinggi. Namun model ini tidak dapat diterapkan karena kedekatannya hanya sebesar 6,3%, 9,2%, dan 3,3%. Menurut Hakim et al. (1986), P berperan untuk pembentukan sel, sehingga apabila P yang diserap oleh tanaman kurang maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pengaruh sifat fisik tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Hasil uji regresi linier tersebut mengungkapkan bahwa kemantapan agregat hanya mempengeruhi tinggi tanaman sebesar 2,5%. Walaupun begitu kemantapan agregat berpengaruh positif terhadap tinggi tanaman, sehingga semakin tinggi tingkat kemantapan agregat semakin tinggi pula pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini didukung dengan pernyataan Nurida (2009) yang menyatakan susunan agregat tanah atau fragmen tanah memiliki

388 pengaruh utama terhadap aerasi, ketersediaan air dan kekuatan tanah, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tajuk, dan mungkin pada akhirnya terhadap produksi tanaman.hasil Uji regresi linier menghasilkan nilai sebesar R 2 =0,217%, yang berarti kemantapan agregat mempengaruhi berat batang buah sebesar 21%. Namun dalam berati biji jagungnya kemantapan agregat hanya berpengaruh sebesar 4,7 %. Hal yang sama juga diungkapkan Wahjunie (2003), bahwa penambahan bahan organik kedalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah seperti soil hardening pada tingkat sedang, meningkatkan stabilitas agregat tanah sehingga mengurangi surface sealing dan meningkatkan laju infiltrasi. mays. L.) di Jatikerto. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang Stevenson, F.T. 1982 Humus Chemistry. John Wiley and Sons, New York. Tejaswarna, R. dan Fagi, A.M. 1990. Pengaruh Beberapa MetodePemupukan Urea Terhadap Hasil Padi Sawah Kultivar Dodokan Terhadap Upaya Penghematan Pupuk. Kombinasi Hasil Penelitian 1988/1989. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Vol 2. Padi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan) Bogor. Wahjunie, E.D. 2003. Surface Sealing-Crusting, Pembentukan dan Pengendaliannya. Http://tumoutou.net/702_07134/07134.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2014. Kesimpulan Pemberian Arang tempurung kelapa dan abu sekam padi dan kombinasinya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan Ph, kemantapan agregat, KTK, N, dan P. Pemberian Arang tempurung kelapa dan abu sekam padi dan kombinasinya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman seperti tinggi, jumlah daun, berat batang, dan berat biji jagung. Daftar Pustaka BPS Nganjuk. 2012. Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2012. Fauzi, A.R. 2014. Pengaruh Pemberian Arang Terhadap Beberapa Sifat dan Kimia Alfisol Serta Hasil Tanaman Kacang Tanah di Jatikerto, Kabupaten Malang. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Gani, A. 2010. Multiguna Arang Hayati Arang. Sinar Tani Edisi 13-19. Oktober 2010 Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R., Diha, M.A., Hong, G.B. dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Nurida, N.L. 2009. Efisikasi Formula Pembenah Tanah Arang dalam berbagai bentuk (serbuk granuler, dan pelet) Dalam Meningkatkan Kualitas Lahan Kering Masam Terdegradasi. Bogor:Balai Penelitian Tanah. Septiawan, I.G. 2014. Kombinasi Arang Sekam Padi dan Pupuk Kompos Sebagai Bahan Pembenah Tanah Pada Budidaya Tanaman Jagung (Zea