BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS BAHAN APRON SINTETIS DENGAN FILLER TIMBAL (II) OKSIDA SESUAI SNI UNTUK PPOTEKSI RADIASI SINAR-X

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

PRIMA Volume 8, Nomor 1, Juni 2011 ISSN : DESAIN PINTU RUANG PESAWAT SINAR-X DARI BAHAN KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA

BAB I PENDAHAULUAN. mulai dari bidang energi, industri, hidrologi, kesehatan dan lain

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

PEREKAYASAAN PERISAI RADIASI TIROID MENGGUNAKAN KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA DENGAN TEKNOLOGI ULTRA SONIK DAN SUHU SUPER KRITIS

PENENTUAN DAYA SERAP APRON DARI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA TERHADAP RADIASI SINAR- X

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Dasar Proteksi Radiasi

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

Bab 2. Nilai Batas Dosis

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

BAB V KETENTUAN KESELAMATAN RADIASI

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang : Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1975 TENTANG KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

KARAKTERISASI KACA TIMBAL UNTUK PELINDUNG PENANGKAP CITRA SINAR-X

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penggunaan teknologi nuklir disadari benar bahwa selain dapat diperoleh manfaat bagi kesejahteraan manusia juga ditemui posisi bahaya bagi keselamatan manusia. Oleh karena itu pedoman baku keselamatan yang berisi persyaratan dasar untuk melindungi manusia dan lingkungan terhadap bahaya radiasi nuklir harus ditaati. Salah satu aplikasi radiasi nuklir untuk tujuan damai adalah penggunaannya di bidang kedokteran, khususnya pada unit onkologi radiasi atau radiologi [1]. Pengaruh radiasi terhadap manusia perlu diperhatikan dengan seksama, karena susunan tubuh manusia sangat kompleks. Selain daripada itu, sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air yang sangat mudah bereaksi bila terkena radiasi. Ketentuan nilai batas radiasi maksimum yang diizinkan berdasarkan pada penetapan organisasi internasional yang menangani proteksi radiasi atau lebih dikenal dengan ICRP, singkatan dari International Commission on Radiological Protection. Pada mulanya, perhatian utama ICRP adalah proteksi terhadap bahaya radiasi sinar-x yang pada saat itu tengah berkembang pesat. Namun, pada perkembangan lebih lanjut, perhatian ICRP juga meliputi proteksi terhadap bahaya radiasi lainnya. Untuk mengurangi kemutngkinan terkena radiasi dengan dosis berlebihan, perlu diingat pedoman kerja yang disebut dengan As Low As Reasonable Achievable (ALARA), yaitu bekerja dengan radiasi yang serendah-rendahnya yang masih dimungkinkan untuk dilaksanakan. Keselamatan kerja bagi pekerja radiasi maupun orang lain yang berada di sekitar peralatan kerja merupakan suatu hal yang harus diperhatikan. Misalnya pada pengoperasian sinar-x, LINAC, pesawat 60 Co dan brachytherapy di rumah sakit, perlindungan bagi pekerja maupun pasien harus diutamakan yaitu dengan cara membatasi paparan radiasi yang diterima [2]. 1

2 Rekayasa pembuatan bahan perisai radiasi harus mempunyai dua sifat sebagai karakteristik pokok. Diantaranya, pertama mampu menyerap radiasi yang berasal dari pesawat radiasi, kedua mempunyai daya serap tinggi terhadap sinar-x atau radiasi lain yang setara, karena bahan perisai radiasi yang akan dibuat diperuntukan atau dipergunakan oleh para pekerja yang berada di medan radiasi, maka persyaratan lain yang harus dipenuhi adalah mempunyai kelenturan bahan yang cukup baik sehingga memudahkan mobilisasi bagi para penggunanya [3]. Alat pelindung diri merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi. Apron adalah salah satu peralatan yang digunakan sebagai bahan pelindung terhadap radiasi. Apron yang telah ada terbuat dari komposit karet alam dan timbal oksida (Pb3O4), namun masih terdapat kekurangan dari sisi kenyamanan penggunaan [4]. Selain itu, para petugas medis juga menggunakan apron proteksi radiasi untuk melindungi Organ At Risk (OAR), yakni organ beresiko tinggi dan paling rentan terhadap radiasi berdasarkan bidang ilmu kedokteran onkologi radiasi. Bahan perisai radiasi digunakan untuk pekerja agar dapat menahan paparan radiasi sehingga tetap aman biarpun berada dilingkungan radiasi. Bahan perisai radiasi nuklir masih diimpor sehingga harganya menjadi mahal, disamping itu melipatgandakan biaya penyediaan dengan jumlah pemakaian yang cukup banyak. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka akan dilakukan penelitian apron proteksi radiasi berbahan kulit sintetis dengan variasi filler Pb3O4 dan DOP. Disamping itu, penelitian ini mengacu pada parameter nilai batas dosis radiasi yang ditetapkan oleh ICRP. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menentukan komposisi bahan kulit sintetis terbaik, yang nyaman digunakan dan efisien dalam menyerap radiasi, sesuai dengan standar keselamatan yang berlaku. I.2 Perumusan Masalah Pada dasarnya, apron untuk melindungi Organ At Risk dari radiasi wajib digunakan para petugas medis, atau petugas non medis yang berada di lingkungan radiasi. Sebagai contoh pada fluoroskopi, ketika dokter melakukan operasi dengan

3 menggunakan sumber radiasi untuk memvisualisasi posisi kanker, maka penggunaan apron bersifat mutlak. Namun, yang selama ini dikeluhkan pekerja medis adalah beratnya apron tersebut, sehingga membuat tidak nyaman dalam pemakaiannya. Disamping itu, pada metode perawatannya tergolong cukup sulit, karena pelat Pb hanya dimasukan ke dalam lapisan bahan apron. Sehingga apron cenderung cepat rusak jika disimpan (digantung). Pada penelitian Akhmad Aji dkk (2014), telah ditemukan bahwa sintetis kulit dengan filler PbO dan PbCl dapat mengatasi masalah kenyamanan penggunaan. Namun masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan menggunakan senyawa Pb lainnya untuk menemukan komposisi terbaik dalam pembuatan bahan apron. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian lanjutan mengenai optimasi komposisi bahan kulit sintetis dengan filler Pb3O4 dengan 2 variabel bebas dalam satuan part per hundred resin (pphr), yakni variasi kadar Pb3O4 (80, 100, 120, 140 pphr) dan kadar DOP (55, 60, 65, 70 pphr). Sampel yang telah dibuat diuji sifat mekanik bahan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan kemampuan menyerap radiasi sinar gamma. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode pembuatan kulit sintetis yang tepat, formulasi komposisi bahan terbaik untuk material apron, serta menganalisis pengaruh kadar filler Pb3O4 dan DOP terhadap daya serap radiasi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kemampuan mekanik dari bahan kulit sintetis yang dihasilkan berdasarkan salah satu parameter uji Standar Nasional Indonesia (SNI) 1294-2009. I.4 Manfaat Penelitian 1. Menciptakan bahan apron untuk proteksi radiasi dengan tingkat kenyamanan yang baik tanpa mengesampingkan aspek keselamatan, sesuai dengan peraturan BAPETEN.

4 2. Memberikan formulasi mengenai komposisi terbaik dengan filler Pb3O4 dan kadar DOP tertentu pada pembuatan kulit sintetis apron proteksi radiasi. 3. Aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir yang telah didapatkan selama menempuh studi di Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, khususnya pada konsentrasi fisika medis. 4. Dapat diajukan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan inovasi baru untuk mendapatkan komposisi terbaik apron kulit sintetis dengan filler senyawa timbal (Pb). I.5 Jenis dan Batasan Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong dalam penelitian developmental, yakni pengembangan yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi filler Pb3O4 dan DOP dengan daya serap radiasi bahan apron. Data-data dikumpulkan dengan metode eksperimental, yaitu kegiatan mengontrol, memanipulasi dan observasi sampel yang telah dibuat. Batasan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Sumber radiasi gamma berasal dari unsur 137 Cs yang berada di laboratorium deteksi dan pengukuran radiasi Jurusann Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 2. Penentuan ketebalan lapisan kulit sintetis mengacu pada Peraturan Kepala (perka) BAPETEN No.8 Tahun 2011, yakni nilai koefisien atenuasi sampel yang setara dengan plat timbal murni setebal 0,5 mm. 3. Pengujian sifat mekanik bahan mengacu pada SNI 1294-2009 tentang uji kuat tarik, kemuluran dan ketahanan sobek.

5 I.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai rekayasa bahan perisai dan pengujian apron sebagai proteksi radiasi telah beberapa dilakukan, antara lain : 1. Optimasi Desain Kulit Sintetis dengan Filler Timbal sebagai Bahan Apron Proteksi Radiasi bagi Pekerja di Unit Radiologi [10]. 2. Pembuatan Kulit Sintetis Dengan Filler Timbal (II) Klorida (PbCl2) sebagai Material Apron Proteksi Radiasi di Unit Radiologi [23]. 3. Perhitungan Ketebalan Bahan Komposit Karet Alam Timbal Oksida untuk Proteksi Radiasi Sinar-X - 100 kev [3]. 4. Penentuan Daya Serap Apron dari Komposit Karet Alam Timbal Oksida terhadap Radiasi Sinar-X [16]. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya, adalah sintetis kulit pada filler senyawa timbal yang digunakan saat ini, adalah Pb3O4 serta variasi bahan lain yakni dioctyl phtalate (DOP) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sampel. Berdasarkan berbagai sumber literatur, skripsi, tesis, jurnal, dan hasil laporan penelitian yang telah dibaca, penelitian tentang Pengaruh Komposisi Filler Pb3O4 dan Dioctyl Phthalate (DOP) terhadap Daya Serap Radiasi Kulit Sintetis sebagai Bahan Proteksi pada Apron sejauh ini belum pernah dilakukan.