BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana setiap tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. perusahaan untuk berbagai macam tujuan Otley (1980) dalam Suryanawa (2008).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen (SIAM) aktivitas yang dilakukan (Hansiadi, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. nyawa untuk menggerakkan roda perekonomian negara (Kasmir, 2014). adanya perbankan telah dirasakan di Kabupaten Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

BAB I PENDAHULUAN. perubahan luar biasa dalam persaingan produksi, pemasaran, dan pengelolaan sumber

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu orang di dalam organisasi yang bertanggung jawab untuk membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. walaupun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bill out sebesar 6,7 triliun

BAB II KIBLAT TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah suatu mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya perkambangan zaman, dalam waktu yang relatif singkat informasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkewajiban mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kemampuan yang ada dengan semaksimal mungkin agar unggul

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan komponen penting dalam sebuah organisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian melihat ke belakang, yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. INTRACO ADHITAMA SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Akuntansi manajemen menyediakan data-data penting yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fleksibel dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

S K R I P S I. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Bab II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Panin Sekuritas merupakan salah satu Perusahaan Efek terkemuka yang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja telah menjadi kata kunci yang banyak dibicarakan diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif dan para manajer juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha yang berkembang akhir-akhir ini. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, termasuk diantaranya Pemerintah Kota. Anggaran tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

KUESIONER. Ketidakpastian Lingkungan, Desentralisasi, dan Kinerja Manajerial (Studi

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BABI PENDAHULUAN. Sebuah organisasi tidak akan berjalan mulus tanpa adanya. manajemen, yang merupakan satu kelompok utuh dari pengelola organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak

PENGARUH SISTEM AKUNTANSI MANAJEMEN, DESENTRALISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

Materi kuliah ASP dapat di unduh (download) di : Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

DESENTRALISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk

PENGARUH KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu. terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda hampir di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan atau lebih (Mikesell, 2007) dalam Widhianto (2010). Kenis (1979) koordinasi, komunikasi, evaluasi kerja, serta motivasi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dibutuhkan proses yang baik dari pengendalian manajemen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan Perkembangan informasi dewasa ini terjadi dengan cepat dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut berpengaruh pada kegiatan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan mutu pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009) Sistem Informasi Akuntansi Manajemen merupakan alat yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi sering juga disebut teori situasional. Teori ini menjelaskan adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan variabel lainnya. Teori kontijensi dapat digunakan untuk menganalisis desain dan sistem akuntansi manajemen untuk memberikan informasi yangdapat digunakan perusahaan untuk berbagai macam tujuan (Otley, 1978). Teori kontijensi diadopsi untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Para peneliti telah mengemukakan bahwa keefektifan penggangaran partisipatif tergantung pada faktor-faktor kontekstual organisasional dan sifat psikologi karyawan (Chenhall, 1989 dalam Nazaruddin, 1998). Penggunaan teori kontijensi dalam pengembangan sistem akuntansi manajemen akan tergantung pada lingkungan, organisasi dan gaya pembuat keputusan (Gordon dan Miller, 1976). 2.1.2 Anggaran Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu ysng dinyatakan dalam ukuran finansial (Mardiasmo, 2009:61). Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter (Mardiasmo, 2009:62). Anggaran sektor publik merupakan 11

gambaran kondisi keuangan suatu organisasi yang meliputi pendapatan, belanja dan aktivitas. Selain itu anggaran memberikan informasi mengenai apa yang dilakukan organisasi dalam beberapa periode di masa mendatang. Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil pemerintah melalui anggaran yang mereka buat. Selain itu anggaran sektor publik menentukan penerimaan dan pengeluaran departemendepartemen pemerintah. Fungsi anggaran sektor publik yaitu sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, dan alat menciptakan ruangan publik. Anggaran sektorpublik terbagi menjadi dua, yaitu anggaran operasional dan anggaran modal. Anggaran operasional merupakan anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Sedangkan anggaran modal merupakan anggaran yang menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap (Mardiasmo, 2013:67). 2.1.3 Penganggaran Partisipatif Brownell dalam Coryanata (2004:619) penggangaran partisipatif adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang dalam proses penyusunan anggaran. Kenis (1979) menyatakan penggangaran partisipatif mengacu pada sejauh mana manajer berpartisipasi dalam menyiapkan anggaran dan memengaruhi tujuan anggaran pusat-pusat pertanggungjawaban mereka. Penganggaran partisipatif mendorong peningkatan komunikasi antar bawahan dan atasan dalam suatu 12

organisasi. Dengan keikutsertaan bawahan dalam proses penganggaran dalam organisasi sektor pubik diharapkan para aparat pemerintah daerah mampu memberikan informasi bagi masyarakat mengenai anggaran yang disusun pemerintah. Mardiasmo (2013) proses penyusunan anggaran di sektor publik meliputi empat tahap yang terdiri atas: a. Tahap persiapan anggaran Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Sebelum menyerujui taksiran pengeluaran, hendaknya perlu dilakukan penaksiran pendapatan terlebih dahulu. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuat keputusan tentang anggaran pengeluaran. b. Tahap ratifikasi Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill, namun juga harus mempunyai political skill, dan coalition building yang memadai. Dalam hal ini integritas dan kesiapan mental (coalition building) sangat penting, karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pernyataan dan bantahan dari pihak legislatif. 13

c. Tahap pelaksanaan anggaran Setelah anggaran disetujui oleh pihak legistatif, maka tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan anggaran. Dalam tahap ini, manajer keuangan publik harus bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati. d. Tahap pelaporan dan evaluasi anggaran Pada tahap ini tekait dengan aspek akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan aspek pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan. Sord dan Welsch (1995) dalam Bambang (2007) mengemukakan bahwa tingkat partisipasi yang lebih tinggi akan menghasilkan moral yang lebih baik dan inisiatif yang lebih tinggi pula. Partisipasi telah ditunjukkan berpengaruh secara positif terhadap sikap pegawai, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, dan meningkatkan kerja sama diantara manajer. Penyusunan anggaran pada pemerintahan di lakukan oleh Kepala SKPD, Sekretaris SKPD, dan Kepala Bagian sesuai dengan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2008. 2.1.4 Kinerja Aparat Pemerintah Daerah (Manajerial) Kinerja aparat dilihat berdasarkan kemampuan aparat dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, pengaturan staf, negosiasi dan representasi (Mahoney dalam Leach- Lopez et al.2007). Santoso (2009) dalam Wulandari (2011) ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kinerja pemerintah daerah rendah diantaranya karena 14

sistem pengelolaan keuangan daerah yang masih lemah dimulai dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, pelaksanaan/penatausahaan APBD, pertanggungjawaban yang berupa pelaporan hasil pelaksanaan APBD dan pengawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Sutermeister (1999) terdiri dari motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap, kepribadian, kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan egoistik. Sedangkan menurut Mahsun (2006) dalam Wulandari (2011) ada beberapa elemen pokok dalam kinerja yaitu: a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi. b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja. c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi. d. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dengan mengevaluasi kinerja aparat pemerintah daerah maka akan diketahui seberapa besar tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah. 2.1.5 Sistem Akuntansi Manajemen Menurut Nazaruddin (1998) Sistem Akuntansi Manajemen (SAM) adalah suatu mekanisme kontrol organisasi serta merupakan alat yang efektif di dalam menyediakan informasi yang bermanfaat guna memprediksi konsekuensi yang mungkin terjadi dari berbagai aktivitas yang bisa dilakukan. Menurut Hansen dan 15

Mowen (2009), SAM adalah sistem informasi yang menghasilkan output dengan menggunakan input dan memprosesnya untuk mencapai tujuan manajemen. SAM merupakan suatu mekanisme pengendalian organisasi dan alat yang efektif untuk menyediakan informasi serta bermanfaat dalam memprediksi konsekuensi yang mungkin muncul dari berbagai pilihan aktivitas dan tindakan yang memungkinkan untuk dilakukan (Chia, 1995 dalam Nazaruddin, 1998). SAM mempunyai tiga tujuan utama, yaitu (Hansen dan Mowen, 2009 ) : a. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam penghitungan biaya jasa produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen. b. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian dan pengevaluasian. c. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan. 2.1.6 Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Penelitian Chenhall dan Morris (1986) menemukan bukti empiris bukti empiris mengenai karakteristik informasi yang bermanfaat dalam memahami informasi dari perpektif penggunan yaitu terdiri dari informasi broad scope, timeliness, agregration, dan integration. a. Broad Scope Informasi SAM yang bersifat broadscope (bercakupan luas) mewakili dimensi fokus, time horizon, dan kuantitas(gordon dan Narayana, 1984 dalam Nazarrudin,1998). Informasi broad scope memberikan informasi tentang faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan, informasi broad 16

scope juga mencakup tentang info non ekonomi, estimasi kejadian yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, serta aspek-aspek lingkungan (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi broad scope juga dapat membantu para manajer membandingkan biaya dari berbagai alternatif keputusan, mengarahkan pengembangan strategi, mengevaluasi strategi yang ada, fokus pada usaha yang mengarah pada perbaikan kinerja dan mengevaluasi kontribusi, dan kinerja unit organisasi serta anggota yang berpartisipasi dalam proses penganggran (Sprinkle, 2003). b. Timeliness Informasi yang tepat waktu (timeliness) menggambarkan ketersediaan informasi pada saat yang dibutuhkan dan menggambarkan frekuensi pelaporan informasi.informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut mencerminkan kondisi terkini dan sesuai dengankebutuhan manajer (Bordnar, 1995 dalam Achmad, 2009). Informasi yang tepat waktu akan mengurangi resiko ketidakpastian karena mampu membuat manajer menyesuaikan aktivitasnya dalam merespon perubahan yang diinginkan oleh setiap bagian organisasi. Sistem akuntansi manajemen dengan informasi yan tepat waktu akan mampu melaporkan kejadian-kejadian dan menyediakan informasi secepat mungkin sebagai umpan balik membuat keputusan (Chenhall dan Morris,1986). c. Agregration Dimensi agregation menyediakan ringkasan informasi pada area fungsional (seperti ringkasan laporan kegiatan unit usaha lain, atau fungsi lain dari 17

organisasi), selama periode tertentu (misalnya bulan, tahun) atau melalui model keputusan (Chenhall dan Morris, 1986). Informasi yang teragregasi akan berfungsi sebagai masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk mengevaluasinya, sehingga meningkatkan efisiensi kerja manajemen (Chia, 1995 dalam Itje Nazarudin, 1998). d. Integration Karakteristik informasi integrasi mencerminkan kompleksitas dan saling keterkaitan antara bagian satu dengan bagian lain (Nazarudin, 1998). Informasi integrasi mencakup aspek seperti ketentuan target atau aktivitas yang dihitung dari proses interaksi antar sub unit dalam organisasi. Informasi terintegrasi bermanfaat bagi manajer ketika mereka dihadapkan untuk melakukan decision making yang mungkin akan berpengaruh pada sub unit lainnya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh penggangaran partisipatif telah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi terdapat ketidakkonsistenan hasil yang diperoleh dari penelitian dilakukan. Beberapa peneliti menemukan adanya hubungan positif antara penggaran partisipatif dan kinerja manajerial (Charlos and Poon, 2000; Lopez et al, 2008; Eker,2009). Menurut penelitian Hanny (2013), yang dilakukan pada sektor perbankan di Bandung dan Cimahi ditemukan bahwa partisipasi anggaran memiliki efek positif terhadap kinerja manajerial. Keterkaitan kedua variabel tersebut didukung pula oleh penelitian (Lina dan Stella, 2013) dan (Minai 18

and Mun, 2013). Sebaliknya penelitian lain melaporkan penganggaran partisipatif tidak memiliki pengaruh (Cherrington & Cheriingthon, 1973, Locke and Scheweinger,1979; Brownell dan Hirst, 1986). Pada penelitian Kenis (1979) kedua variabel tidak memiliki hubungan. Govindarajan dalam Supriyono (2004) menyatakan bahwa untuk mengatasi ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian tersebut diperlukan pendekatan kontijensi. Pendekatan ini memberikan suatu gagasan bahwa sifat hubungan yang ada antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial mungkin berbeda pada setiap kondisi. Salah satu variabel kondisional tersebut adalah variabel moderasi. Hasil penelitian Tsui (2001) menyatakan bahwa interaksi antara penggangaran partisipatif dan sistem akuntansi manajemen negatif bagi manajer berkebangsaaan China dan positif bagi manajer barat. Penelitian Eker (2009) menyatakan bahwa interaksi antara penggangaran partisipatif dan sistem akuntansi manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dimana karyawan yang lebih banyak menggunakan sistem akuntansi manajemen memiliki kinerja yang lebih tinggi. Penelitian Mirna (2014) mengungkapkan bahwa dimensi sistem akuntasi manajemen yang terdiri atas board scope, timeliness, agregration dan integration digunakan sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa hanya dua variabel dari dimensi sistem akuntansi manajemen (broad scope dan integration) berinteraksi dengan penganggaran partisipatif yang mempengaruhi kinerja manajerial. 19

2.3 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Hubungan Penganggaran Partisipatif dan Kinerja Manajerial Partisipasi dalam penyusunan anggaran melibatkan seluruh tingkatan manajerial. Dengan adanya penganggaran partisipatif maka diharapkan berbagai tingkatan manajemen dapat memberikan kontribusinya. Selain itu partisipasi penyusunan anggaran dapat memunculkan komitmen dan kinerja efektif dalam organisasi sehingga memiliki tanggung jawab yang akan meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. H1 : Penganggaran partisipatif berpengaruh pada kinerja manajerial 2.3.2 Hubungan Sistem Akuntansi Manajemen dan Kinerja Manajerial Hubungan dalam sistem akuntansi manajemen dengan kinerja manajerial dapat dijelaskan melalui teori technical rational. Teori technical rational, informasi yang disediakan oleh sistemakuntansi manajemen, terutama pada organisasi pemerintahan, dapat membantu alokasi sumber daya secara efektif dan efisien (Houge,2003). Organisasi mendesain sistem akuntansi manajemen untuk membantu organisasi melalui para manajer dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengambilan keputusan. Pada penelitian Mirna (2014), dari keempat karakteristik sistem akuntansi manajemen hanya dua karakteristik yang mampu memoderasi hubungan antara penganggaran partisipatif dan kinerja manajerial. Kedua dimensi tersebut merupakan broad scope dan intergration. H2 : Broad scope memoderasi pada hubungan antara penganggaran partisipatif dan kinerja manajerial 20

H3 : Timeliness memoderasi pada hubungan antara penganggaran partisipatif dan kinerja manajerial H4 : Agregration memoderasi pada hubungan antara penganggaran partisipatif dan kinerja manajerial H5 : Integration memoderasi pada hubungan antara penganggaran partisipatif dan kinerja manajerial 21