115 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis jamur Basidiomycetes yang ditemukan pada dataran tinggi adalah berjumlah 20 jenis, yaitu Fomes sp 1, Fomes sp 2, Coltricia sp 1, Hypholoma marginatum, Coltricia sp 2, Stereum sp, Lenzites sp, Lenzitas betulina, Fomes sp 3, Coltricia sp 3, Ganoderma sp 1, Coltricia sp 4, Clitoybe sp, Lactarius sp, Ganoderma sp 2, Boletus sp, Coltricia sp 5, Fomes Fomentarius, Fomes sp 4, Fomes sp 5. Sedangkan jenis jamur Basidiomycetes yang ditemukan pada dataran rendah adalah berjumlah 14 jenis, yaitu Coltricia cinnamomea, Stereum gausapatum,coltricia sp 1, Ganoderma sp 1, Fomes sp 1, Ganoderma sp 2, Clitoybe dealbata, Pynoporus cinnabarinus, Lenzitas betulina, Auricularia polytricha, Ganoderma sp 3, Ganoderma boniense, Panus rudis, Fomes sp 2. 2. Nilai penting tertinggi jenis jamur Basidiomycetes pada wilayah hutan dataran tinggi adalah jenis Stereum sp dengan nilai 26,725% individu per m 2, sedangkan nilai penting terendah adalah jenis Fomes sp 2, Coltricia sp 4, Boletus sp, Fomes fomentarius dan Fomes sp 4 dengan nilai 3,763% individu per m 2. Nilai penting tertinggi jenis jamur Basidiomycetes pada 115
116 wilayah hutan dataran rendah adalah jenis Lenzitas betulina dengan nilai 33,971% individu per m 2, sedangkan nilai penting terendah adalah jenis Ganoderma sp 2, Clitoybe dealbata, Ganoderma sp 3, dan Panus rudis dengan nilai 8,658% individu per m 2. 3. Karakteristik populasi jamur Basidiomycetes yang terdapat di wilayah hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan yang diwakili dalam Indeks Nilai Penting (INP) adalah sebesar 198,2 untuk di wilayah dataran tinggi dan untuk wilayah dataran rendah sebesar 202,70. Adapun pola distribusi jamur Basidiomycetes yang ditemukan adalah mengelompok. 4. Terdapat perbedaan karakteristik populasi yang signifikan antara jamur Basidiomycetes yang terdapat di dataran tinggi dengan dataran rendah wilayah hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan. Adapun pola distribusi jamur Basidiomycetes yang terdapat di dataran tinggi dengan dataran rendah wilayah hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan adalah sama-sama mengelompok. B. Saran 1. Kawasan dataran tinggi dan dataran rendah yang dijadikan lokasi penelitian hendaknya didukung dengan data yang di dperoleh dari pengukuran dengan menggunakan GPS (Geography Position Satiton).
117 2. Penelitian ini merupakan penelitian dasar dalam upaya pengenalan dan identifikasi jenis-jenis jamur kelas Basidiomycetes serta karakteristik populasi dan pola distribusinya di hutan wisata Desa Sanggu Kecamatan Dususn Selatan Kabupaten Barito Selatan, dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan terutama referensi untuk melakukan identifikasi. Apabila penelitian selanjutnya mengambil bahasan mengenai jamur, maka hendaknya waktu dan tempat penelitian dibedakan agar jamur yang ditemukan lebih banyak khususnya jamur kelas Basidiomycetes.
118 DAFTAR PUSTAKA Asnah, Inventarisasi Jamur Makroskopis di Ekowisata Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Tesis, Medan: Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi Magister Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2010 Arif,Astuti, Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan Latihan Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Jurnal Perenial As-Suyuthi, Jalaludin dan Jalaludin Mahali, Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009 Cambell, Neil A., dkk, Biologi Edisi Kelima Jilid III, Jakarta: Erlangga, 2004 Departemen Agama RI, Mushaf Al- Qur an Terjamah (Darus Sunnah) File:profilkalimantantengah///F:index.php.htm (online 26 Januari 2014) Heddy, Suwasono, Pengantar Ekologi, Jakarta: Rajawali, 1986 Ibrahim, Keanekaragaman Gastropoda Pada Daerah Pasang Surut Kawasan Hutan Mangrove Kota Tarakan dan Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dengan Manifestasi Perilaku Terhadap Pelestariannya. Tesis, Malang: Universitas Negeri Malang Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Biologi. 2009 Indrawan, Mochamad, dkk, Biologi Konservasi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obat Indonesia, 2007 Indriyanto, Ekologi Hutan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006 Irwan Djamal Zoer aini, Prinsip-prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2010 Melisa, Inventarisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes di Kawasan Hutan Air Terjun Sampulan Kelurahan Muara Tuhup Kabupaten Murung Raya, Skripsi, Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Program Studi Tadris Biologi 2012 Ningsih, Harti, Struktur Komunitas Pohon Pada Tipe Lahan yang Dominan di Desa Lubuk Beringin Kabupaten Bungo Jambi, Skripsi, Bandung:
119 Institut Teknologi Bandung Program Studi Biologi dan Teknologi Hayati, 2009 Norkim, Rinco, H. Lestari Hutanku Berpikir Global, Bertindak Lokal, Palangka Raya: CV. Daya Kreatif, 2011 Pelczar, Michael J., dan E. C. S. Chan, Dasar-dasar Mikrobiologi alih bahasa Ratna Sari Hadioetomo, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986 Roehjatun S., Ika, Milkologi Ilmu Jamur, Malang: Universitas Brawijaya Press, (UB Press), 2011 Subandi, H.M. Mikrobiologi (Perkembangan, Kajian, dan Pengamatan dalam Perspektif Islam), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2009 Sukmadinata, Syaodih, Nana. Metodologi Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 Tjitrosoepomo, Gembong, Taksonomi Tumbuhan, Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press, 1994 Yudiarti, Turrini, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 Yuhri, Khaul, Mukhamad, Keanekaragaman Jenis dan Komposisi Jamur Makroskopis di Kawasan Cagar Alam Hutan Gebogan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang,Skripsi, Semarang: IKIP PGRI Semarang Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2013