PERAN SUPERVISI BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU BK

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

PERAN SUPERVISI BK DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU BK DI SMP MUHAMMADIYAH 2 MLATI SLEMAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

KODE ETIK GURU INDONESIA

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur menurut cita-cita dan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

PEDOMAN PELAKSANAAN APRESIASI GURU DAN PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR MADRASAH DINIYAH AWALIYAH

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

Transkripsi:

Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 332-341 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 PERAN SUPERVISI BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU BK Septin Anggraini Universitas Negeri Malang E-mail: sefty943@gmail.com ABSTRAK Profesi guru bimbingan dan konseling perlu tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme bimbingan dan konseling dibutuhkan pengawasan dan bimbingan dari kepala sekolah sebagai supervisor. Profesionalisme guru BK dan peran supervisi BK dalam meningkatkan profesionalisme guru BK, bertujuan untuk mendiskripsikan profesionalisme guru BK di SMP 2 Madiun serta peran supervisi BK dalam meningkatkan profesionalisme guru BK. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor telah dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru BK dengan menggunakan beberapa teknik, diantaranya, percakapan pribadi, diskusi kelompok, penghargaan terhadap guru, penyediaan sumber belajar yang memadai dan pendelegasian guru dalam program edukatif ( MGBK dan Seminar). Belum ada pengawas dari dinas pendidikan yang datang secara khusus untuk melakukan supervisi terhadap layanan BK dan belum ada ruangan khusus untuk pelayanan BK. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan model kualitatif. Metode yang digunakan yaitu, observasi, interview dan dokumentasi. Analisis data yang diberikan akan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan. Kata Kunci: supervisi BK, profesionalisme guru BK PENDAHULUAN Pendidikan dalam suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan tiap negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 (Sisdiknas, Pasal 3), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan nasional, memerlukan partisipasi guru sebagai warga negara dan warga masyarakat. Apalagi guru dikenal sebagai tenaga profesional kependidikan, yang mempunyai tanggung jawab besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan dan pembangunan bangsa, sehingga secara ideal, baik atau buruknya 332

Anggraini, Peran Supervisi BK... 333 suatu bangsa dimasa mendatang banyak terletak di tangan guru. Dari penjelasan diatas guru BK memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Guru harus membimbing anak didik menjadi manusia pembangunan yang berpancasila, kemudian memiliki kejujuran profesional, selalu memelihara hubungan baik dengan anak didik, teman sejawat, orang tua murid atau keluarga maupun masyarakat, mengenal anak didik, disamping harus meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesionalya serta mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dibidang pendidikan. Dalam proses pendidikan semestinya menyentuh dunia kehidupan peserta didik secara individual. Proses ini tidak cukup hanya dilakukan oleh guru, tetapi perlu bantuan profesi pendidik lain yaitu guru bimbingan dan konseling atau konselor. Bimbingan dan konseling (BK) sebagai bagian intregral dari proses pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang menentukan kualitas pelayanan pendidikan pada siswa. Sejarah keberadaan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan Indonesia mulai di rintis pada pertengahan tahun enam puluhan. Dalam waktu lebih dari empat puluh tahun tersebut, perkembangan bimbingan dan konseling telah melewati beberapa periode yaitu dekade 60-an (perintisan), dekade 70-an (penataan), dekade 80-an (pemantapan), dekade 90-an (profesionalisasi). Walaupun demikian, profesi bimbingan dan konseling masih dirundung banyak masalah terutama pada tataran praksisnya. Layanan bimbingan dan konseling disekolah juga masih banyak dirundung masalah pada tataran praksisnya. Guru BK sebagai konselor disekolah masih menagalami kendala dan masalah yang beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik. Masalah-masalah tidak seluruhnya dialami oleh seluruh guru BK dan sekolah, namun ada sebagaian guru BK dan sekolah yang mengalami salah satu atau beberapa problem. Jika problem-problem tersebut tidak segera disikapi secara positif maka rasa percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu. Sedangkan profesi guru bimbingan dan konseling perlu tumbuh dan berkembang agar dapat memberikan layanan konseling dengan baik. Setiap guru bimbingan dan konseling perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan perkembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk kinerja dan layanan yang berkualitas.

334 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 332-341 Salah satu faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru yakni supervisi. Dalam bidang supervisi, kepala sekolah mempunyai tugas dan bertanggung jawab memajukan pengajaran melalui peningkatan profesi guru secara terus menerus. Kepala sekolah menduduki posisi yang sangat strategis didalam upaya pencapaian keberhasilan suatu sekolah dan berperan sebagai pemimpin pendidikan, administrator pendidikan dan supervisor pendidikan yang turut menentukan efektivitas an efisiensi penyelenggaraan pendidikan disekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin, karena ia mempunyai tugas untuk memimpin staf sekolah, yakni guru dan pegawai, membina kerja sama yang harmonis antar anggota staf sehingga dapat membangkitkan semangat serta motivasi kerja para staf yang dipimpin serta menciptakan suasana yang kondusif. Kepala sekolah sebagai administrator atau manager pendidikan yang bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan pendidikan disekolahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai tugas untuk meningkatkan mutu belajar mengajar, memotivasi, membimbing serta membantu guru-guru agar meningkatkan kompetensi profesional melalui supervisi. Berdasarkan pemaparan diatas dan adanya asumsi bahwa supervisi dapat meningkatkan profesionalisme guru BK. Dalam konteks ini salah satu program unggulan di SMP Negeri 2 Madiun adalah meningkatkan profesionalisme pelayanan pembelajaran serta bimbingam dan konseling secara bertahap dan pada tahun 2016 sudah mencapai standar tenaga kependidikan. Untuk itu penulis tertarik dalam meneliti peran supervisi BK dalam meningkatkan profesionalisme guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 Madiun. PEMBAHASAN Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 keberadaan konselor atau guru BK dalam Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur. Dalam surat keputusan Bersama Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya dijelaskan bahwa guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang. Kemudian dalam Pasal 39 Ayat 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

Anggraini, Peran Supervisi BK... 335 melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Semua pendidik, termasuk di dalamnya Guru BK melakukan kegiatan pembelajaran, penilaian, pembimbingan dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan dan ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru BK adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK disekolah terhadap sejumlah peserta didik yang bertujuan untuk membantu siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat merencanakan masa depannya. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. a) Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling b) Fungsi Bimbingan dan Konseling c) Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling Profesionalisme Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Sedangkan profesional menunjuk ke dua hal. Pertama, orang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang profesional. Kedua, penampilan seorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional sering dipertentangkan dengan istilah non-profesional. Profesionalisme berarti faham atau sikap yang mengutamakan keprofesionalan atau cara kerja sekaligus sikap dan tindak tanduk dari penganutnya. Profesi menjunjung tinggi profesionalisme dalam bekerja, hal ini anggota profesi mementingkan sifat-sifat profesional seperti mementingkan mutu pelayanan, taat kode etik, ingin

336 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 332-341 mengembangkan profesinya, rasa bangga akan profesi, dan meningkatkan kemampuan. Menurut sejumlah para ahli seperti McCully, Tolbert, dan Nugent yang dikutip oleh Prayitno, dan Erman Amti menyatakan bahwa kriteria konselor profesional dapat dilihat dari karakteristik yang harus dimiliki oleh Guru BK, diantaranya: a) Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang mempunyai fungsi dan kebermaknaan sosial yang sangat menentukan. b) Untuk mewujudkan fungsi tersebut maka para anggota profesi harus menampilkan pelayanan khusus didasarkan atas tekhniktekhnik intelektual dan keterampilanketerampilan tertentu yang unik. c) Selain dilakukan secara rutin pelayanan juga bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dengan metode ilmiah. d) Para anggota profesi BK harus memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit, bukan hanya didasarkan pada akal (common sense). e) Diperlukan pendidikan dan pelatihan dalam jangka waktu yang cukup lama untuk dapat menguasai kerangka ilmu tersebut. f) Para anggota profesi BK secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau sertifikasi. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan tentang karakteristik konselor profesional, guru BK dapat dikatakan profesional apabila konselor mempunyai keterampilan-keterampilan dasar pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang luas dan mendalam. Dalam memberikan layanan guru BK harus lebih mementingkan pelayanan sosial dibandingkan dengan pelayanan yang bersifat ekonomis. Apabila guru BK mempunyai karakteristik yang sebagaimana telah dijelaskan diatas maka guru BK tersebut dapat dikatakan guru BK yang profesional. Sejalan dengan pendapat para ahli di atas IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) dikatakan bahwa guru BK harus memiliki, (1) sikap, keterampilan, pengetahuan khusus, dan (2) pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor. Secara lebih lanjut dijelaskan oleh ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia) bahwa seorang guru BK harus memiliki, (1) nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang profesi konseling dan (2) pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai guru BK.

Anggraini, Peran Supervisi BK... 337 Kualifikasi Akademik Konselor Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor. Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan Berpendidikan profesi konselor. Kompetensi Konselor Rumusan standar kompetensi konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspetasi kinerja konselor. Namun apabila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan kedalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut:kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional. Supevisi Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Supervisi Bimbingan dan Konseling Kata supervisi diadopsi dari bahasa inggris yakni supervision yang berarti pengawasan dan kepengawasan. Sementara itu beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Piet A. Sahertian memberikan rumusan yang berbeda-beda antara lain: a) Adams dan Dickey merumuskan supervisi sebagai program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran (perbaikan hal belajar mengajar), b) Mc Nerney merumuskan supervisi sebagai suatu prosedur memberikan arah serta mengadakan penilaian serta kritis terhadap proses pengajaran. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah segenap usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara continue pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual, maupun kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Supervisi BK adalah upaya untuk mendorong, mengkoordinasikan dan menuntun pertumbuhan petugas BK atau konselor secara berkesinambungan baik

338 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 332-341 secara individual maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat bertindak secara efektif dalam melaksanakan layanan BK, sehingga mereka mampu mendorong pertumbuhan tiap siswa (klien) secara berkesinambungan agar dapat berpartisipasi secara cerdas dan kaya di dalam kehidupan masyarakat demokratis. 2. Tujuan Supervisi BK Adapun ytujuan dari Supervisi BK diantaranya: Tujuan mengendalikan kualitas, supervisor bertanggung jawab memonitor pelaksanaan kegiatan BK dan hasil-hasilnya yang berupa kehidupan dan perkembangan siswa atau klien yang lebih baik, Untuk mengembangkan profesionalisme petugas BK atau konselor. Supervisor BK membantu petugas BK atau konselor untuk tumbuh berkembang secara profesional, sosial dan personal, untuk memotivasi petugas BK atau konselor agar dapat secara berkelanjutan melaksanakan kegiatan-kegiatan BK, menemukan dan memperbaiki kesalahan dan kekurangan. 3. Fungsi Supervisi BK Adapun fungsi Supervisi BK diantaranya :Koordinasi usaha-usaha individual, sekolah dan masyarakat, penyediaan kepemimpinan, perluasan pengalaman, dorongan terhadap usaha-usaha kreatif, penyediaan fasilitas perubahan, analisis terhadap situasi dan layanan BK, sumbangan kepada terintegrasinya teori dan praktek, dan pengintregasian tujuan dan daya. Agar dapat menjalankan fungsinya seperti yang ditemukan diatas maka supervisor BK perlu memiliki kemampuan berikut: Kemampuan dalam kepemimpinan, kemampuan dalam hubungan manusia, kemampuan dalam proses kelompok kemampuan dalam administrasi personel, kemampuan dalam BK dan kemampuan dalam evaluasi 4. Teknik Supervisi Kegiatan supervisi dapat dilakukan melalui berbagai proses pemecahan masalah pengajaran untuk mengubah proses belajar mengajar menjadi kegiatan yang efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, tentu saja menggunakan teknik-teknik supervisi yang merupakan bagian pokok dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, maka dari itu Ngalim Purwanto mengemukakan tentang berbagai teknik dalam melaksanakan supervisi pendidikan diantaranya adalah teknik perseorangan dan teknik kelompok. Teknik individu, yang meliputi : kunjungan kelas, observasi kelas dan percakapan pribadi dan Teknik kelompok, yang meliputi: orientasi bagi guru-guru baru rapat guru, studi kelompok antar guru, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi, seminar.

Anggraini, Peran Supervisi BK... 339 Teknik individu digunakan, jika supervisor melaksanakan pembinaan terhadap seorang guru. Sedangkan teknik kelompok digunakan apabila seorang supervisor melaksanakan tugas pembinaan terhadap sekelompok guru untuk mencapai tujuan supervisi pengajarannya, yakni memperbaiki situasi belajar menagjar. Kedua teknik supervisi tersebut dapat dilaksanakan secara langsung melalui media atau alat tertentu. Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan oleh supervisor dalam membina guru di antaranya dengan kunjungan kelas, percakapan pribadi, rapat sekolah dan papan pembinaan. Dalam melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan, supervisor dituntut untuk memilih teknik mana yang paling tepat untuk diterapkan pada kasus-kasus tertentu yang dihadapi, serta dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekolah yang dibinanya. Atas dasar pengalaman, pengetahuan dan kejelian supervisor dalam memilih penerapan teknik yang tepat, diharapkan tujuan pelaksanaan supervisi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Sedangkan menurut Konvensi Nasional XIV dan kongres X ABKIN, untuk melaksanakan fungsi dan kegiatan supervisi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, maka supervisi BK perlu memilih teknik-teknik khusus berikut ini, a) Kunjungan dan observasi kelas, b)individual conference, c)saling berkunjung, d)penilaian diri sendiri, e)buletin kesupervisian, bacaan profesional dan karya tulis profesional, f) Rapat petugas BK atau konselor, g) Panitia, h) Demonstrasi pelaksanaan layanan BK, i) Lokakarya, j) Kunjungan, k) Diskusi panel, l) In-service training, m) Organisasi profesi. Piet A. Sahertian dan Ida Alaida Sahertian (1990) mengemukakan tiga cara pendekatan supervisi pengajaran yaitu supervisi yang bersifat directive, collaborative dan non-directive. Sedangkan A.J Hariwung (1989) mengemukakan dua variasi supervisi yaitu inspeksi dan supervisi yang bercorak demokratis. Bertolak dari pendapat diatas maka model supervisi BK meliputi Inspeksi ( supervisi yang bersifat directive), non-directive dan collaborative (supervisi yang bersifat demokratis). 5. Kriteria Supervisi BK Keputusan MENPAN nomor 118 tahun 1996 menetapkan persyaratan umum dan khusus untuk di angkat dalam jabatan pengawas sekolah. Syarat-syarat tersebut berlaku bagi pengawas BK. a. Syarat umum : Pegawai negeri sipil yang memenuhi angka kriteria yang ditentukan, berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru sekurang-kurangnya selama enam tahun berturut-turut, telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan

340 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 332-341 dibidang pengawasan sekolah dan memperoleh surat tanda tamat pendidikan, setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya bernilai baik dalam dua tahun terakhir dan sia setinggi-tingginya lima tahun sebelum mencapai batas usia pensiun jabatan pengawas sekolah. b. Syarat khusus: Pendidikan serendahrendahnya sarjana atau yang sederajat. berkedudukan serendah-rendahnya guru dewasa, memiliki spesialisasi atau jurusan program bimbingan dan konseling atau bimbingan dan penyuluhan, dan kepala sekolah sebagai Supervisor Pendidikan Dalam bidang supervisi kepala sekolah mempunyai tugas dan bertanggung jawab memajukan pengajaran melalui peningkatan profesi guru secara terus menerus. Adapun tugas kepala sekolah tersebut, sebagai berikut: Membantu guru memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut, membantu guru melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa, dan meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari strategi, keahlian dan alat pembelajaran. Kepala sekolah menduduki posisi yang strategis dalam upaya pencapaian keberhasilan suatu sekolah dan berperan sebagai pemimpin pendidikan, administrator pendidikan dan juga supervisor pendiidkan yang turut menentukan efektivitas dan efisiensi penyelengaraan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin, karena ia mempunyai tugas untuk memimpin staf sekolah, yakni guru dan pegawai, membina kerjasama yag harmonis antar anggota staf, sehingga dapat membangkitkan semangat serta motivasi kerja para staf yang dipimpin serta menciptakan suasana yang kondusif. Kepala sekolah sebagai administrator atau manager pendiidkan yang bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan pendidikan disekolahnya. Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai tugas untuk meningkatkan mutu belajar mengajar, memotivasi, membimbing serta membantu guru-guru agar meningkatkan kompetensi profesional melalui supervisi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pembahasan yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesionalisme guru BK di SMP Negeri 2 Madiun tergolong profesional karena memenuhi kriteria-kriteria

Anggraini, Peran Supervisi BK... 341 yang dikemukakan dalam IPBI dan tugas kepala sekolah sebagai supervisor telah dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMP Negeri 2 Madiun. Supervisi BK yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru BK menggunakan beberapa teknik diantaranya percakapan pribadi, diskusi kelompok terbimbing yang berupa breafing, pendeegasian guru dalam program edukatif (MGBK dan Seminar), penghargaan terhadap guru, dan penyediaan sumber belajar yang memadai. Dan kekurangan yang begitu terlihat di SMP Negeri 2 Madiun ini dalam bimbingan dan konseling belum pernah ada pengawas dari dinas pendidikan yang datang secara khusus untuk melakukan supervisi terhadap layanan BK dan belum adanya ruangan khusus untuk bimbingan konseling. Saran Bagi konselor sekolah atau guru BK disarankan untuk lebih aktif dan memberikan variasi dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, sehingga siswa merasa diperhatikan dan tertarik dengan layanan bimbingan dan konseling. DAFTAR PUSTAKA Hartati Sukirman Dkk, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, 2007. http://materipenjasorkes.blogspot.com/2013/1 0/kompetensi-guru-menurutperaturan-html, 13 November 2014 Keputusan MENPAN No. 118 Tahun 1996 Prayitno dan Erma Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta :Rineka Cipta, 2008. PR Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 20015 tentang Standar Nasional Pendidikan, http://www.kemenag.go.id/file/dokum en/ppi1905.pdf. diakses pada 10 Maret 2017. Sehertian, Piet A., Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000. Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No.0433/P/1993 dan No. 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru Pembimbing dan Angka Kreditnya, http://oxygendistro.blogspot.com/2011 /05/dasar-hukum-penyelenggaraan-bkdi.html diakses pada 11 Maret 2017. Suwardji Lazaruth, Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 TENTANG Guru Dan Dosen, http://kepri.kemenag.go.id/file/file/un dangundang/lysc1391498449.pdf, diakses pada 11 Maret 2017. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokusmedia. 2003. W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : PT. Gramedia Mediasarana, 1997. W.S. Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Media Abadi, 2010. Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung : Yrama Widya, 2012