BAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

dokumen-dokumen yang mirip
MUSEUM ZOOLOGI DI BOGOR PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MORPHOSIS

PUSAT KREATIVITAS ANAK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

FASILITAS TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI SEMARANG

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KEBUN BINATANG TINJOMOYO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Perburuan satwa liar merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Semarang Central Library. Shafira Eka Hariananda /

PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR TA 127

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

EKOWISATA DI KAWASAN HUTAN MANGROVE TRITIH CILACAP (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

L2B Ahmad Farid R Museum Armada TNI AngkatanLaut Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1 PAUD DAN SD ALAM DI SEMARANG TUGAS AKHIR 115 ALIZA MELINDA (L2B ) 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TA 115

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

TAMAN BUDAYA SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA REKREASI WISATA ALAM CURUG SEWU KENDAL

Institut Seni Indonesia di Semarang

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

TAMAN RIA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1. Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

Redesain Kantor Bupati Kabupaten Sukoharjo BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

HOTEL RESORT DI HULU SUNGAI PEUSANGAN

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi habitat lebih dari 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

FASILITAS REST AREA TIPE A PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG

Apartemen untuk Wanita di Kota Semarang I. PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

Gigih Juangdita

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PLANETARIUM SEMARANG TA 118 BAB I PENDAHULUAN

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

SEASIDE HOTEL DI JEPARA BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

SEMARANG ELECTRONIC CENTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum dengan Konsep Edutainment di Yogyakarta Penekanan Desain Arsitektur Organik. 1.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan primata di seluruh dunia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. Degradasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman paling besar terhadap primata, walaupun perburuan untuk dimakan, perburuan liar bayi primata untuk dijadikan souvenir, kepemilikan ilegal, dan perdagangan ilegal juga menjadi masalah yang sangat besar. Akibat musim kemarau yang panjang dan kebakaran hutan di sebagian bagian dunia juga menjadikan ratusan ribu hektar hutan, yang merupakan habitat primata, hancur. (www.okezone.com 17/8/2008 70% Spesies Primata Terancam Punah) Indonesia termasuk negara yang kaya akan keanekaragaman hayati satwa liar primata. Dari sekitar 200 lebih jenis primata yang ada di dunia, 25%-nya atau 40 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Dari 40 jenis primata yang hidup di Indonesia, 70% sudah terancam punah. Dan sekitar 20 jenis diantaranya, di seluruh dunia secara alami hanya dapat ditemukan di wilayah Indonesia atau disebut primata endemik Indonesia. (www.profauna.or.id 14/8/2008 Konservasi Primata di Indonesia) Fauna, khususnya primata, merupakan kekayaan alam yang harus dijaga kelestariannya, sangat potensial untuk dimanfaatkan dan mempunyai daya tarik sendiri bagi kehidupan manusia, akan tetapi masih ada tindakan manusia yang kurang ramah lingkungan dan dapat mengganggu kelestarian fauna. Pemerintah selalu mengusahakan adanya tindakan preservasif dan konservasif dari masyarakat. Melalui undang-undang tentang konservasi lingkungan, masyarakat diharapkan semakin paham akan pentingnya usaha penyelamatan fauna dari kepunahan. Dalam Bab V Undang-Undang Konservasi Lingkungan Tahun 1990, tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, Pasal 21 Ayat 2, dinyatakan bahwa: Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; 1

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi. Sedangkan dalam Pasal 22, dinyatakan: 1. Pengecualian dari larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, dan/atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa yang bersangkutan. 2. Termasuk dalam penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah pemberian atau penukaran jenis tumbuhan dan satwa kepada pihak lain di luar negeri dengan izin Pemerintah. Dari kedua pasal tersebut dapat kita simpulkan adanya dua maksud penting, yaitu larangan untuk merusak atau mengeksploitasi kekayaan fauna yang melanggar hukum, dan tindakan konservasi atau penyelamatan fauna yang sesuai hukum. (LP3A Museum Zoologi di Bogor Alvin Muliyawan L2B098191) Termasuk di dalamnya kekayaan fauna jenis primata. Dan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, salah satu cara pemanfaatan satwa dan tumbuhan adalah melalui peragaan. Di dalam Pasal 27 dituliskan bahwa peragaan dapat berupa koleksi satwa mati atau dengan kata lain satwa yang sudah diawetkan. (www.profauna.or.id 11/8/2008 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1999) Indonesia memiliki Taman Margastwa Ragunan, taman margasatwa yang luasnya mencapai ±140 Ha ini menyediakan suatu kawasan penghijauan yang sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut baik dari sisi pariwisata (ekonomi), 2

edukasi, maupun pelestarian lingkungan. Dalam hal konservasi, upaya dari Taman Margasatwa Ragunan untuk melestarikan berbagai jenis satwa dan tumbuhan adalah dengan menyediakan fasilitas pendidikan untuk penelitian dari berbagai aspek, serta penyediaan tempat rekreasi. Untuk konservasi primata, di Taman Margasatwa Ragunan sudah berdiri Pusat Primata Schmutzer yang merupakan tempat pelestarian primata hasil sumbangan dari The Gibbon Foundation. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting, guna menghasilkan kualitas manusia Indonesia yang cerdas dan peka akan kondisi lingkungannya. Sehingga usaha-usaha yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang dunia primata menjadi sangat diperlukan, dan salah satu usahanya bisa diwujudkan melalui suatu wadah berupa museum. Dengan melihat hal-hal tersebut maka dipilihlah judul Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan. Keberadaan museum primata dirasa penting, dimana fungsi utamanya adalah untuk memperkenalkan, menyimpan, dan merawat koleksi primata yang sudah diawetkan kepada masyarakat, disamping sebagai sarana penelitian dan pendidikan. Sesuai dengan tahapan akhir pendidikan arsitektur maka fokus kegiatan adalah merencanakan wadah kegiatan dan aktifitas dari proses di atas menjadi suatu tempat kegiatan yang bersifat edukatif dan rekreatif yang tetap mengacu pada kaidah-kaidah ilmu arsitektur. I.2. Tujuan dan Sasaran Pembahasan Tujuan Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mewujudkan suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan sebagai acuan dalam langkah proses desain grafis selanjutnya. Sasaran Tersusunnya langkah-langkah pokok sebagai landasan atau pedoman perencanaan dan perancangan Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan berdasarkan aspek-aspek panduan perencanaan dan perancangan desain. 3

I.3. Manfaat Pembahasan Manfaat Subjektif 1. Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 2. Sebagai acuan langkah selanjutnya dalam perancangan desain yang merupakan bagian dari proses pelaksanaan Tugas Akhir. Manfaat Objektif Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya dan mahasiswa serta peminat ilmu pengetahuan pada umumnya. I.4. Ruang Lingkup Pembahasan Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan adalah bangunan yang dapat menampung dan mendukung segala kegiatan dan aktifitas yang berlangsung di dalam suatu museum. Ruang Lingkup Spasial Penentuan tapak perencanaan ditentukan melalui penilaian terhadap kriteria-kriteria penentuan tapak, yang tepat bagi perencanaan dan perancangan Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan. I.5. Metode Pembahasan Metode pengumpulan data: Pengumpulan data primer, pengumpulan data melalui observasi lapangan untuk mendapatkan karakteristik suatu museum, khususnya museum primata. Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur. 4

I.6. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran pembahasan, manfaat pembahasan, ruang lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika pembahasan, dan alur pikir pembahasan. BAB II TINJAUAN MUSEUM PRIMATA Berisi tinjauan mengenai museum primata dan hal-hal lainnya berdasarkan studi pustaka. BAB III TINJAUAN TAMAN MARGASATWA RAGUNAN Berisi tinjauan Taman Margasatwa Ragunan, mencakup data-data fisik dan non-fisik. BAB IV PROGRAM PERENCANAAN MUSEUM PRIMATA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN Berisi analisa dari aspek fungsional dan aspek kontekstual. BAB V PROGRAM PERANCANGAN MUSEUM PRIMATA DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN Berisi analisa dari aspek visual arsitektural, aspek teknis, dan aspek kinerja. 5

I.7. Alur Pikir Pembahasan LATAR BELAKANG AKTUALITA Keberadaan primata di seluruh dunia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. (www.okezone.com 17/8/2008 70% Spesies Primata Terancam Punah) Indonesia termasuk negara yang kaya akan keanekaragaman hayati satwa liar primata. Dari sekitar 200 lebih jenis primata yang ada di dunia, 25%-nya atau 40 jenis diantaranya hidup di Indonesia. Dan dari 40 jenis primata yang hidup di Indonesia, 70% sudah terancam punah. (www.profauna.or.id 14/8/2008 Konservasi Primata di Indonesia) Belum tersedianya wadah yang berfungsi untuk memperkenalkan, menyimpan, dan merawat koleksi primata yang sudah diawetkan kepada masyarakat, disamping sebagai sarana penelitian dan pendidikan. URGENSI Diperlukan adanya suatu wadah yang memadai untuk menampung pemanfaatan koleksi-koleksi primata yang sudah diawetkan. Wadah tersebut dapat berfungsi untuk pendidikan dan rekreasi. ORIGINALITAS Merencanakan dan merancang sebuah Museum Primata di Taman Margasatwa Ragunan yang bersifat rekreatif dan edukatif yang tetap mengacu pada kaidah-kaidah ilmu arsitektur. TINJAUAN MUSEUM PRIMATA Tinjauan mengenai museum primata dan hal-hal lainnya berdasarkan studi pustaka. TINJAUAN TAMAN MARGASATWA RAGUNAN Tinjauan Taman Margasatwa Ragunan, mencakup data-data fisik dan non-fisik. PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Gambar I.1. Alur Pikir Sumber: Analisa Penulis 6