BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 8 orang. Kelompok I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Maret Mei 2015, menggunakan rancangan eksperimental true pada dua kelompok

BAB I PENDAHULUAN. berbanding lurus dengan bertambahnya usia yang menyebabkan peningkatan

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

ABSTRAK. Kata kunci : Endurance Kardiorespirasi, Vo 2 max, heart rate, Inspirasi Maksimal, Jalan intesitas sedang, static bicycle intesitas sedang,

Dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan pada saya, maka saya berhak mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

PERBEDAAN PELATIHAN JALAN DENGAN STATIC BICYCLE TERHADAP VO2 MAX, INSPIRASI MAKSIMAL, DAN HEART RATE PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB III METODE PENELITIAN

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

BAB 4 METODE PENELITIAN. Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KEBUGARAN LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA TEGALSARI DAN POSYANDU LANJUT USIA LODALANG SISWODIPURAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (V MAKS) PADA REMAJA USIA TAHUN

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN PENGARUH INTERVAL TRAINING DAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP VO 2 MAX SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA UNDIP

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh. Setiap tiga sampai lima detik sinyal - sinyal saraf merangsang proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Terbukti pada perhelatan sea games 2015 timnas

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

Govinda Vittala, 2 I Putu Sutha Nurmawan, 3 Dedi Silakarma, 4 I Wayan Gede Sutadarma

PERBEDAAN PENGARUH CIRCUIT TRAINING DENGAN INTERVAL TRAINING TERHDAP PENINGKATAN VO2 MAX PADA ATLET KARATE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

UJI SPSS. Tests of Normality. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pre Post Sel

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LATIHAN TREADMILL DAN CYCLE ERGOMETRY TERHADAP VO 2 MAX

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH LATIHAN AEROBIC DAN BODY MASS INDEX (BMI) TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAKSIMAL PADA SISWA SMP NEGERI 2 GATAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

PERBEDAAN LATIHAN HIGH INTENSITY GROUND WALKING DAN LATIHAN STATIC BICYCLE TERHADAP KAPASITAS LATIHAN PADA PENDERITA PPOM

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Tahun

PENGARUH PENAMBAHAN PURSED LIPS BREATHING EXERCISE PADA STATIC CYCLE INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN PADA PENDERITA PPOK

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA FOX

DAFTAR ISI. Halaman. repository.unisba.ac.id. viii

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

I. PENDAHULUAN. kodratnya dengan tidak bergerak dan tidak beraktivitas. Banyak manfaat

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Subjek pada penelitian ini berjumlah 16 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 8 orang. Kelompok I diberika perlakuan pelatihan jalan intesitas sedang dan kelompok II diberikan perlakuan pelatihan static bicycle intesitas sedang. 6.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian ini terdiri dari 10 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, dimana pada kelompok I diikuti oleh 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan sedangkan pada kelompok II diikuti oleh 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Rata-rata umur subjek pada kelompok pelatihan jalan intesitas sedang adalah 66,12 tahun dan rata-rata umur subjek pada pelatihan static bicycle intesitas sedang adalah 65,50 tahun. Berat badan sangat mempengaruhi tingkat endurance pada lansia. Berat badan dan tinggi badan diukur untuk mengetahui indek massa tubuh (IMT), rerata indeks massa tubuh sebagai sampel penelitihan Kelompok I adalah 21,15 kg/m2. Rerata indek masa tubuh pada Kelompok II 20,14 kg/m2. Pada kelompok perlakuan latihan jalan intesitas sedang dan kelompok static bicycle intesitas sedang memilki IMT dan usia yang sama. IMT dan usia sangat mempengaruhi kondisi endurance kardiorespirasi seseorang. 73

74 6.2 Pelatihan Jalan Intesitas Sedang Tidak Perbedaan secara signifikan dengan Pelatihan Static Bicycle dalam Meningkatkan Vo 2 max lansia. Berdasarkan hasil uji Indepedent sample t test pada tabel 5.14, Menunjukkan bahwa beda rerata total Vo 2 max sesudah perlakuan antara kelompok pelatihan jalan intesitas sedang dengan kelompok pelatihan static bicycle intesitas sedang memiliki nilai p >0,05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna. Disimpulkan bahwa pelatihan berjalan intesitas sedang dan static bicycle intesitas sedang sama sama efektif meningkatkan Vo 2 max lansia. Pelatihan Pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas et al. (2001) terjadi peningkatan Vo 2 max pada subjek lansia yang melakukan pelatihan jalan intesitas sedang. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gromley et al. (2008) terjadi peningkatan Vo 2 max pada subjek lansia yang melakukan latihan static bicycle intesitas sedang. Pada penilitian yang dilakukan oleh Leung et al. (2010) pada subjek COPD(chronic obstructive pulmonary disease) pelatihan jalan lebih baik dibandingkan pelatihan static bicycle. Peningkatan endurance kardiorespirasi menyebabkan penuingkatan kebutuhan Vo 2 max bagi tubuh manusia. Peningkatan Vo 2 max menyebabakan tubuh akan lebih lama dalam beraktifitas. Ketika seseorang berlatih secara rutin akan meningkatkan Vo 2 max antara 15 20 persen (Hoeger. 2011).

75 Hasil akhir yang dibuktikan dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan jalan intesitas sedang dan pelatihan static bicycle intesitas sedang keduanya sama-sama dapat meningkatkan Vo 2 max lansia namun tidak terdapat perbedaan peningkatan Vo 2 max yang terbukti antara kedua kelompok tersebut jika dibandingkan dengan uji beda statistik. Walaupun secara uji beda rerata selisih peningkatan Vo 2 max pada kelompok pelatihan jalan intesitas sedang kecenderungannya terlihat lebih tinggi dari pada selisih peningkatan Vo2 max pada kelompok pelatihan static bicycle intesitas sedang. 6.3 Pelatihan Jalan Intesitas Sedang Tidak ada Perbedaan secara Signifikan dengan Pelatihan Static Bicycle dalam Menurunkan Heart Rate Lansia Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji independent sample t test seperti pada Tabel 5.15 di atas menunjukkan bahwa beda rerata heart rate istirahat sesudah perlakuan antara kelompok pelatihan jalan intesitas sedang dengan kelompok pelatihan static bicycle intesitas sedang memiliki nilai p >0,05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna. Disimpulkan bahwa pelatihan berjalan intesitas sedang dan static bicycle intesitas sedang sama sama menurunkan heart rate istirahat pada lansia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jurca et al. (2005) terjadi penurunan heart rate subjek post manopouse pada pelatihan jalan. fungsi jantung akan lebih efisien sehingga denyut jantung akan menurun. Pada penenlitian yang dilakukan oleh Kisan et al. (2012) pada dewasa muda terjadi penurunan heart rate pada pelatihan jalan di treadmill dan static

76 bicycle. Pelatihan jalan di treadmill lebih menurunkan heart rate dibandingkan latihan static bicycle. Peningkatan endurance kardiorespirasi menyebabkan heart rate akan lebih rendah. Penurunan heart rate diakibatkan peningkatan stroke volume dan peningkatan volume darah setiap kali berdenyut akibat jantung lebih efisien dalam memompa darah setiap denyutnya. Hasil akhir yang dibuktikan dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan jalan intesitas sedang dan Pelatihan static bicycle intesitas sedang keduanya sama-sama dapat menurunkan heart rate lansia namun tidak terdapat perbedaan penurunan heart rate yang terbukti antara kedua kelompok tersebut jika dibandingkan dengan uji beda statistik. Walaupun secara uji beda rerata selisih penurunan heart rate pada kelompok pelatihan jalan intesitas sedang kecenderungannya terlihat lebih tinggi dari pada selisih penurunan heart rate pada kelompok pelatihan static bicycle intesitas sedang. 6.4 Pelatihan Jalan Intesitas Sedang Tidak ada Perbedaan secara Signifikan dengan Pelatihan Static Bicycle dalam meningkatkan Inspirasi Maksimal Lansia. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Indepedent t test seperti pada Tabel 5.16 di atas menunjukkan bahwa beda total sesudah perlakuan antara kelompok pelatihan jalan intesitas sedang dengan kelompok pelatihan static bicycle intesitas sedang memiliki nilai p >0,05, hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna. Disimpulkan bahwa pelatihan berjalan intesitas sedang dan static bicycle intesitas sedang sama

77 sama meningkatkan inspirasi maksimal pada lansia. Ketika seseorang berlatih secara periodik fungsi paru paru akan meningkat. Fungsi otot abdominal dan diapragma juga meningkatkan akibat kebutuhan oksigen dalam tubuh meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan kapasitas paru seseorang akan meningkat. Kapasitas paru seseorang normal memiliki kapasitas 110 liter per menit. Ketika latihan diberikan kapasitas paru meningkat menyampai 135 liter per menit. Pada atlit kapasitas paru meningkat bisa mencapai 180 200 liter per menit (Rosato et al. 2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh Leung et al. (2010) tidak terjadi perbedaan secara signifikan antara latihan jalan dan static bicycle dalam meningkatkan kapasitas paru pada subjek COPD(chronic obstructive pulmonary disease). Hal ini sejalan dengan penelitian ini bahwa pelatihan jalan intesitas sedang dan pelatihan static bicycle intesitas sedang keduanya sama-sama dapat meningkatkan inspirasi maksimal lansia namun tidak terdapat perbedaan penurunan inspirasi maksimal terlihat dari uji statistik. Peningkatan Vo 2 max menyebabkan fungsi konsumsi oksigen dalam tubuh akan meningkat sehingga tubuh akan merespon dengan meningkatkan kapasitas paru paru. Peningkatan kapasitas paru paru menyebabkan pertukaran Co 2 dan O 2 dalam tubuh karena meningkat secara cepat dan besar. Peningkatan endurance kardiorepsirasi menyebabkan fungsi jantung meningkat salah salah satu indikasinya penurunan denyut jantung secara perlahan karena jantung akan lebih banyak dan efisien dalam memompa setiap denyutnya(corbin et al. 2014)

78 6.5 Kelemahan Penelitian Beberapa kelemahan yang dijumpai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kesulitan dalam mengontrol atau mengendalikan motivasi dan keadaan psikis subjek saat tindakan intervensi fisioterapi. 2. Pada penelitian ini belum menyertakan pencapaian latihan sesuai dengan target zone heart rate. 3. Kesulitan dalam mengontrol variabel pengganggu seperti aktivitas fisik setiap subjek yang berbeda, pola makan setiap subjek yang mempengaruhi peningkatan endurance pada lansia. Upaya yang telah dilakukan oleh penulis sebagai peneliti untuk mengatasi kelemahan penelitian adalah dengan memberi saran edukatif pentingnya kesehatan bagi lansia.