BAB I PENDAHULUAN. dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang di hadapi dunia Islam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendefinisikan koperasi sebagai kumpulan orang-orang atau badan hukum,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. xii 2 Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah, Februari 2017, h. 4.

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. h M. Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2000,

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga yang memiliki kemampuan gabungan dari kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak berdirinya di Indonesia pada tahun 1990, atas rekomendasi dari

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara filosofi, bank syariah adalah bank yang aktifitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang di hadapi dunia Islam dewasa ini. Para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam. Upaya ini dilakukan sebagai upaya membangun model teori ekonomi yang bebas bunga dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi, dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank Syariah didirikan. 1 Meskipun diskusi tentang bank syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah dimulai dilakukan pada awal tahun 1980, namun kehadiran bank syariah di Indonesia masih relatif baru yaitu pada sekitar tahun 1990-an. Sedangkan prakarsa untuk mendirikan bank syariah di Indonesia dipelopori oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. 2 PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan pelopor bank syariah pertama yang ada di Indonesia, yang akte pendiriannya di tanda 1 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah, Jakarta: Erlangga, 2010, h. 4-5. 2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 215. 1

2 tangani tanggal 1 November 1991. Sejak mulai beroperasinya PT Bank BMI tepatnya pada bulan Mei 1992, bank syariah mulai eksis di Indonesia dan ini merupakan babak baru dalam dunia perbankan syariah. Dasar hukum yang menjadi dasar penerapan dual banking system di Indonesia, yakni terselenggarakannya dua sistem perbankan (konvensional dan syariah) secara berdampingan diatur dalam berbagai peraturan Perundang-Undangan yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. 3 Pendirian bank Muamalat ini diikuti oleh bank bank perkreditan rakyat syariah (BPR syariah). Walaupun demikian, keberadaan dua jenis lembaga keuangan tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat lapisan bawah. Oleh karena itu, dibentuklah lembaga lembaga simpan pinjam yang di sebut baitul maal wattamwil (BMT). 4 Baitul Mal Wa tamwil (BMT) merupakan balai usaha mandiri terpadu yang isinya beritikan lembaga bait al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha mikro atau lapisan bawah. 5 Maka tidaklah salah jika BMT itu didirikan kerena untuk mengisi kekurangan BMI dan BPRS yang belum bisa menjangkau masyarakat lapisan bawah. Selain merupakan lembaga pengelola dana masyarakat yang 3 Machmud dan rukmana, Bank, h. 97. 4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Adipura, 2003, h. 32. 5 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Watamwil, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 23.

3 memberikan pelayanan tabungan, pinjaman kredit dan pembiayaan, BMT juga dapat berfungsi mengelola dana sosial umat di antaranya menerima titipan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Semua produk pelayanan dan jasa BMT dijalankan menurut prinsip syariah, yakni prinsip bagi hasil. 6 Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) 7 Perkembangan BMT begitu pesat dan cepat, bagaikan jamur dan BMT kini tersebar luas di seluruh Indonesia. Banyak BMT BMT baru yang terus didirikan, baik di kabupaten maupun kecamatan. Hal ini disebabkan diantaranya karena masyarakat lebih banyak memperoleh kemudahan dan keuntungan dari BMT yang tidak masyarakat peroleh sebelumnya dari lembaga lembaga keuangan syariah. Salah satu BMT yang kini berdiri di kecamatan Kebumen adalah KJKS BMT ALFA NUSA. Pendirian KJKS BMT ALFA NUSA di wilayah Kebumen berawal dari keinginan beberapa tokoh masyarakat di lingkungan Kecamatan Kebumen yang diantaranya ingin ikut aktif dalam mengembangkan Lembaga Keuangan Syariah di Kabupaten Kebumen dan mempermudah pelayanan umat dalam rangka peningkatan simpanan dan pembiayaan serta pemberdayaan ekonomi umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Rencana itu ternyata didukung oleh pengurus MWC NU Kebumen. Dari hasil sosialisasi yang dilakukan oleh tokoh tokoh masyarakat tersebut, terkumpullah 20 orang pendiri yang siap dengan segala 6 Ibid, h. 34-35. 7 Sudarsono, Bank, h. 96.

4 konsekuensinya. Ahirnya, pada tanggal 19 januari 2006 KJKS BMT ALFA NUSA resmi beroperasi. BMT yang secara kelembagaan kehadirannya didampingi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) merupakan Koperasi Jasa Keuangan yang dimiliki dan ditumbuh kembangkan oleh masyarakat secara swadaya. 8 KJKS BMT ALFA NUSA memulai usahanya dengan aset awal sebesar Rp. 23.800.000,00 dan sampai saat ini asetnya mencapai milyaran rupiah. 9 Sebagai Koperasi Jasa Keuangan yang terbilang baru tentu itu bukan pencapaian yang mudah, dibutuhkan strategi yang jitu untuk terus mempertahankan kinerja KJKS BMT ALFA NUSA yang berkembang. Koperasi Jasa Keuangan Syariah ini berupaya mendorong kegiatan penyimpanan dan membantu pembiayaan pengusaha mikro serta konsultasi usaha dan lain sebagainya. Produk yang ditawarkan pun bermacam macam diantaranya: simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela yang terdiri dari simpanan mudharabah, simpanan pendidikan, simpanan haji, simpanan kurban, simpanan walimah, simpanan kelahiran, simpanan berjangka, dan simpanan amanah. KJKS BMT ALFA NUSA juga mempunyai empat produk pembiayaan, diantaranya pembiayaan Murabahah, pembiayaan Musyarakah, pembiayaan Ijarah, dan pembiayaan Qord. Namun nyatanya pembiayaan yang disalurkan belum bisa merata, dalam arti jumlah calon anggota dan pembiayaan yang satu dengan yang lain tidak seimbang. Berdasarkan hasil pengamatan, selama empat tahun berurut turut hanya 8 Modul Sejarah Bendiri KJKS BMT ALFA NUSA. 9 Modul Sejarah Bendiri KJKS BMT ALFA NUSA.

5 pembiayaan murabahah saja yang terus mengalami kenaikan baik dari segi calon anggota maupun pencapaian pembiayaan. 10 Hal ini dapat kita lihat dari grafik berikut: Grafik 1. Pertumbuhan Jumlah Anggota Biasa Pembiayaaan Periode 2010 2013 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 413 623 1.089 1.503 119 119 119 119 0 0 0 0 1 0 0 0 2010 2011 2012 2013 Pby. Murabahah Pby. Musyarakah Pby. Ijarah Pby. Qord Sumber : RAT KJKS BMT ALFA NUSA KEBUMEN Tahun 2010-2013 Dapat disimpulkan dari grafik di atas bahwa anggota biasa yang melakukan pembiayaan murabahah di tahun 2010 sejumlah 413, tahun 2011 sejumlah 623, tahun 2012 sejumlah 1.089 dan tahun 2013 sejumlah 1.503. Anggota biasa yang melakukan pembiayaan musyarakah dari tahun 2010-2013 tidak mengalami peningkatan yaitu hanya sejumlah 19 anggota biasa saja, anggota biasa yang melakukan pembiayaan ijarah dari tahun 2010-2013 hanya ada 1 calon anggota yaitu di tahun 2012, sedangkan pembiayaan qord selama 10 RAT KJKS BMT ALFA NUSA.

6 empat tahun yaitu dari tahun 2010-2013 tidak ada anggota biasa yang menggunakannya. Maka dapat disimpulkan bahwa hanya pembiayaan murabahahlah yang paling diminati oleh anggota biasa dan selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Grafik 2. Pertumbuhan Pencapaian Pembiayaan Periode 2010 2013 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000 0 2010 2011 2012 2013 Pby. Murabahah Pby. Musyarakah Pby. Ijarah Pby. Qord Sumber : RAT KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen Tahun 2010-2013 Kesimpulan dari grafik di atas adalah bahwa hasil pencapaian pembiayaan hanya mengalami kenaikan di pembiayaan murabahah saja, itu terbukti selama empat tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2010-2013 jumlah pencapaian pembiayaan murabahah selalu mengalami peningkatan yaitu dengan jumlah di tahun 2010 sebesar Rp. 797.608.450,00 tahun 2011 sebesar Rp. 974.718.800,00 di tahun 2012 sebesar Rp. 1.853.654.100 dan di tahun 2013 sebesar Rp. 2.478.191.500,00.

7 Salah satu pembiayaan yang telah banyak memberikan kontribusi dalam menghasilkan keuntungan bagi KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen adalah pembiayaan murabahah. Begitu banyak anggota biasa yang melalukan pembiayaan murabahah dibandingkan dengan pembiayaan yang lainnya. Hal ini membuat saya selaku peneliti merasa penasaran dan tertarik ingin meneliti tentang bagaimana strategi pemasaran produk pembiayaan murabahah sebagai upaya meningkatkan kinerja BMT, karena anggota biasa pembiayaan murabahah selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Permasalahan tersebut menjadi sangat menarik untuk pengkajian lebih dalam. Untuk itu judul yang peneliti ambil adalah STRATEGI PEMASARAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT ALFA NUSA KEBUMEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA BMT. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana strategi pemasaran produk pembiayaan murabahah di KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen sebagai upaya meningkatkan kinerja BMT? 2. Bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen?

8 C. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang ada di KJKS BMT ALFA NUSA KEBUMEN sebagai upaya meningkatkan kinerja BMT. 2. Untuk mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi KJKS BMT ALFA NUSA. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bernilai ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat menambah informasi, wacana, kepada pembaca supaya dapat mengetahui tentang KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen sehingga menimbulkan keinginan ingin bergabung menjadi calon anggota maupun anggota KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen. 2. Manfaat Praktis Supaya dapat membantu memberikan pengertian kepada masyarakat luas bahwa KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen bebas dari bunga dalam pembiayaan. D. Tinjauan Pustaka Bagian ini merupakan pemaparan teori-teori, konsep-konsep generalisasi hasil penelitian terdahulu yang relevan dan dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian ini, diantaranya :

9 Penelitian yang dilakukan oleh Susi Dewi Ratna (09240062) tahun 2009, dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Strategi Pengembangan Produk Pembiayaan Murabahah di Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Citra Buana Syariah Yogyakarta. Fokus penelitian ini adalah pengembangan produk pembiayaan murabahah. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, sumber data yang dipakai peneliti adalah dengan cara observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa strategi pengembangan produk pembiayaaan murabahah yang dilakukan oleh BMT Citra Buana Syariah Yogyakarta adalah dengan melakukan promosi terus-menerus, mengadakan pertemuan-pertemuan, jeli melihat kompetitor produk. Sedangkaan faktor yang mendorong pengembangan produk pembiayaan murabahah adalah ketatnya persaingan dengan bank-bank umum yang juga menyediakan pembiayaan dan juga semakin banyaknya masyarakat yang mencari pembiayaan berbasis syariah. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Anisatul Farochah (062411078), dari IAIN Walisongo Semarang, dengan judul Penerapan Strategi Pemasaran Produk Penghimpunan Dana KJKS Bina Niaga Utama (BINAMA) Cabang Weleri Dalam Meningkatkan Keunggulan kompetitif. Fokus dari penelitian ini adalah strategi pemasaran produk unggulan KJKS Binama Cabang Weleri. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, kuesioner, dokumentasi dan analisis data. Hasil dari penelitian ini adalah strategi produk

10 dengan cara menentukan motto, menciptakan merek yang mudah diingat, terkesan modern, dan memiliki arti. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ubaedul Mustofa (072311048), dari IAIN Walisongo Semarang tahun 2012, dengan judul Studi Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah Pada Produk Pembiayaan Modal Kerja di Unit Mega Mitra Syariah (M2S) Bank Mega Syariah Kaliwungu. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan akad murabahah pada produk modal pembiayaan modal kerja dan untuk mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad murabahah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, sumber data diperoleh dari data primer (secara langsung). Menggunakan metode penggumpulan data yaitu dengan interview, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah pada produk pembiayaan modal kerja belum memenuhi ketentuan syariah, karena dari segi syarat rukunnya ada beberapa aspek yang belum sesuai dengan ketentuan syariah karena dalam pelaksanaan akad ada tambahan berupa akad wakalah yang pelaksanaan dilakukan secara bersamaan. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih ditunjukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus, ketimbang

11 mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi. 11 Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, dan catatan lapangan. Peneliti segera melakukan analisis data dengan pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. 12 Penelitian kualitatif juga bersifat induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan, serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. 13 2. Metode Pengumpulan Data Dalam metode pengumpulan data peneliti menggunakan tiga teknik, yaitu : a. Observasi (Pengamatan) Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis. Tujuan observasi yaitu mengerti ciri ciri 11 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, h. 84. 12 Ibid, h. 87. 13 Ibid, h. 88.

12 dan luasnya signifikasi dari interelasinya elemen elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dan pola pola kultur tertentu. 14 b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu yang merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. 15 Wawancara dapat dibagi menjadi tiga kelompok : 1) Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan wawancara, peneliti sebelumnya telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya. 16 2) Wawancara Semiterstruktur Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori indept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan 2009, h. 233. 14 Ibid, h. 143. 15 Ibid, h. 160. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: ALFABETA,

13 secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. 17 3) Wawancara tak Berstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah terstruktur secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 18 Dalam wawancara ini peneliti menggunakan ke tiga kelompok wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semi tertruktur dan wawancara mendalam. Dengan cara bertatap muka langsung dengan responden dan menanyakan langsung pertanyaan pertanyaan. c. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah dengan cara mencari data atau informasi dari buku buku, catatan catatan, RAT, brosur, buku panduan, dll. Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode ini di anggap lebih mudah 17 Ibid. 18 Ibid.

14 dibandingkan dengan teknik pengambilan data yang lain seperti angket, wawancara, observasi maupun tes. Pelaksanaan metode ini dapat dilakukan secara sederhana, peneliti cukup memegang check-lish untuk mencatat informasi atau data yang sudah ditetapkan. 19 3. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang peneliti gunakan adalah jenis data kualitatif, hal ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, serta pendekatan yang peneliti gunakan yaitu pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan Taylor penelitian kualitatif diartikan sebagai salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. 20 Data kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya atau apa adanya yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu strategi pemasaran dan upaya meningkatkan kinerja BMT. b. Sumber Data Dalam penelitian yang bersifat field research (penelitian lapangan), data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari objek h. 160. 19 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, 20 Ibid, h. 51-52.

15 yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, publikasi yang sudah dalam bentuk jadi. 21 4. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantife maupun formal. Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengatagorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. 22 Dalam teknik analisis data ini penulis menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu mengumpulkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara, catatan lapangan atau dokumentasi, dan lembar observasi yang kemudian data tersebut dipaparkan, dibahas dan disimpulkan. Analisa data menggunakan teknik sebagai berikut : a. Metode Induktif Metode induktif merupakan suatu proses berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa kongkrit kemudian dari fakta-fakta itu ditarik generasi yang bersifat umum. 23 b. Metode Deskriptif Dalam metode ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan 21 Soewadji, Pengantar, h. 147. 22 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, h. 209. 23 Hadi, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Erlangga, 1987, h. 42.

16 metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. 24 Dalam pembahasan metode ini berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum kemudian peneliti hendak menilai suatu kejadian bersifat khusus. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan data untuk memberikan gambaran dalam penyajian laporan tersebut, data ini diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi resmi dari KJKS BMT ALFA NUSA KEBUMEN. F. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB 1 : Pendahuluan Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sitematika penulisan. BAB 11 : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan landasan teoritis yang digunakan dalam pembahasan masalah yang disajikan dalam bab satu. Teori dalam bab ini merupakan dasar dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah secara aplikatif dan obyektif. 24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Remaja Roksadanakarya, 2013, h. 6

17 BAB 111 : Gambaran Umum Tentang KJKS BMT ALFA NUSA Kebumen Bab ini menguraikan tentang sejarah KJKS BMT ALFA NUSA, legalitas KJKS BMT ALFA NUSA, visi, misi, tujuan dan motto KJKS BMT ALFA NUSA, produk-produk yang dimiliki KJKS BMT ALFA NUSA, struktur organisasi, program kerja dan data perkembangan keuangan KJKS BMT ALFA NUSA. BAB 1V : Analisis Strategi Pemasaran Pembiayaan Murabahah Bab ini menguraikan tentang strategi pemasaran pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh KJKS BMT ALFA NUSA serta peluang dan tantangan yang di hadapai oleh KJKS BMT ALFA NUSA BAB V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab terahir ini mengukapkan kesimpulan yang ditarik dari permasalah dan pembahasan yang ada, serta saran-saran yang diharapkan dapat membantu memecahkan masalah bagi pihakpihak yang berkepentingan dan berguna sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.