PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BESI COR NODULAR (FCD 60)

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

ANALISA PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ZINC DAN KETAHANAN KOROSI PADA PERMUKAAN LINK ENGINE HANGER SEBELUM PROSES PELAPISANNYA

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

MENINGKATKAN MUTU BAJA SUP 9 PADA PEGAS DAUN DENGAN PROSES PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH TEMPERING PADA BAJA St 37 YANG MENGALAMI KARBURASI DENGAN BAHAN PADAT TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH TEMPERATUR DAN HOLDING TIME DENGAN PENDINGIN YAMACOOLANT TERHADAP BAJA ASSAB 760

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH TEMPERATUR CARBURIZING PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP SIFAT SIFAT MEKANIS BAJA S 21 C

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING PADA PROSES QUENCHING TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA AISI 4140

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

Karakterisasi Material Sprocket

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STUKTUR MIKRO MATERIAL S45C DAN SS400 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ALAT POTONG KULIT SEPATU

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA JIS S45C

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PROSES SELF TEMPERING DAN VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA AISI 4140

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: ISSN

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1 Maret 2012

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR HARDENING TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PROSES HEAT TREATMENT PADA KEKERASAN MATERIAL SPECIAL K (K100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEKERASAN PERLAKUAN PANAS BAJA PEGAS DENGAN PENDINGINAN SISTEM PANCARAN PADA TEKANAN 20, 40 DAN 60 PSi. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, dan LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON EMS-45 DENGAN METODE UJI JOMINY

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA KARBON RENDAH (ST41) DENGAN METODE PACK CARBIRIZING

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PENGARUH SUHU TEMPER TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KETAHANAN AUS BAJA KARBON HQ 709. Surahman, Budi Harjanto, & Suharno

PENGARUH HARDENING PADA BAJA JIS G 4051 GRADE S45C TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA KAPUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK POROS S45C

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

KETANGGUHAN BEBAN IMPAK DAN BEBAN TARIK MAKSIMUM PADA PELAT BAJA BERLAPIS AKIBAT QUENCHING DAN NORMALIZING

BAB IV HASIL PENGUJIAN

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS BAJA ASSAB 705 M YANG DIGUNAKAN PADA KOMPONEN STUD PIN WINDER

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS SEBELUM DAN SESUDAH PENEMPERAN TERHADAP NILAI KEKERASAN PADA BAJA PERKAKAS HSS

Transkripsi:

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement of machine, Faculty of Engineering, University Muhammadiyah Jakarta, JalanCempakaPutih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510, Tlp 021-4244016,4256024, email : csutowo@yahoo.com ABSTRAK Proses hardening dilakukan pada temperatur pemanasan 850 o C terhadap baja AISI 4140 dengan memberikan holding time selama 1 jam serta 2 macam media pendingin yaitu oli dan air. Selanjutnya dilakukan proses tempering pada temperatur 600 o C dengan pemberikan waktu penahanan selama 1 jam. Perubahan sifat mekanis yang diamati sebelum dan sesudah mengalami proses perlakuan panas terdiri dari nilai kekuatan tarik, nilai kekerasan serta struktur mikronya. Nilai kekuatan tarik sebelum proses hardening 1069,38 N/mm 2 sedangkan setelah proses hardening nilai kekuatan tariknya sebesar 1524,63 N/mm 2 untuk pendinginan oli dan sebesar 990,85 N/mm 2 untuk pendinginan air. Nilai kekerasan sebelum proses hardening sebesar 19,2 HRc setelah proses hardening dengan temperatur dan holding time yang sama berurutan untuk pendinginan air dan oli adalah 36,06 HRc dan 34,44 HRc. Sedangkan nilai kekerasan setelah proses tempering dengan temperatur 600 o C dan holding time 1 jam untuk pendinginan oli dan air adalah 38,06 HRc dan 34,74 HRc. Dari hasil pengamatan struktur mikro terlihat pembentukan martensit pada kondisi pendinginan oli dan air, dan pembentukan martensit temper pada proses tempering dengan pendinginan yang sama. Kata Kunci :Baja AISI 4140, Tempering, Hardening, Kekuatan Tarik 1.PENDAHULUAN Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain: komposisi kimia, perlakuan panas, cairan pendingin, temperatur pemanasan dan lain-lain.kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi akan tergantung pada temperatur pemanasan (temperatur autenitis ing), holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal bagian penampang yang menjadi keras panyak tergantung pada hardenability.perlakuan panas pada baja memegang peranan dalam upaya peningkatan kekerasan baja sesuai dengan kebutuhan. Proses ini meliputi pemanasan baja pada suhu tertentu, ditahan pada waktu tertentu dan didinginkan pada media tertentu pula. SINTEK VOL 7 NO 1 Page 58

2. DIAGRAM ALIR Baja HQ 7 Series AISI 4140 Preparasi spesimem Uji Komposisi Kimia Non Heat Treatment/ Material Dasar Proses Heat Treatment Hardening Temperatur = 850ºC Holding Time = 1 jam Pendinginan = air, oli Pengujian : Uji tarik Uji kekerasan Uji metalografi Tempering, Tempering = 600 0 C Holding time = 1 jam Pengujian : Uji kekerasan Uji metalografi Data Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 2.1 Diagram alir penelitian 3. METODE PENELITIAN Dengan melakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing specimen SINTEK VOL 7 NO 1 Page 59

4. DATA HASIL PENELITIAN 4.1 Data Hasil Uji Komposisi Kimia Data hasil uji komposisi kimia menggunakan metode SPARK OES, komposisi kimianya dapat dilihat dalam table 4.1 dengan kesimpulan bahwa specimen uji termasuk baja karbon sedang Tabel 4.1 hasil uji komposisi kimia Unsur Kadar % C 0,4 Si 0,28 Mn 0,74 P 0,09 Si 0,025 Cr 1,95 Ni 0,08 Mo 0,19 Al 0,034 Cu 0,19 4.2.Data Hasil Uji Tarik Pengujian ini menggunakan mesin UPM 1000 pada skala beban 10 kn (untuk spesimen raw material) dan 25 kn (untuk spesimen hardening) dimana benda yg dipakai adalah baja HQ 7 AISI 4140 dengan menggunakan standar pengujian ASTM A 370 Spesimen 1 : Raw material (non heat treatment) menghasilkan bentuk patahan star fracture, patahan penampang berbentuk cup-cone tetapi terdapat sobekan tak beraturan pada sisi penampang ukur dan butirannya seperti kristal. Spesimen 2 : dengan pemanasan pada temperature 850 C, holding time 60 menit. Dilakukan Quenching air menghasilkan patahan pada permukaan penampang tampak rata, ini menunjukkan bahwa spesimen mengalami patah getas (brittle fracture) Specimen 3 : dengan pemanasan pada temperature 850 C, holding time 60 menit. Dilakukan Quenching oli menghasilkan patahan seperti spesimen 2 yaitu : patahan pada permukaan penampang tampak rata, ini menyatakan bahwa spesimen mengalami patah getas (brittle fracture). Gambar 4.1 Spesimen yang telah diuji tarik SINTEK VOL 7 NO 1 Page 60

Tabel 4.2 hasil uji tarik Kode Penampang Panjang Gaya saat Gaya maksimum Perubahan spesimen spesimen yield Fm (KN) Panjang lo (mm²) bulat, do (mm) Fy (KN) L (mm) 1 12,3 50 119 127 10 2 12,6 50 175 190 1 3 12,55 50 * 122,5 1 *) tidak terukur Spesimen 1 Perhitungan luas penampang : Perhitungan tegangan tarik : Perhitungan tegangan yield : Perhitungan regangan : Diatas dilakukan pada spesimen lainnya, hasil perhitungan dapat dilihat dalam tabel pengolahan data uji tarik sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil pengolahan data Kode Spesimen Luas penampang awal, Ao (mm 2 ) Tegangan yield σy (N/mm 2 ) Tegangan tarik σ uts (N/mm 2 ) Regangan saat patah e (%) 1 118,76 1002,02 1069,38 20 2 124,62 1404,26 1524,63 2 3 123,63 * 990,85 2 *) tidak terukur SINTEK VOL 7 NO 1 Page 61

4.3 Data Hasil Uji Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan metode Rockwell pada beban 150 kgf, indentor intan 120 dan pre load 10 kgf. Posisi pengujian sebagai mana pada gambar 4.2 19,3 1 2 18,8 5 19,0 19,1 4 3 19,6 22mm Gambar 4.2 Contoh pengujian kekerasan Rockwell Hasil pengujian sebagaimana table 4.4 di bawah ini Tabel 4.4 Hasil Uji Kekerasan Rockwell (HRc) Kode Spesimen Nilai kekerasan HRc Nilai kekerasan 1 2 3 4 5 rata-rata (HRc) 1 19,3 18,8 19,6 19,1 19,0 19,2 2 36,4 37,0 36,1 35,6 35,2 36,06 3 34,7 34,0 34,2 35,0 34,3 34,44 4 37,6 38,5 38,1 38,0 38,1 38,06 5 34,5 34,6 34,7 35,0 34,9 34,74 4.4 Data Hasil Pengamatan Struktur Mikro Pengujian metalografi dilakukan dengan metode pengujian ASTM E 407-93 Gambar 4.3 Foto struktur mikro spesimen 1, fasa perlit dan ferit etsa nital 2% SINTEK VOL 7 NO 1 Page 62

Gambar di atas menunjukkan Foto struktur mikro spesimen 1 (raw material), terlihat bahwa struktur yang terbentuk pada spesimen ini adalah pearlite (pada gambar berwarna hitam atau gelap) dan ferrite (pada gambar berwarna terang) walau terdapat sedikit martensite yang terbentuk. Hal ini dikarenakan pada spesimen ini masih murni (raw material) tetapi terbentuknya martensite dikarenakan baja ini merupakan bja karbon sedang yang karbonnya berkisar 0,40% C. Oleh karena itulah terdapat unsur martensite pada spesimen ini walau pun tidak dominan namun berpengaruh pada kekerasan material. Gambar 4.4 Foto struktur mikro spesimen 2, fasa martensite dan etsa nital 2% Gambar di atas menunjukkan foto struktur mikro spesimen 2 (Quenching air), terlihat pada gambar tersebut struktur mikro yang terbentuk adalah martensite (bentuk jrum) lebih dominan dibanding dengan bainit (berwarna putih) sehingga menghasilkan kekerasan yang tinggi, hal ini dikarenakan pada spesimen 2 mengalami proses hardening dan dilakukan pendinginan dengan media air sehingga spesimen berubah menjadi keras dan mengalami patah getas (brittle fracture). Karena pendinginan dengan menggunakan media air sangat mempengaruhi stuktur mikro yang terbentuk berubah menjadi martensite dikarenakan air merupakan media pendingin kejut yang baik sehingga merubah spesimen menjadi getas. Gambar 4.5 Foto struktur mikro specimen 3, fasa martensite etsa nital 2% SINTEK VOL 7 NO 1 Page 63

Gambar di atas menunjukkan foto struktur mikro speimen 3 (Quenching oli), terlihat pada gambar struktur mikro yang terbentuk adalah martensite (bentuk jrum) dan sedikit bainit (putih) sehingga mengakibatkan kekerasan dari spesimen mengalami peningkatan dan pada uji tariknya juga menghasilkan patah getas (brittle fracture) dibandingkan dengan spesimen non heat treatment dan spesimen proses temper. Spesimen 3 dengan spesimen 2 sama-sama mengalami patah getas karena mengalami proses pendinginan kejut. Karena oli dan air mempengaruhi terbentuknya struktur martensite pada spesimen setelah mengalami proses hardening kemudian didinginkan dengan media oli dan air. Gambar 4.6 Foto struktur mikro spesimen 4, fasa martensite temper etsa nital 2% Gambar di atas menunjukkan foto struktur mikro spesimen 4 (temper air), terlihat pada gambar struktur mikro yang terbentuk adalah kristal martensite tampak lebih halus dibandingkan dengan spesimen 5 (temper oli), sehingga nilai kekerasannya mengalami peningkatan dibandingkan dengan sampel 5. Hal ini dikarenakan pendinginan air lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pendinginan yang menggunakan media pendingin oli. Karena itu spesimen yang menggunakan media pendingin air lebih getas dari pada pendinginan dengan oli. Gambar 4.7 Foto struktur mikro spesimen 5, fasa martensite temper etsa nital 2% SINTEK VOL 7 NO 1 Page 64

kekuatan luluh σy(n/mm 2 ) kekuatan tarik σu (N/mm 2 ) Gambar di atas menunjukkan foto struktur mikro spesimen 5 (temper oli), terlihat pada gambar struktur mikro yang terbentuk adalah kristal martensite tampak lebih besar dibandingkan dengan sampel nomor 4 sehingga nolai kekerasannya menurun. Hal ini disebabkan karena mmedia pendinginan oli pada sampel 5 tidak lebih bagus dengan sampel 4 (pendinginan air) sehingga mengakibatkan nilai kekerasannya menurun. 4.5 PEMBAHASAN 4.5.1 Pembahasan Uji Tarik Dari table 4.3 hasil pengujian tarik selanjutnya dimasukkan ke dalam diagram batang seperti di bawah ini: 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2, 1524.63 3, 990.85 1, 1069.38 0 1 2 3 spesimen Gambar 4.8 Diagram kekuatan tarik Data dari hasil`pengujian menunjukkan nilai kekuatan tarik spesimen 1 (non heat treatment) dengan spesimen 2 (quenching oli) mengalami peningkatan yaitu 455,25 N/mm 2 atau 29,85%, hal ini disebabkankarena pengaruh dari quenching oli sehingga spesimen 2 kekuatan tariknya lebih besar, sedangkan nilai kekuatan tarik untuk spesimen 1 (non heat treatment) dengan spesimen 3 (quenching air) mengalami penurunan sebesar 78,53 N/mm 2 atau 7,34%, hal ini dikarenakan spesimen 3 (quenching air) menjadi getas daripada spesimen 1 (non heat treatment) dan spesimen 2 (quenching oli) 1500 1404,26 1000 500 0 1002,02 0 0 1 2 3 spesimen Diagram kekuatan luluh Gambar 4.9 SINTEK VOL 7 NO 1 Page 65

nilai kekerasan rata-rata (HRc) elongasi e (%) Data dari hasil pengujian menunjukkan spesimen1 (non heat treatment) dengan spesimen 2 (quenching oli) mengalami peningkatan sebesar 402,24 N/mm 2 atau 28,64%, sedangkan untuk spesimen 1 (non heat treatment) dengan spesimen 3 (quenching air) mengalami penurunan 1002,02 N/mm 2 atau 100% penurunan. Karena pada spesimen 3 (quenching air) kekuatan luluhnya tak terukur oleh mesin uji tariknya. Hal ini di sebabkan karena spesimen 3 (quenching air) terlalu getas. 25 20 20 15 10 5 0 2 2 0 1 2 3 spesimen Gambar 4.10 Diagram regangan Data dari hasil pengujian menunjukkan nilai regangan pada spesimen 1 (non heat treatment) terhadap spesimen 2 (quenching oli) dan spesimen 3 (quenching air) samasama mengalami penurunan sebesar 90%. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari quenching oli dan quenching air terhadap material 1 dan 2 sehingga elongasi yang di dapatkan tidak signifikan. 4.5.2 Pembahasan Uji Kekerasan Dari tabel 4.4 hasil pengujian kekerasan selanjutnya dimasukkan ke dalam grafik seperti di bawah ini: 40 30 36,06 34,44 38,06 34,74 20 10 0 19,2 0 1 2 3 4 5 spesimen Gambar 4.11 Diagram kekerasan SINTEK VOL 7 NO 1 Page 66

Data dari hasil pengujian kekerasan menunjukkan nilai kekerasan rata-rata untuk spesimen 1 (non heat treatment) dengan spesimen 2 (quenching air) mengalami peningkatan sebesar 16,86 HRc. Untuk spesiment 1 (non heat treatment) terhadap spesimen 3 (quenching oli) juga mengalami peningkatan nilai kekerasan yaitu 15,24 HRc. Untuk spesiment 3 (quenching oli) terhadap spesimen 5 ( oli temper) mengalami peningkatan namun tidak signifikan sebesar 0,3 HRc. Sedangkan untuk spesimen 2 (quenching air) terhadap spesimen 4 (air temper) juga mengalami peningkatan sebesar 2 HRc. 4.5.3 PEMBAHASAN PENGAMATAN STRUKTUR MIKRO Pada foto struktur mikro baja karbon medium dengan spesimen 1 seperti dilihat pada gambar 4.3 terlihat bahwa struktur yang berbentuk adalah pearlite (berwarna hitam atau gelap) dan ferrite (berwarna terang) walau ada sedikit martensit yang terbentuk. Pada foto struktur mikro baja karbon medium dengan spesimen 2 seperti dilihat pada gambar 4.4 bahwa struktur yang terbentuk adalah martensit (bentuk jrum) lebih dominan dibandingkan dengan bainit (putih) sehingga menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi dan juga menghasilkan patah getas (brittle fracture) Pada foto struktur mikro baja karbon medium dengan spesimen 3 seperti dilihat pada gambar 4.5 bahwa struktur yang terbentuk adalah martensite (bentuk jrum) dan sedikit bainit (putih) sehingga mengakibatkan kekerasan dari spesimen mengalami peningkatan dan pada uji tariknya menghasilkan patah getas (brittle fracture) dibandingkan dengan spesimen non heat treatment dan spesimen proses temper. Pada foto struktur mikro baja karbon medium dengan spesimen 4 seperti dilihat pada gambar 4.6 terlihat bahwa struktur yang terbentuk adalah kristal martensite tampak lebih halus dibandingkan dengan spesimen 5, sehingga nilai kekerasannya naik dibandingkan sampel 5. Pada foto struktur mikro baja karbon medium dengan spesimen 5 seperti dilihat pada gambar 4.7 terlihat bahwa stuktur yang terbentuk adalah kristal martensite tampak lebih besar dibandingkan dengan sampel 4, sehingga nilai kekerasannya menurun. 5.1. KESIMPULAN a. Pengaruh quenching terhadap sifat mekanis dan struktur mikro yaitu peningkatan pada nilai kekerasan dan kekuatan tarik, sedangkan kekuatan luluhnya tidak terukur kerena spesimen terlalu getas dibandingkan dengan spesimen non heat treatment. b. Pengaruh quenching oli terbentuknya struktur martensit sehingga spesimen menjadi keras. Sedangkan untuk quenching air memiliki sifat mendinginkannya yang teratur dan lebih cepat. Spesimen yang didinginkan dengan air akan membentuk struktur kristal martensit yang lebih dominan dibandingkan quenching oli, sehingga spesimen menjadi lebih keras sekitar 1,62 HRc dibandingkan quenching oli. c. Spesimen hasil quenching oli memiliki kuat tarik maksimum 1524,63 N/mm 2, serta tingkat kekerasannya sebesar 34,44 HRc dan untuk sampel hasil quenching SINTEK VOL 7 NO 1 Page 67

air memiliki kuat tarik maksimum 990,85 N/mm 2, serta tingkat kekerasannya sebesar 36,06 HRc. Regangan sama-sama 2% dan kekuatan luluh untuk quenching oli 1404,26 N/mm 2 sedangkan kekuatan luluh quenching air tidak terukur karena memiliki sifat getas, sedangkan struktur mikro keduanya sama yaitu martensit. d. Pengaruh temper 600 o terhadap sifat mekanis dan struktur mikro dalam pengujian ini kurang berpengaruh untuk penurunan nilai kekerasan, kekuatan tarik, regangan dan kekuatan serta struktur mikro menghasilkan struktur martensit temper saja jika dibandingkan dengan spesimen hasil hardening. e. Spesimen hasil temper ini kurang sesuai diaplikasikan pada komponen roda gigi, poros batang penggerak dan sebagainya. Dengan melihat sifat-sifat mekanis hasil karakterisasi di atas. 5.2. SARAN Agar penelitian yang selanjutnya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik, penulis memberikan masukan saran sebagai berikut: a. Tujuan perlakuan panas (heat treatment) akan dapat dicapai sesuai karakteristik bahan dan jenis-jenis perlakuan. Jenis perlakuan sangat dipengaruhi oleh suhu panas yang ditentukan dari kadar karbon dan unsur lainnya. b. Dimensi spesimen disesusuaikan dengan kemampuan alat uji. Pemanasan spesimen dalam dapur harus waktu penahanannya. Saat mendinginkan dalam bak oli dicelupkan tegak lurus dan dibiarkan menggantung dalam media. c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variasi suhu dan waktu tahan dalam proses perlakuan panas sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal untuk meningkatkan sifat mekanis d. Perlu adanya penelitian lanjut yang variabel kontrolnya lebih lengkap dengan melihat tegangan dalamnya (internal stress) DAFTAR REFERENSI 1. Amanto, Hari. ilmu bahan, Bumi Aksara, Jakarta, 1999. 2. Djafrie, Sriati, Teknologi Mekanik Jilid I, Erlangga, Jakarta 1992 3. George E. Dieter, Sriati Djafri. Metalurgi Mekanik, Erlangga, Jakarta 1993. 4. Http.//encarta.msn.Com/,US 5. Http://www.google.co.id/gambar 6. Japanesse Standard Association, JIS HANDBOOK, Ferrous Materials and Metallurgy, japan 1998 7. Schonmetz, Gruber. Pengetahuan Bahan dalam Pengerjaan Logam, Aksara, Bandung, 1985. 8. Supardi, Edih. Pengujian Logam, Angkasa, Bandung, 1999. 9. Suratman, Rochim. Ilmu Proses Perlakuan panas, Bandung, Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung, 1994. 10. Surdia T, Saito S. Pengetahuan Bahan Teknik, PT. Pradnya Paramita Cetakan Ke Dua, Jakarta 1992 11. Vlack, Van. Ilmu dan Teknologi Bahan, Erlangga, Jakarta, 1992 SINTEK VOL 7 NO 1 Page 68

SINTEK VOL 7 NO 1 Page 69