BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dilakukan agar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam konteks Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. aset berharga dalam proses pembangunan bangsa dalam berbagai aspek. Idealnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang bersangkutan di mana anak didik belajar. Di sekolah inilah anak

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an Allah menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat. martabat orang yang berilmu. Oleh karena itu Allah berfirman :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dimana anak didik belajar. Proses belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resti Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan serta isi yang harus dipelajari; sedangkan pelajaran adalah proses yang terjadi dalam interkasi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Sehingga tanpa kurikulum sebagai sebuah rencana, pembelajaran atau pengajaran tidak akan efektif, demikian juga tanpa pembelajaran atau pengajaran sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan berhasil. Perubahan kurikulum pendidikan dari masa ke masa mengidentifikasi, bahwa pemerintah tidak mempunyai rencana jangka panjang untuk membangun kualitas pendidikan di Indonesia. Dapat di nilai bahwa hampir setiap periode kekuasaan atau setiap pergantian menteri pendidikan di Indonesia akan muncul kurikulum baru. Pada lembaga-lembaga pengajaran di Indonesia yang cenderung mengarahkan peserta ajar untuk sekedar tahu dan hafal mengenal ha-hal yang berkenaan dengan lingkungan agar hasil ujiannya baik (poerwati dan amri 2013 : 114). Budaya pendidikan di Indonesia yang bersifat guru memberi, murid menerima atau guru memerintahkan, murid 1

2 melaksanakan turut mendukung keterpurukan sistem pendidikan. Masalah yang sering terjadi adalah selama proses belajar mengajar, para guru memotivasi muridnya agar rajin belajar, banyak menghafal, mendapat nilai bagus, dalam ulangan, menjadi pintar, agar ketika lulus cepat mendapatkan pekerjaan. Akibat yang ditimbulkan dari budaya pendidikan yang demikian itu adalah pembentukan karakter siswa yang pasif, tidak mengembangkan pikiran, bermental kuli (mengerjakan sesuatu harus dengan perintah), dan akhirnya ketika lulus dari sekolah berorientasi menjadi pegawai itulah sebagian akibat apabila kurikulum 2013 kurang berjalan efektif di dunia pendidikan. Dengan demikian indonesia akan ketinggalan jauh dari negaranegara maju lainnya dan Jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia semakin lama semakin meningkat, tetapi angka sarjana pengangguran di Indonesia semakin meningkat pula, sehingga problematika penerapan kurikulum di Indonesia harus segera di tuntaskan karena pendidikan adalah kunci utama untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang berbasis saintifik-integratif tersebut sangat diperlukan karena akan mengasah kreativitas peserta didik. Penekanan pada keterampilan dengan saintifik yaitu: mengamati (observising), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating) dan mengkomukisikannya (Networking). Keunggulan kurikulum 2013 yang istimewa bukan saja dari pembelajarannya melainkan juga dari dari kompetensi kelulusan yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya, penilaian tersebut meliputi aspek pengeatahuan, aspek sikap, dan aspek religius.

3 Sehingga kurikulum 2013 sebagai pengganti KTSP diyakini akan membawa perubahan yang lebih baik dengan berbagai keunggulannya. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum 2013 yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU RI Nomor 20 Tahun 2003) akan dapat direalisasikan. Pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana terumus dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, yang berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Maka kurikulum harus mampu mengantar anak didik mencapai tujuan pendidikan tersebut. Kurikulum menjadi instrumen strategis untuk mengaktualisasi potensi diri baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pergantian kurikulum perlu mengikuti perkembangan dan kebutuhan siswa untuk menjadi manusia yang hidup sesuai tuntutan zaman. Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan nasional yang sangat penting. Sebab salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana

4 tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU SISSIKNAS, 2003:12). Akan tetapi dalam pelaksanaanya, meskipun PAI telah dimasukan kedalam kurikulum nasional namun di sekolah masih menemui kendala, sebagaimana dikutip: Sudijarto (1999: 3) Pendidikan nasional belum sepenuhnya mampu mengembangkan manusia Indonesia yang religius, berakhlak, berwatak kesatria dan patriorik. Husni Rahim: Penyampaian materi PAI di sekolah oleh guru-guru yang diberikan kepada siswa hanya sebatas teori, padahal yang diperlukan adalah suasana keagamaan (Republika, 2000: 18) Nurcholis Majid : kegagalan pendidikan agama disebabkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya, (pikiran rakyat 30 juni 2003). Selanjutnya Abdul Majid dan Dian Andayani (2005: 171) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam sebagaimana pendapat di atas, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Kualitas dan kuantitas kompetensi guru agama yang masih rendah 2. Proses belajar mengajar sampai saat ini hanya sekedar mengejar target

5 pencapaian kurikulum 3. Pembelajaran PAI yang bukan diarahkan pada penguasaan dan pencapaian kompetensi, melainkan hanya terfokus pada aspek kognitif saja. 4. Alokasi waktu yang tersedia sangat sedikit sedangkan muatan materi sangat banyak. 5. Terbatasnya sarana dan prasarana 6. Penilaian hanya sekedar terfokus pada aspek kognitif. Usaha untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam senantiasa terus dikembangkan melalui pengkajian berbagai komponen pendidikan, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan ajar, manajemen pendidikan, prosesnya belajar mengajar dan lain-lain sudah banyak dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memajukan pendidikan nasional dan meningkatkan hasil pendidik tidak terkecuali bidang Pendidikan Agama Islam. Perbaikan dan penyempurnaan sistem pembelajaran merupakan upaya yang paling nyata dalam meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator kemajuan dan kualitas pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan sekolah, agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar

6 mengajar yang mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pembelajaran sebagai sebuah proses yang diharapkan dapat menghasilkan proses belajar yang menarik dan menjadikan proses hasil belajar mengajar lebih berdaya guna terutama untuk peserta didik Penerapan kurikulum 2013 di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto sudahlah sangat tepat karena selain mereka diberi materi pelajaran mereka juga dituntut aktif dalam berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya, apa lagi untuk pelajaran PAI seringkali praktek di depan teman-temannya, sehingga mereka bukan lagi hanya menghafal namun di harapkan memahami betul setiap materi terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru guna ilmu yang pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto memliki tiga Guru PAI yang mengajarkan pelajaran berbeda-beda karena PAI disana dibagi menjadi lima yaitu Ibadah, Kemuhammadiyahan, al-qur an, Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Setiap pelajaran PAI berlangsung siswanya pun sangat antusias dibuktikan dengan mereka sangat memperhatikan dan mendengarkan dari apa yang guru sampaikan bahkan tak segan bertanya bila ada yang sekiranya belum jelas atau dipahami. Karena menurut penulis guru PAI di sana sangat dekat dengan siswanya sehingga mampu membuat suasana pembelajaran lebih menarik dengan strategi pembelajaran yang beliau miliki tentulah berbeda-beda dalam setiap penyampaiannya. Sementara itu, berdasarkan hasil observasi selama tiga bulan dari tanggal 5 Agustus sampai 3 November 2015 di sekolah SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto cukup menarik untuk diteliti, pihak sekolah sebenarnya masih

7 menggunakan kurikulum KTSP pada mata pelajaran umum, namun khusus untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam diwajibkan menggunakan kurikulum 2013 bahkan sudah berjalan selama 2 tahun. Kendala-kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan kurikulum 2013 berdasarkan hasil observasi sementara antara lain: (1) Terbatasnya media pembelajaran, (2) Kurangnya alokasi waktu, (3) Tingkat keaktifan siswa yang kurang merata. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dengan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul Problematika Penerapan 2013 terhadap Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto sebagai tugas akhir dibangku kuliah Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah: 1. Apa Problematika Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apa Upaya Untuk Mengatasi Problematika Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian adalah: Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

8 1. Untuk mengetahui Problematika Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016 2. Untuk mengetahui Upaya untuk Mengatasi Problematika Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2015/2016 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru PAI Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi guru PAI di SMK Muhammadiyah 1 Puwokerto dalam upaya penerapan kurikulum 2013 di setiap pembelajaran PAI yang sesuai dengan rencana pembelajaran. b. Bagi peserta didik 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu 2. Siswa mampu menjalin kerjasama dan saling menyampaikan pendapatnya 3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan 4. Siswa lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena

9 materi mudah dipahami sehingga diharapkan dapat di terapkan dalm kehidupan sehari-hari. c. Bagi sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan pembelajaran PAI.