BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

FORUM KABUPATEN/KOTA DI DIY

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KAJIAN PANGAN LOKAL DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah 506,85 km 2

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Tabel 1.1 Data Jenis Kawasan di Bantul

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

20. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

BAB III TINJAUAN TENTANG OBSERVATION TOWER DI BUKIT HARGODUMILAH, PERBATASAN KABUPATEN BANTUL DAN GUNUNGKIDUL, DIY

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

4 KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN OBJEK A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Alam Sumber data yang di dapat dari Disdukcapil Kab. Bantul. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan: a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia c. Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul d. Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" - 08 00' 27" Lintang Selatan dan 110 12' 34" - 110 31' 08" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km 2 (15,90 5 dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km 2 (17,73 % dari seluruh wilayah). 49

50 Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km 2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km 2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Tata Guna Lahan : a. Pemukiman : 3.927,61 Ha (7,75 %) b. Sawah : 15.879,40 Ha (31,33 %) c. Tegalan : 6.625,67 Ha (13,07 %) d. Hutan : 1.385 Ha (2,73 %) e. Kebun Campuran : 16.599,84 (32,75%) f. Tanah Tandus : 543 (1,07%) g. Lain-lain : 5.724,48 (11,30%)

51 Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu: a. Sungai Oyo : 35,75 km b. Sungai Opak : 19,00 km c. Sungai Code : 7,00 km d. Sungai Winongo : 18,75 km e. Sungai Bedog : 9,50 km f. Sungai Progo : 24,00 km Gambar 4.1

52 2. Pemerintahan Terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, 933 Dusun. 3. Kependudukan Hasil Registrasi Peduduk Tahun 2015 a. Total Penduduk (Jiwa) 919.440 jiwa b. Kepala Keluarga (KK) 299.772 kk c. Mutasi Penduduk Tahun 2011 1) Lahir (L) 9.499 = 0.94 % 2) Datang (D) 14.358 = 1.41 % 3) Mati (M) 4.578 = 0,45 % 4) Pergi (P) 11.350 = 1,12 % d. Kenaikan Penduduk = - e. Kenaikan Alami (L-M) = 7.929 f. Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 2.012,93 B. Penggunaan Lahan Berdasarkan Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030 rencana pola ruang Kabupaten Bantul terdiri atas:

53 a. Kawasan Lindung Kabupaten Rencana pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten meliputi: 1) Kawasan hutan lindung Penyebaran kawasan hutan lindung meliputi Desa Dlingo, Desa Mangunan, Desa Muntuk, Desa Jatimulyo, Desa Temuwuh, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, dan Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan. 2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu kawasan resapan air. 3) Kawasan perlindungan setempat. Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau perkotaan kabupaten. 4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 5) Kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan kekeringan. b. Kawasan budidaya Kabupaten Rencana pengembangan kawasan budidaya Kabupaten terdiri atas:

54 1) Kawasan peruntukan hutan rakyat. Kawasan peruntukan kehutanan (hutan rakyat) direncanakan seluas kurang lebih 8.545 Hektar atau 16,86% dari luas wilayah Kabupaten Bantul. 2) Kawasan peruntukan pertanian. Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan peternakan. Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten direncanakan seluas kurang lebih 13.324 Hektar atau 26,29%. Kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten direncanakan seluas kurang lebih 5.247 Hektar atau 10,35% dari luas wilayah Kabupaten Bantul. c. Kawasan peternakan di Kabupaten direncanakan sebagai berikut: 1) Peternakan itik di Kecamatan Kretek, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Sanden; 2) Peternakan sapi perah di Kecamatan Srandakan, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Jetis, dan Kecamatan Sedayu; 3) Peternakan sapi potong tersebar di hampir seluruh kecamatan; 4) Peternakan babi di Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kasihan; 5) Peternakan kambing tersebar di hampir seluruh kecamatan; 6) Peternakan kerbau di Kecamatan Sanden dan Kecamatan Banguntapan; dan 7) Peternakan kelinci di Kecamatan Sanden

55 d. Kawasan peruntukan perikanan e. Kawasan peruntukan pertambangan f. Kawasan peruntukan industri g. Kawasan peruntukan pariwisata h. Kawasan peruntukan permukiman i. Kawasan peruntukan lainnya (lihat Tabel 4.1) Tabel 4.1

56 C. Potensi Pengembangan Wilayah Secara geografis dan administratif Kabupaten Bantul memiliki potensi pengembangan, hal ini berdasarkan: 1. Batas wilayah yang tidak berbatas secara fisik, meski terdapat ring road namun perkembangan saat ini telah melewati batas tersebut, 2. Topografi kawasan yang relatif datar, 3. Tidak terdapat kendala terhadap kawasan resapan air, 4. Banyaknya daerah wisata yang belum tergarap secara optimal untuk pengembangan sektor hotel dan restoran. Sesuai Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030, potensi pengembangan kawasan di Kabupaten Bantul dilakukan dengan penetapan kawasan strategis kabupaten yang meliputi kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosio-kultural, dan pengembangan kawasan strategis lingkungan hidup. Kawasan strategis ekonomi kabupaten meliputi: 1. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY); 2. Kawasan Strategis Bantul Kota Mandiri (BKM); 3. Kawasan Strategis Pantai Selatan,Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo;

57 4. Kawasan Strategis Industri Sedayu; dan 5. Kawasan Strategis Industri Piyungan. Sedangkan kawasan strategis sosio kultural kabupaten meliputi Kawasan Strategis Desa Wisata dan Kerajinan Gabusan Manding Tembi (GMT) dan Kasongan Jipangan Gendeng Lemahdadi (Kajigelem). Dan kawasan strategis lingkungan hidup kabupaten meliputi: 1. Kawasan Strategis Agrowisata di Kecamatan Dlingo dan Agropolitan di Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo; dan 2. Kawasan Strategis Gumuk Pasir Parangtritis yang berfungsi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. D. Kondisi Ekonomi Perekonomian Kabupaten Bantul pada tahun 2013 berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,46%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 5,34% dan merupakan capaian yang tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sembilan sector mengalami pertumbuhan positif. Sumber menguatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2013 di Kabupaten Bantul terutama didukung oleh kinerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan

58 komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa yang mengalami laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tahun 2012. Adapun sektor pertanian dan sector industri pengolahan sebagai penyumbang terbesar dalam aktivitas perekonomian Kabupaten Bantul mengalami perlambatan laju pertumbuhan. Nilai tambah dari kedua sektor ini dalam menyumbang perekonomian Kabupaten Bantul tidak sebaik tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, Bantul belum mengalami perubahan dan masih didominasi oleh empat sektor meliputi sektor pertanian sebesar 19,84% industri pengolahan sebesar 18,77% perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18,33%; serta sektor jasa-jasa sebesar 15,23%. Grafil 4.1

59 Kondisi ekonomi Kabupaten Bantul pada tahun 2013 juga ditandai dengan terjadinya transformasi struktural yaitu pergeseran struktur ekonomi yang ditandai dengan pergeseran peranan lapangan usaha pada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah: 1. Sektor primer yang terdiri dari lapangan usaha (1) pertanian dan (2) pertambangan dan penggalian. S 2. Sektor sekunder yang terdiri dari lapangan usaha (1) industri pengolahan; (2) listrik, gas, dan air bersih; dan (3) bangunan. 3. Sektor tersier yang terdiri dari lapangan usaha (1) perdagangan, hotel, dan restoran; (2) pengangkutan dan komunikasi; (3) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan (4) jasa-jasa. Peran sektor primer dan sekunder mengalami penurunan dan sudah mengalami pergeseran ke arah sektor tersier. (Grafik 4.1) Berdasarkan Grafik 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan perekonomian di Kabupaten Bantul menunjukkan perkembangan yang positif, khususnya pada sektor tersier sebagai sektor yang memiliki peran terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Bantul. Sedangkan sektor primer menunjukkan pertumbuhan yang kontraktif yang didominasi oleh penurunan kontribusi dari sektor pertanian.

60 E. Teknologi Informasi Pemanfaatan teknologi informasi oleh Pemerintah Kabupaten Bantul juga berfungsi sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat, di antaranya melalui: 1. Pemanfaatan media telematika, seperti: SMS Center, email dan informasi melalui website daerah (www.bantulkab.go.id), sub domain tiap SKPD, Warintek (Warung Informasi dan Teknologi), dan Teleconference (rapat komprehensif dan rapat Forkopinda). 2. Pemanfaaatan media elektronika, seperti siaran informasi dan komunikasi melalui televisi (Taman Gabusan dan Gardu Projotamansari) serta dialog interaktif di RRI dan Bantul FM. 3. Pemanfaatan media cetak, seperti Jurnal Riset Daerah, buletin serta beberapa leaflet program-program kegiatan dari setiap SKPD.

61 Tabel 4.2 Media Komunikasi Pemerintah dan Masyarakat No. Media Uraian 1. SMS Center Januari sd Desember: 818 SMS 2. Siaran Taman Gabusan TYRI Yogyakarta 3. Website daerah (www.bantulkab.go.id) 48x siaran di studio dan 2x diluar studio 33 sub domain dengan 242.435 pengunjung berasal dari 62 negara 4. Dialog Interaktif Radio Bantul FM 5. Jurnal riset daerah Sumber: Bapedda 2014 (data diolah) Setiap SKPD 10x siaran menyampaikan program pemerintah Penerbitan 3 edisi regular (bulan April, Agustus, dan Desember) dan Edisi Khusus Tahun 2013 ada 12 tema penelitian sains dan 13 penelitian terapan/teknologi tepat una F. Potensi Unggulan dibidang Perindustrian Lokasi dan jenis industri yang tersebar di Kabupaten Bantul cukup bervariasi. Jenis industri yang ada meliputi industri logam mesin, industri kimia, aneka industri, industri hasil pertanian, dan kehutanan. Secara umum industri yang terdapat di Kabupaten Bantul merupakan industri kecil, sedangkan untuk industri besar jumlahnya tidak banyak. Sentra terbanyak adalah untuk industri aneka, sedangkan industri yang menyerap tenaga kerja banyak adalah industri kecil dan industri aneka (lihat Tabel 4.3).

62 Tabel 4.3 Industri Unggulan Kel.Ind KBLI Lokasi Kec Bahan Baku Lokal(%) Tenaga Kerja (Org) Nilai (US$Juta) %Total Ekspor Ekspor Growth (%) Negara Tujuan Trend Unggulan: Pakaian Jadi 18101 Mebel Kayu 36101 Andalan: Produk Tekstil Lainnya Kerajinan Kertas Diunggulkan: Kerajinan Batu dan Gerabah 17211 Sumber: Bapedda 2014 Imogiri, Bantul, Kasihan Bantul, Sewon, Kasihan Bangunt apan 100 3.112 14,526 26,72 120 100 1.729 4,235 7,72 7 21019 100 2.740 2,963 5,54 0,1 Kasihan, Piyungan Bangunt apan 100 5.203 1,154 2,12 150 United Kingdom, Perancis, USA, Belanda USA, Jerman, Perancis, Turki USA, Austrlia, Jerman, Perancis, Turki Korea, Inggris, Belanda, Vietnam, Thailand naik naik naik naik Komoditas terpilih industri kecil diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu komoditas unggulan, komoditas andalan, dan komoditas yang diunggulkan. Penentuan komoditas industri terpilih tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Komoditas unggulan: pemakaian bahan baku lokal >70%, menyerap tenaga kerja (padat karya), nilai ekspor >US$1 juta, tujuan ekspor >3 negara, pertumbuhan ekspor >10% selama lima tahun terakhir

63 2. Komoditas andalan: pemakaian bahan baku lokal 60-69%, menyerap tenaga kerja (padat karya), nilai ekspor US$0.5-1 juta, dengan tujuan ekspor dua negara, pertumbuhan ekspor 5-10% selama lima tahun terakhir; 3. Komoditas yang diunggulkan: pemakaian bahan baku lokal 50-59%, menyerap tenaga kerja (padat karya), nilai ekspor <US$0.5 juta, tujuan ekspor satu negara, dan pertumbuhan ekspor <5% selama lima tahun terakhir. Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pengembangan sektor industri adalah kurangnya daya saing hasil industri pada pasar internasional, yang disebabkan oleh antara lain standar mutu dan desain yang belum dapat dicapai oleh para pengrajin serta kondisi penurunan permintaan pangsa pasar akibat dari penurunan perekonomian global. Sementara itu pasar domestik kurang berkembang akibat kondisi perekonomian domestik yang kurang stabil. Peningkatan daya saing dapat diintervensi melalui penyediaan sarana penunjang produksi (bahan, modal, teknologi), kemampuan inovasi desain, finishing, dan packing serta perluasan jaringan pemasaran. G. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan perekonomian daerah secara umum dapat dilihat melalui indikator perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB per kapita (Tabel 4.4 dan Tabel 4.6)

64 Tabel 4.4 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto (Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000) Kabupaten Bantul Tahun 2012-2013 No Lapangan Usaha PDRB (juta Rp) Sumber: BPS, 2014 **) Angka sangat sementara Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa empat sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pertanian; industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan data perkembangan PDRB tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Bantul relatif stabil. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul pada tahun 2013berdasarkan harga konstan sebesar 5,46%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2012 sebesar 5,34%. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Tabel 4.5. 2012 (%) PDRB (juta Rp) 2013**) (%) 1 Pertanian 955.730 21,72 969.910 19,84 2 Pertambangan dan 39.568 0,9 40.539 0,83 3 Industri Pengolahan 692.762 15,74 715.653 18,77 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 40.373 0,92 43.132 1,07 5 Bangunan 511.749 11,63 538.336 11,65 6 Perdagangan, Hotel, dan 901.754 20,49 969.070 18,33 7 Pengangkutan dan 333.271 7,57 357.152 7,19 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 305.347 6,94 333.732 7,09 9 Jasa-jasa 619.758 14,09 672.852 15,23 PDRB 4.400.313 100,00 4.640.376 100,00

65 Tabel 4.5 Pertumbuhan PDRB (Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000) Kabupaten Bantul Tahun 2012-2013 No Tahun Harga Berlaku Harga Konstan tahun Nilai Pertumbuh Nilai Pertumbuh (Juta Rp) an (%) (Juta Rp) an (%) 1 2012 11.242.15 11,34 4.400.313 5,34 2 2013**) 12.716.74 13,12 4.640.376 5,46 Sumber: BPS, 2013 **) Angka sangat sementara Dari tahun ke tahun pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul selalu dipicu oleh beberapa sektor yang memiliki pertumbuhan tinggi. Pada tahun 2013 sektor yang memiliki kecenderungan pertumbuhan paling tinggi adalah sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut jaga memberi pengaruh terhadap peningkatan PDRB per kapita di Kabupaten Bantul. Perkembangan PDRB per kapita selama dua tahun terakhir disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Perkembangan PDRB Per Kapita (Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000) Kabupaten Bantul Tahun 2012-2013 No Tahun Harga Berlaku Harga Konstan tahun 2000 Nilai (Rp) Pertumbuhan Nilai (Rp) Pertumbuhan 1 2012 12.114.961 10,31 4.741.942 4,37 2 2013**) 13.551.037 11,85 4.944.813 4,28 Sumber: BPS, 2013 **) Angka sangat sementara