para1). BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

Usia yang Tinggal di Panti Werdha

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

sebaya, dan masyarakat. Hubungan ini dikaji sebagai bentuk kegiatan yang diikuti para lansia dalam kehidupan sehari hari. Pada umumnya, hubungan sosia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa bayi adalah periode dalam hidup yang dimulai setelah kelahiran dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB III ALASAN PENITIPAN ORANG TUA DI PANTI JOMPO OLEH ANAK. A. Gambaran Umum Panti Tresna Werdha Hargodedali Surabaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata, saat seseorang telah disebut lanjut usia (lansia) (Psychologymania, n.d., Pengertian lansia, para 2). Di Indonesia, kata lansia lazim digunakan untuk menyebut orang yang lanjut usia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur yang dihimpun Yayasan Gerontologi Abiyoso Propinsi Jawa Timur, terlihat jumlah penduduk Lansia di Jawa Timur 2005 mengalami kenaikan sekitar 0,1 persen atau 90.484 jiwa. Hal ini menunjukkan kenaikan dari tahun 2005 yaitu berjumlah 3.832.295, sedangkan pada tahun 2004 berjumlah 3.741.811 jiwa (Esha, 2006, Lansia di Jawa Timur Naik 90 Ribu Jiwa, para1). Pemerintah menunjukkan perhatiannya kepada para lansia melalui adanya peraturan tentang pendirian panti sosial yang didasarkan atas Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan kehidupan bagi orang-orang jompo. Kehidupan orang-orang jompo menjadi salah satu tanggung jawab negara Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh Menteri Sosial yang mengeluarkan Keputusan RI No.3/1/50/107/1979 tentang pemberian kehidupan bagi orang-orang usia lanjut (www.kemsos.go.id). Di sisi lain, pemerintah juga memperhatikan bagaimana orang-orang jompo yang sudah renta tetap mendapatkan hak mereka serta diperhatikan aspek psikisnya yakni kesejahteraan. Hal ini 1

2 didukung dengan adanya Undang-Undang RI No.6 tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Gayatri, 2010. Panti Jompo, Tempat Membuang Mereka yang Renta, para 3). Saat ini panti werdha sudah semakin banyak ditemui, terutama di kota besar seperti kota Surabaya. Ada panti werdha di kota Surabaya yang dikelola oleh negeri, swasta dan juga pribadi. Jika menginginkan panti werdha dengan fasilitas yang bagus maka biaya yang dikeluarkan juga mahal. Lalu ada pula panti werdha yang gratis dan semua biaya operasionalnya bergantung pada donatur. Memasuki masa tua adalah masa ketika semua orang berharap menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Menurut Duvall (dalam Suprajitno, 2003) tahap perkembangan lansia adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangan; adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi seperti kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga; mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dan melakukan life review. Dari definisi itu, bisa disimpulkan bahwa keluarga merupakan salah satu tempat bagi lansia untuk dapat memenuhi tahap perkembangan yang dibutuhkan. Dalam hal ini, lansia benar-benar membutuhkan keluarga untuk melewati masa hidupnya. Beradaptasi dengan kondisi fisik dan ekonomi yang mulai menurun. Lalu lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan bergantung kepada keluarga. Tidak hanya ingin bergantung kepada keluarga, tetapi lansia membutuhkan keluarga yang mampu membuat mereka beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.

3 Pada kenyataannya banyak lansia yang tidak tinggal bersama keluarga dan dimasukkan ke panti werdha. Dewasa ini, ada kecenderungan pada masyarakat untuk memisahkan orangtua dengan menitipkan orangtua atau anggota keluarga lanjut usia untuk tinggal di panti-panti jompo milik pemerintah atau swasta (Gayatri, 2010. Panti Jompo, Tempat Membuang Mereka yang Renta, para 3). Hal ini bukan semata-mata karena keluarga merasa bahwa lansia merepotkan, tetapi ada hal-hal lain yang membuat keluarga terpaksa memasukkan orangtua ke panti werdha seperti alasan kesibukan bekerja, tidak ada yang merawat, berpikir bahwa panti werdha adalah tempat terbaik karena mendapat pelayanan, pengawasan serta temanteman yang sebaya. Kenyataannya, ada juga lansia yang tinggal di panti jompo atas keputusan sendiri. Dari data awal yang peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan salah satu penghuni panti yang tidak memiliki anak, diketahui bahwa Saya masuk ke sini karena saya tidak punya anak. Saya ini sudah menikah tapi tidak punya anak. Saya masuk ke sini waktu usia saya 65 tahun. Sekarang saya berusia 70 tahun. Tinggal di panti ini sudah empat tahun sejak suami saya meninggal. Saya punya saudara, saya anak keempat dari enam bersaudara. Saudara saya yang lain sudah menikah dan punya anak... Dari wawancara yang peneliti lakukan, didapatkan bahwa saat ini informan merupakan seorang janda dan tidak memiliki anak sehingga tidak ada keluarga yang merawat pada saat melewati hari tua. Menurut Indrizal (2005), lansia tanpa anak bisa diartikan dengan lansia yang sudah menikah namun tidak memiliki anak. Bisa juga lansia yang tidak menikah atau lajang. Bisa juga, lansia yang mempunyai anak, tetapi tidak mendapat dukungan secara moril dan materi. Lansia yang tidak

4 memiliki anak biasanya pada masa tua akan memilih tinggal di panti werdha atau bersama sanak saudara terdekat. Ada juga yang oleh pihak keluarga dimasukkan ke panti werdha karena tidak ada yang merawat. Lansia yang tinggal di panti werdha membutuhkan dukungan sosial. Hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan oleh Saputri dan Indrawati (2001) menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah depresi pada lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Dukungan sosial yang diberikan pada lansia bisa berupa materi dan nonmateri seperti perhatian, kasih sayang, penerimaan, penghormatan, penghargaan dan cinta. Padahal dukungan yang diberikan oleh pihak panti masih belum mampu memenuhi dukungan dari orang-orang terdekat atau keluarga. Terlebih lagi bagi lansia yang tinggal di daerah yang menjunjung tinggi budaya ketimuran yaitu anak harus berbakti kepada orangtua, semakin membuat lansia merasa tersisih dari keluarganya. Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar (Haryanto, 2009. Psikologi Lansia, para 18). Hubungan sosial dengan orang lain juga merupakan salah satu faktor yang terkait dengan perasaan bermakna dalam hidup. Lansia yang memiliki makna dalam hidupnya mampu hidup secara mandiri dan tidak terlalu bergantung pada keluarga, memiliki hubungan yang dekat dengan

5 keluarga serta memiliki teman dan sahabat sebagai wadah untuk bersosialisasi di luar rumah (Bastaman, 2007). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, lansia yang tinggal di panti membayar biaya yang cukup mahal, maka bisa dipastikan bahwa fasilitas yang didapatkan juga sesuai dengan yang diinginkan. Kondisi panti bersih dan nyaman, ada perawat, ada psikolog, aktivitas yang dilakukan juga terjadwal dan teratur. Apabila lansia tinggal di panti yang tidak perlu membayar tiap bulannya, maka kegiatan dan aktivitas yang dilakukan juga terbatas. Aktivitasnya bebas, kurang terarah, senam 3 kali seminggu dan kegiatan sehari-harinya mandi, makan dan tidur. Fasilitas dan aktivitas yang ada di panti werdha biasanya juga dipengaruhi oleh biaya. Dari informasi yang peneliti dapat melalui pembicaraan dengan pihak panti, ada panti werdha di Surabaya yang tidak mengizinkan para lansia untuk beraktivitas seperti menjahit, bahkan hal sederhana seperti memegang gunting. Pihak panti memberikan aturan tersebut dengan pertimbangan keselamatan penghuni panti dan juga lansia sendiri. Sesungguhnya di sisi lain, lansia membutuhkan kegiatan yang mereka sukai untuk mengisi waktu luang di masa tua. Lansia membutuhkan aktivitas yang sesuai dengan usianya agar tetap aktif dan merasa berguna. Batasanbatasan yang diberikan oleh pihak panti terkadang membuat lansia menjadi tertekan. Harvey (2001) juga mengatakan bahwa lansia yang masuk ke dalam panti jompo dan lembaga-lembaga sejenis, biasanya merasa seperti tawanan yang berada didalam sel penjara. Lansia harus mengikuti semua aturan yang diberikan oleh lembaga dan tidak memiliki kebebasan. Terlebih lagi bagi lansia yang suka beraktivitas pada masa mudanya. Salah satu bagian penting dari perawatan yang baik adalah adanya kesempatan bagi penghuni untuk bisa mengambil keputusan dan memiliki

6 kendali atas hidup mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh O Connor & Vallerand (1998) dari 129 penghuni rumah perawatan dengan tingkat menengah, lansia yang memiliki harga diri lebih tinggi tidak mengalami depresi, memiliki kepuasan yang lebih tinggi, makna hidup lebih tinggi dan tidak mungkin meninggal dalam empat tahun ke depan. Hal ini mungkin karena penyesuaian psikologis memotivasi lansia untuk hidup dan merawat diri mereka secara lebih baik (Papalia, Olds, & Feldman, 2009: 424). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa lansia yang tinggal di tempat perawatan atau panti werdha membutuhkan kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan tidak sepenuhnya diatur oleh pihak panti. Menurut Hurlock (1980:432), ada beberapa kerugian dan keuntungan bagi lansia yang tinggal di panti werdha. Keuntungan bagi lansia di antaranya adalah makanan tersedia dengan biaya yang memadai, memiliki teman yang dapat menghilangkan kesepian, kemungkinan memiliki teman seusia, dan kesempatan untuk diterima oleh teman yang seusia. Kerugian yang ada di antaranya adalah biaya yang dikeluarkan lebih mahal, makanan yang tersedia kurang menarik, pilihan makanan tidak banyak dan sering terulang, tempat tinggal yang cenderung lebih kecil dari rumah yang dulu, berhubungan dan menetap dengan orang yang tidak menyenangkan. Dari beberapa penelitian yang sebelumnya kebanyakan penghuni institusi perawatan memiliki keberagaman. Kebanyakan memiliki masalah penglihatan atau pendengaran. Lebih dari setengah terganggu secara kognitif. Secara rata-rata, mereka perlu bantuan untuk empat atau lima ADL (Activity Daily Life) dasar, yaitu: mandi, makan, berpakaian, duduk, ke toilet, dan berjalan (Papalia dkk., 2009: 423).

7 Pada masa lansia biasanya terjadi perubahan pada beberapa aspek seperti penurunan fisik, kognitif, dan juga relasi sosial. Penurunan yang terjadi menimbulkan keterbatasan bagi para lansia. Fungsi penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, perabaan dan lebih sensitif terhadap rasa sakit. Mulai melemahnya kondisi fisik sehingga harus bergantung pada orang lain. Ada pula penurunan secara motorik seperti menurunnya kekuatan otot yang membuat lansia lebih mudah merasa capek dan kecepatan bergerak juga bisa menurun, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar hal baru, dan juga kekakuan dalam bergerak. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki menyebabkan lansia mulai mengurangi aktivitas sosialnya. Hal ini membuat lansia kehilangan peran di masyarakat. Padahal di masa tuanya lansia tetap membutuhkan sosialisasi yang aktif. Hidup yang hampa, gersang dan membosankan terjadi panti Werdha X. Panti ini menerima lansia yang tidak memiliki anak dan keluarga yang merawat. Pada tanggal 21 Pebruari 2014 peneliti melakukan wawancara dengan penghuni panti Werdha X yang berusia 70 tahun dan sudah tinggal selama 5 tahun. Dalam wawancara ini ditemukan bahwa Awalnya saya senang masuk ke sini, banyak teman yang seusia. Lama-kelamaan jadi tidak suka, sekarang merasa bosan. Tidak suka dengan teman-teman di panti karena lamakelamaan mulai kelihatan sifatnya. Kelihatan sifat aslinya suka bohong. Untuk apa bohong? Bohong tidak ada gunanya. Bosan tinggal disini. Keinginan sekarang ya menunggu kematian. Di samping itu peneliti juga melakukan observasi pada saat melakukan wawancara dengan informan. Pada saat ditanya keinginan informan sekarang, ia menjawab dengan meneteskan air mata. Suasana yang terlihat

8 di panti juga sangat sepi seperti di rumah sakit. Kondisi yang ada di panti tersebut kelihatan dalam beraktivitas sudah tidak ada gairah dan seperti tidak memiliki makna hidup. Walaupun demikian, masa tua bukanlah hal yang perlu ditakutkan. Bahkan bagi beberapa orang, masa tua merupakan masa seseorang pensiun dari kegiatan yang terlalu padat dan melelahkan tubuh. Menurut Bastaman (2007: 210), masa tua memberikan kesempatan bagi lansia untuk memberikan perhatian pada kondisi kesehatan, serta menjalin hubungan yang lebih dekat dengan keluarga dan para sahabat. Setiap orang memiliki makna hidup yang berbeda-beda termasuk lansia karena makna hidup merupakan hal yang sangat personal. Bahkan ada beberapa orang, yang ketika ditanya mengenai tujuan hidup, kebingungan untuk menjawabnya. Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007) kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting, berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Sebaliknya, ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi kebermaknaan hidup biasanya menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Menurut Frankl (dalam Bastaman, 2007), makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan-tidak saja dalam keadaan normal dan menyenangkan, tetapi juga dalam keadaan sakit, bersalah, dan kematian. Makna hidup merupakan hal yang penting bagi lansia. Melalui pemaknaan hidup, lansia bisa mengetahui tujuan hidupnya dan merasa nyaman serta bahagia untuk menjalani hidup.

9 Dengan melihat fenomena di atas maka penelitian ini penting untuk dilakukan. Penelitian ini dapat digunakan untuk melihat makna hidup pada lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha. Fenomena lansia yang tinggal di panti werdha sudah banyak diteliti, namun ternyata penelitian yang membahas mengenai makna hidup pada lansia yang tinggal di panti werdha dan tidak memiliki anak masih belum banyak dibahas. Penelitian ini juga memberikan gambaran akan makna hidup lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha. 1.2. Fokus Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna hidup wanita lansia yang tinggal di panti werdha dan tidak memiliki anak. Pertanyaan penelitian yang ingin diungkapkan melalui penelitian ini adalah: Bagaimana makna hidup wanita lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha? Dalam menjawab pertanyaan mengenai makna hidup wanita lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha, dibutuhkan adanya informan penelitian yang sesuai. Tipe informan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah wanita lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran makna hidup pada wanita lansia tanpa anak yang tinggal di panti werdha.

10 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah informasi dalam ilmu psikologi terutama dalam psikologi well-being dan psikogeriatri. Penelitian ini juga diharapkan dapat melihat relevansi antara teori dan kenyataan saat ini. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi informan Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wanita lansia untuk mengetahui makna hidup ketika saat ini tinggal di panti werdha. Makna hidup juga dapat membuat wanita lansia lebih memaknai hidupnya melalui tujuan hidup. Hal ini dapat membuat wanita lansia merasa lebih nyaman dan bahagia untuk menjalani hidup. 2. Bagi pihak panti Penelitian ini diharapkan dapat membuat pihak panti mengetahui pentingnya makna hidup pada wanita lansia yang tidak memiliki anak agar lebih memperhatikan tujuan hidup lansia sehingga diharapkan wanita lansia yang berada di bawah asuhannya bisa mengetahui membantu mengembangkan makna hidup lansia. 3. Bagi pemerhati lansia Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerhati wanita lansia untuk mengetahui hal apa saja yang dapat membuat lansia merasakan hidupnya bermakna sehingga wanita lansia yang tidak memiliki anak bisa semangat dalam menjalani hidup dan juga berbahagia. 4. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat yang memiliki orangtua atau keluarga yang sudah lansia agar mempertimbangkan perawatan yang diberikan didalam keluarga maupun didalam institusi agar

wanita lansia tetap merasa nyaman dan bahagia dalam menjalani kehidupan sehingga menemukan makna hidupnya. 11