BAB I PENDAHULUAN. terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi penerusnya. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh Ratna Novita Punggeti

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber- sumber dalam mencapai keunggulan serta mendapatkan

Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pemuda dan Olahraga untuk menyusun dan merumuskan.kebijakan

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

PERAN SERTA PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT. Abstract

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

Individu, Keluarga dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Berbagai bidang kegiatan yang ada dapat dijadikan sebuah

No wirausaha tangguh. Berbagai negara telah menerapkan program pemberdayaan wirausaha muda misalnya semacam business incubator yang mampu meny

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. Salah satu wacana yang menarik dalam studi globalisasi adalah hipotesis tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoansyah, 2016

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

PEDOMAN PELAKSANAAN PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang tepat ketika sempitnya lahan di kota-kota besar untuk membangun UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagian besar rakyatnya berkecimpung di dunia pendidikan. Maka dari. menurut Undang-undang Sisdiknas tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya remaja merupakan suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi penerusnya. Hal ini dapat dimengerti karena remaja diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus. Di dalam masyarakat, remaja merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa. Karena remaja sebagai harapan bangsa, dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai jiwa remaja akan menguasai masa depan. Ada beberapa hal mengenai kedudukan remaja dalam pertanggung jawabannya atas tatanan masyarakat, yaitu kemurnian idealismenya, keberanian serta keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai atau gagasan-gagasan yang baru, semangat pengabdiannya, spontanitas, dinamikanya, inovasi dan kreativitasnya, kieinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru, keteguhan janjinya serta keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri, masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakanya dengan kenyataan yang ada. Sedangkan potensi remaja pada umunya yaitu Idealis, daya kritis, dinamika, kreatifitas, keberanian mengambil resiko, optimis, kegairahan 1

2 semangat, sikap kemandirian, disiplin murni, terdidik, keanekaragaman dalam persatuan kesatuan, patriotisme dan nasionalisme. Dalam Undang-Undang kepemudaan No.40 Tahun 2009 menurut Kementrian Kepemudaan dan Olahraga, menyatakan bahwa remaja mempunyai : 1. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat. 2. bahwa dalam pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan nasional. 3. bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, diperlukan pemuda yang berakhlak mulia, sehat, tangguh, cerdas, mandiri, dan professional. 4. bahwa untuk membangun pemuda, diperlukan pelayanan kepemudaan dalam dimensi pembangunan di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa : Pembangunan Kepemudaan Bertujuan Untuk : Terwujudnya pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum remaja di Indonesia mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, ada yang pendidikanya sampai tinggat perguruan tinggi, ada yang sampai tingkat SMA, ada pula yang tingkat SMP, SD, bahkan ada juga yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Tetapi walaupun latar belakang mereka berbeda-beda tetapi semua remaja di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin menjadi generasi penerus yang berguna bagi nusa dan bangsa. Tidak semua remaja mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi, tetapi itu tidak menyurutkan niat

3 mereka untuk menjadi generasi penerus yang baik. Oleh sebab itu dikala waktu luangnya kebanyakan dari mereka mengisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, salah satunya yaitu olahraga, disamping menyehatkan badan olahraga juga bisa menambah banyak teman, dan tidak sedikit juga remaja yang mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak baik seperti menggunakan narkoba, minum-minuman keras, sampai seks bebas. Pada awalnya remaja memandang sebelah mata pada kegiatan olahraga, mereka selalu meremehkan kegiatan olahraga, tapi itu dulu pada saat mereka belum tahu betapa arti pentingnya kesehatan, beda dengan sekarang, remaja pada saat ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan olahraga karena menurutnya olahraga bukan hanya kesehatan semata namun dengan melakukan olahraga mereka bisa bersosialisasi dengan banyak orang. Kegiatan olahraga yang dilakukan remaja rata-rata untuk mengisi waktu luang, dengan mengikuti berbagai macam jenis kegiatan olahraga, tetapi kebanyakan dari mereka lebih berminat untuk mengikuti olahraga futsal. Hal ini disebabkan karena futsal merupakan olahraga yang dilakukan secara bersamasama, tempatnya pun bisa dimana saja baik dilapangan futsal itu sendiri maupun dilapangan sepak bola. Remaja dalam mengikuti olahraga futsal didorong karena adanya motivasi yang merupakan salah satu aspek kejiwaan. Motivasi remaja dalam mengikuti olahraga futsal terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik adalah dorongan yang bersumber dari dalam diri seseorang yang

4 menyebabkan berpartisipasi dalam suatu aktivitas, motivasi intrinsik remaja dalam mengikuti olahraga futsal yaitu adanya rasa ingin mengikuti olahraga futsal dari dalam diri remaja itu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, rasa ingin tahu bagaimana olahraga futsal, rasa ingin menambah teman, dan rasa ingin kesehatannya menjadi lebih baik. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang bersumber dari luar yang menyebabkan seseorang berpartisipasi dalam suatu aktivitas, motivasi ekstrinsik remaja dalam mengikuti olahraga futsal yaitu adanya ajakan dari teman, dorongan dari orang tua, dan adanya uang saku tambahan. Remaja Desa Bayur Lor memilih waktu luangnya dengan mengikuti olahraga futsal, karena olahraga futsal adalah olahraga yang termasuk baru dalam dunia olahraga di Indonesia khususnya didaerah Cilamaya Karawang, pada saat ini olahraga yang paling banyak digemari oleh kalangan remaja adalah olahraga futsal, karena merupakan olahraga yang populer, olahraga yang menyenangkan, dan membuat jiwa raga sehat, hal ini yang membuat remaja termotivasi untuk mengikuti olahraga futsal. Setiap remaja yang mengikuti olahraga futsal memiliki motivasi yang berbeda-beda, ada yang untuk kesenangan semata, ada yang berdasarkan hobi, ada juga yang sekedar ingin mencoba olahraga futsal. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh dan menyusun laporan penelitian mengenai PROFIL MOTIVASI REMAJA DESA BAYUR LOR DALAM MENGIKUTI OLAHRAGA FUTSAL DI CILAMAYA KARAWANG

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbulah pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran motivasi remaja Desa Bayur Lor terhadap olahraga futsal? 2. Motivasi apa yang dominan dalam aktivitas olahraga futsal yang dilakukan remaja Desa Bayur Lor? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai gambaran motivasi remaja Desa Bayur Lor dalam mengikuti olahraga futsal. 2. Ingin mengetahui motivasi yang dominan dalam aktivitas olahraga futsal remaja Desa Bayur Lor. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat dijadikan sebagai masukkan bagi semua pihak. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis diharapkan menjadi bahan masukkan terhadap remaja Desa Bayur Lor agar lebih termotivasi dalam mengikuti olahraga futsal di Cilamaya Karawang.

6 2. Secara praktis bagi penulis bisa memperoleh data dan gambaran setelah melakukan penelitian tentang profil motivasi remaja Desa Bayur Lor dalam mengikuti olahraga futsal di Cilamaya Karawang. E. Definisi Operasional 1. Profil Profil adalah suatu gambaran yang mencakup antara lain: biografi, raut, potret, siluet, dan kontur. 2. Motivasi Motivasi adalah proses aktualisasi energi psikologis yang dapat menggerakan seseorang untuk beraktivitas, sekaligus menjamin keberlangsungan aktivitas tersebut, dan juga menentukan arah aktivitas terhadap pencapaian tujuan. Pengertian menurut Hidayat (2008), proses aktualisasi dari sumber penggerak atau pendorong tersebut. 3. Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

7 4. Desa Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. 5. Olahraga Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. 6. Futsal Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masingmasing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima

8 pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepak bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari kata Spanyol atau Portugis, football dan sala.