IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

dokumen-dokumen yang mirip
*keperluan korespondensi, telp/fax : ,

*keperluan korespondensi, telp/fax: ,

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Keperluan korespondensi, HP: ,

Indonesia. *Korespondensi, telp , ABSTRAK

*Keperluan korespondensi, telp: ,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Keperluan korespondensi, telp: , ABSTRAK

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

Surakarta, Indonesia. *Keperluan korespondensi, telp/fax: (0271) , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Keperluan korespondensi, HP : ,

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Naba Hamida*, Bakti Mulyani 2, dan Budi Utami 2 1 Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE PAIR CHECKS MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INQUIRY TERBIMBING DILENGKAPI KEGIATAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL PADA POKOK BAHASAN PEMISAHAN CAMPURAN

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia 2

* Keperluan korespondensi, Telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

*Keperluan korespodensi,

*Keperluan korespondensi, HP ,

*Keperluan korespondensi, HP ,

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

Keperluan korespondensi: ,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

Analisis kebutuhan siswa terhadap pembelajaran fisika berbasis inkuiri di sekolah menengah atas

Keperluan korespondensi, telp: , ABSTRAK

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYATERHADAP KEBUTUHAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN SRAGEN

*Keperluan korespondensi, HP : ,

*KeperluanKorespondensi, telp: ,

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

* Keperluan korespondensi,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

*Keperluan korespondensi, telp: ,

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami No.36A, Surakarta, Indonesia 57126

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

* Keperluan Korespondensi, HP , ABSTRAK

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

STUDI KOMPARASI TIPE STAD DAN TGT PADA MATERI KOLOID DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2011/2012

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

Indonesia. *Korespondensi, telp , ABSTRAK

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dyah Muawiyah, Budi Utami *, dan Bakti Mulyani. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Rizky Puspitadewi 1,*, Agung Nugroho Catur Saputro 2 dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan memberikan dampak besar terhadap kemajuan sistem pendidikan terutama pada

*Keperluan korespondensi, HP: ,

Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

*Keperluan korespondensi, HP: ,

*Keperluan korespodensi, tel: ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI LABORATORIUM TERHADAP PEMBELAJARAN KIMIA SMA

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

Keperluan korespondensi, HP : , ABSTRAK

*Keperluan korespondensi, HP: ,

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah ISSN Volume 2 Nomor 2, November 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

*Keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

Transkripsi:

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 1 Tahun 01 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 71-77 ISSN 337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID Addini Rohmawati 1, *, Mohammad Masykuri dan Suryadi Budi Utomo 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakrta, Indonesia *keperluan korespondensi, telp/fax : +8587454734, email: addinirohmawati@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa media laboratorium riil lebih baik daripada media laboratorium virtual dalam pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi pada materi pokok sistem koloid untuk prestasi kognitif maupun afektif siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 013/ 014 yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan uji t- pihak kanan, data yang diperoleh sebelumnya harus memenuhi uji prasyarat yaitu meliputi uji homogenitas, uji normalitas dan uji t-matching. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium riil lebih baik dibandingkan penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium virtual pada pokok bahasan sistem koloid terhadap dari prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan menggunakan uji t- pihak kanan dengan taraf signifikan 5%. Hasil prestasi belajar kognitif diperoleh t hitung > t tabel (,93 > 1,994) dan hasil prestasi belajar afektif t hitung > t tabel (,4 > 1,994). Kata Kunci: inkuiri bebas termodifikasi, laboratorium riil, laboratorium virtual, prestasi belajar, sistem koloid PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dan akan terus berkembang seiring berjalannya zaman. Masalah mutu pendidikan Indonesia merupakan salah satu masalah yang harus segera diselesaikan. Undang-undang nomor 0 tahun 003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Implementasi undang-undang nomor 0 tahun 003 dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah tersebut memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan [1]. Standar isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada standar kompetensi lulusan, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, prinsip pembelajaran menekankan perubahan paradigma, di antaranya: siswa diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu, guru sebagai satu-satunya sumber 71

belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran [1]. Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik []. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Penggunaan proses pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan generasi yang berkualitas pula. Proses pembelajaran yang berkualitas juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Koloid merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran kimia yang mempelajari tentang pencampuran zat-zat. Materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Materi ini sangat memerlukan pemahaman konsep, tidak sekedar dihafalkan, namun pada kenyataannya siswa hanya sekedar menghafal tanpa memahami materi tersebut secara mendalam, seperti yang terjadi di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran kimia di sekolah tersebut sebesar 75 termasuk materi pokok sistem koloid. Namun dari 175 siswa hanya 7% siswa yang telah mencapai KKM tersebut, dengan kata lain masih terdapat 33% siswa yang belum mencapai KKM. Penemuan konsep pada materi tersebut masih belum diimplementasikan secara maksimal sehingga hasil pembelajaran kurang memuaskan. Penerapan pendekatan tekstual dan pembelajaran verbalisme selama proses pembelajaran perlu dirubah menjadi pendekatan proses ilmiah dan keterampilan aplikatif sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna. Dalam konteks tersebut, diperlukan penerapan model pembelajaran yang sesuai untuk memaksimalkan proses penemuan konsep. Sesuai dengan karakteristik kimia sebagai bagian dari natural science, pembelajaran kimia harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Penguatan pendekatan ilmiah (scientific) diperlukan adanya penerapan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning). Pembelajaran berbasis inquiry merupakan model pembelajaran saintifik yang yang menerapkan langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data/ informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan []. Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Siswa berinisiatif untuk 7

mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasanpenjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari ata eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas. Berdasarkan penelitian yang sebelumnya tentang implementasi pembelajaran sains berbasis inkuiri dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran yang sesuai untuk memotivasi siswa selama pembelajaran. Bahkan, inkuiri bukan hanya memotivasi siswa tetapi juga dapat memotivasi guru [3]. Pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya yaitu, inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) [4]. Inkuiri bebas termodifikasi merupakan salah satu jenis model pembelajaran inkuiri yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar. Pada model pembelajaran ini, guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. Selain pemilihan model pembelajaran, media pembelajaran juga diperlukan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas. Model pembelajaran dan media pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan agar pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran inkuiri menerapkan langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah sehingga penggunaan laboratorium dapat digunakan sebagai media pendukung. Penelitian sebelumnya tentang penerapan inkuiri bebas termodifikasi menggunakan media lab riil dan lab virtual diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar kognitif siswa dengan lab riil lebih tinggi daripada siswa yang menggunanakan lab virtual [5]. Laboratorium dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu laboratorium riil dan laboratorium virtual. Laboratorium riil merupakan tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahanbahan riil untuk melakukan percobaan dan praktikum []. Siswa melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari teori yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa dapat terlibat aktif selama proses pembelajaran. Sehingga dapat mengasah kemampuan keterampilan siswa. Namun apabila alat-alat dan bahan-bahan sungguhan tidak tersedia di laboratorium, siswa dapat melakukannya dengan media laboratorium virtual. Laboratorium ini berupa software yang dijalankan oleh sebuah komputer. Semua peralatan yang diperlukan oleh sebuah laboratorium terdapat dalam software tersebut. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penyampaian konsep akan diterima siswa dengan baik bila disajikan dalam bentuk animasi, grafik, atau video. Dengan demikian, penerapan laboratorium virtual dengan menggunakan media animasi flash dapat meningkatkan kualitas proses belajar sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna [7]. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar pada semester genap Tahun Ajaran 013/014. Waktu penelitian pada bulan April 014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan rancangan perluasan One Shot Case Study. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling [8]. Kelima kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar tersebut diambil secara random kelas yaitu kelas eksperimen I (Media 73

Laboratorium Riil) dan kelas eksperimen II (Media Laboratorium Virtual). Selanjutnya dilakukan uji normalitas keadaan awal siswa untuk mengetahui apakah kedua sampel yang akan diambil sebagai kelas eksperimen berasal dari populasi normal atau tidak [9]. Hasil uji normalitas terangkum pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Normalitas Keadaan Awal Kelas Nilai L Kesimpulan XI IPA 3 0,0 Normal XI IPA 4 0,09 Normal Sedangkan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang akan diambil sebagai kelas eksperimen berasal dari sampel yang variannya homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas keadaan awal siswa [9]. Hasilnya terlihat pada Tabel. Tabel. Uji Homogenitas Varian Keadaan Awal Kelas χ hitung Kesimpulan XI IPA 3 dan XI IPA 4 0,43 Homogen Uji keseimbangan (t-matching) untuk mengetahui keadaan awal yang sama (seimbang) antara siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 [10]. Data untuk menguji keadaan awal siswa menggunakan nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Hasil t-matching terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3. Uji Keseimbangan t hitung t tabel Kesimpulan -1,34 t hitung > -1994 H o diterima t hitung < 1,994 (kemampuan seimbang) HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah prestasi belajar kognitif pada materi pokok sistem koloid. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen I (media laboratorium riil) dan kelas eksperimen II (media laboratorium virtual). Jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini 3 siswa dari kelas XI IPA 4 dan 3 siswa dari kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Karanganyar tahun ajaran 013/ 014. Untuk lebih jelasnya dibawah ini disajikan data penelitian dari masingmasing variabel. 1. Data prestasi belajar kognitif Pada kelas eksperimen I, nilai terendah dari prestasi belajar kognitif siswa adalah 7, nilai tertinggi 9 dan rata-rata 83,33. Kelas eksperiment II, nilai terendah adalah 7, nilai tertinggi 9 dan nilai rata-rata 80,. Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar kognitif untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II materi pokok sistem koloid dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 1. Tabel 4. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Interval Nilai Tengah Eksperimen I (Media Laboratorium Riil) Frekuensi Eksperim,en II (Media LaboratoriumVirtual) 7 74 73 1 (03 %) 7 (19 %) 75 77 7 5 (14 %) 5 (14 %) 78 80 79 8 ( %) 11 (31 %) 81 83 8 0 (00 %) 0 (00 %) 84 8 85 10 (8 %) 7 (19 %) 87 89 88 9 (5 %) 4 (11 %) 90 9 91 3 (08 %) (0 %) Jumlah 3 (100 %) 3 (100 %) 74

Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Konitif JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 5 No. 1 Tahun 01 Hal. 71-77 1 10 8 7 8 11 10 7 9 4 0 5 5 4 3 1 0 0 73 7 79 8 85 88 91 Nilai Tengah Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Gambar 1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif. Data prestasi belajar afektif Pada kelas eksperimen I, nilai terendah prestasi belajar afektif siswa adalah 14, nilai tertinggi 195 dan rataratanya 19,39 sedangkan pada kelas eksperimen II nilai terendahnya adalah 140, nilai tertinggi 181 dan rata-ratanya 157,53. Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar afektif siswa untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II pada materi pokok sistem koloid terdapat pada Tabel 5 dan Gambar. Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Interval Frekuensi Nilai Eksperimen I Eksperimen II Tengah (Media Laboratorium Riil) (Media Laboratorium Virtual) 140 147 143,5 3 (08 %) 11 (31 %) 148 155 151,5 9 (5 %) 7 (19 %) 15 13 159,5 7 (19 %) (17 %) 14 171 17,5 4 (11 %) 5 (14 %) 17 179 175,5 (17 %) 4 (11 %) 180 187 183,5 (0 %) 3 (08 %) 188 19 191,5 5 (14 %) 0 (00 %) Jumlah 3 (100 %) 3 (100 %) 1 11 10 8 4 0 9 7 7 5 5 4 4 3 3 0 143.5 151.5 159.5 17.5 175.5 183.5 191.5 Nilai Tengah Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Gambar. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif 75

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan dengan taraf signifikansi 5%. Sebelum dilakukan uji hipotesis data yang diperoleh harus memenuhi uji prasyarat terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil dari uji homogenitas kognitif dan afektif menunjukan bahwa varian pada sampel-sampel pada penelitian ini adalah homogen. Hasil dari uji normalitas pada kompetensi kognitif dan afektif menunjukan bahwa sampelsampel pada penelitian ini terdistribusi normal. Setelah prasyarat analisis terpenuhi, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Rangkuman hasil uji hipotesis aspek kognitif dan afektif berturut-turut terangkum dalam tabel dan tabel 7. Tabel.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Kognitif Kelas Rata-rata t Kelas Eksperimen I (Media laboratorium riil) 83,33,93 Kelas Eksperimen II (Media laboratorium virtual) 80,,93 Tabel 7.Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Afektif Kelas Rata-rata t Kelas Eksperimen I (Media laboratorium riil) 14,39,4 Kelas Eksperimen II (Media laboratorium virtual) 157,53,4 Hasil uji t-pihak kanan aspek kognitif dari kedua media tersebut menunjukkan bahwa T hitung >T tabel dengan nilai,93 > 1,994 yang berarti bahwa H o ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ratarata nilai kognitif siswa kelas eksperimen I (media laboratorium riil) lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata nilai kognitif siswa kelas eksperimen II (media laboratorium virtual). Besarnya rataan prestasi belajar kognitif siswa yang diajar dengan media laboratorium riil adalah 83,33. Sedangkan besarnya rataan prestasi siswa yang diajar dengan media laboratorium riil adalah 80,. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua media tersebut dalam pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi memberikan prestasi belajar yang baik dimana ratarata nilai untuk kedua kelas eksperimen telah mencapai batas ketuntasan minimal. Sedangkan persentase ketuntasan yang diperoleh kelas eksperimen I dan II berturut-turut sebesar 97,% dan 80,5%. Hasil uji t-pihak kanan afektif dari kedua media tersebut menunjukkan bahwa T hitung >T tabel dengan nilai,4 > 1,994 yang berarti bahwa H o ditolak. Hal ini membuktikan bahwa rata- rata nilai afektif siswa kelas eksperimen I (media laboratorium riil) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen II (media laboratorium virtual). Besarnya rataan prestasi belajar afektif siswa yang diajar dengan media laboratorium riil adalah 19,39, sedangkan besarnya rataan prestasi afektif siswa yang diajar dengan media laboratorium virtual adalah 157,53. Aspek afektif dalam penelitian ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan belajar secara optimal jika siswa tersebut tidak memiliki minat terhadap suatu mata pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Minat itu sendiri, membuat sikap, nilai, konsep diri dan moral siswa juga akan berpengaruh. Penilaian afektif tersebut menunjukan bahwa prestasi belajar afektif siswa dengan menggunakan media laboratorium riil lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar afektif siswa dengan menggunakan media laboratorium virtual. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Inkuiri 7

bebas termodifikasi dengan media laboratorium riil pada pokok bahasan sistem koloid memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan Inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium virtual, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan media laboratorium riil animasi lebih efektif dibandingkan penggunaan media laboratorium virtual dalam materi pokok sistem koloid pada kelas XI IPA SMA Negeri 1 Karanganyar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penggunaan media laboratorium riil lebih baik daripada penggunaan media laboratorium virtual [11]. Selain itu penelitian lain juga menunjukkan bahwa prestasi belajar kognitif dan afektif siswa dengan laboratorium riil lebih baik daripada laboratorium virtual [1]. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium riil lebih baik dibandingkan penggunaan model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi dengan media laboratorium virtual pada pokok bahasan sistem koloid terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Drs. H. Hartono, M.Hum., selaku kepala SMA Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan Bambang Asihno, S.Pd, M.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia yang telah memberi izin penulis menggunakan kelas yang diampu untuk penelitian dan seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. [3] Trna, J., Trnova, E., & Sibor, J. (01). Journal of Educational and Instructional Studies in The World. (4), 199-09. [4] Sanjaya, W. (014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. [5] Kristanti, A.A., Sunarno, W. & Suparmi. (01). Jurnal Inkuiri. 1 (), 105-111. [] Mujiyono. (005). Pengaruh Penerapan Laboratorium Riil dan Virtual pada Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Fisika ditinjau dari Kreativitas Siswa. Tesis Tidak Dipublikasikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. [7] Sutopo, H. (011). The International Journal of Multimedia & Its Applications (IJMA). 3 (1), -34. [8] Sugiyono. (013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta [9] Budiyono. (009). Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. [10] Sudjana. (00). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. [11] Saraswaty. S., Masykuri. M., & Utami, B. (014). Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 3 (1), 8-94. [1] Hamida, N., Mulyani, B., & Utami, B. (013). Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), (), 7-15. DAFTAR RUJUKAN [1] Permendikbud. (013a). Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. [] Permendikbud. (013b). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri 77