BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang terdapat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2009:3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dewasa akan mempengaruhi kehidupan masing-masing. keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpisah, melainkan dunia menjadi saraf global telekomunikasi dan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang serba canggih seperti saat ini, tentu saja manusia dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar dapat memaksimalkan perubahan yang terjadi saat ini. Perbaikan kualitas ini erat kaitannya dengan pendidikan, karena pendidikan memiliki kaitan yang sangat erat bagi proses perubahan manusia ke arah yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam menjadikan manusia berilmu, berbudaya, bertakwa serta mampu menghadapi tantangan masa yang akan datang. Pendidikan tersebut juga akan melahirkan peserta didik yang cerdas serta mempunyai kompetensi untuk dikembangkan ditengah-tengah masyarakat. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan perbaharuan sistem pendidikan. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2 Namun pada kenyataannya, pendidikan tidak berjalan dengan baik dan tidak jarang jauh dari apa yang diharapkan. Pendidikan yang terjadi masih kurang berjalan dengan baik dan jauh dari standar pengharapan yang kita inginkan. Standar pengharapan yang diinginkan pastinya pendidikan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan dari sistem pendidikan nasional itu sendiri serta menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Namun tidak terkecuali pada tingkat satuan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu instansi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi dan wadah transformasi. Sekolah yang termasuk sekolah bermutu juga didalamnya pasti terdapat seorang pendidik yaitu guru yang memiliki keterampilan mengajar yang baik. Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Keterampilan didalam mengajar salah satunya keterampilan dalam mengadakan variasi di dalam pembelajaran. Pendidikan di Indonesia mengenal 3 jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 26 Bandung didalamnya menyelenggarakan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah mata pelajaran yang memiliki peran dalam melancarkan proses pembelajaran dan peningkatan mutu sumber daya manusia di Indonesia. Pada mata pelajaran ini siswa dituntut untuk mengenal, menggunakan, dan

3 merawat peralatan Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi, serta menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan kemampuan diri. Pengembangan pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terbentur oleh beberapa kendala dan temuan di lapangan, salah satunya adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru tidak mendemonstrasikan materi dengan baik dan kurangnya inovasi dalam proses pembelajaran sehingga kurang menarik perhatian siswa. Kebiasaan penyampaian materi dengan guru sebagai sumber pembelajaran membuat pembelajaran tersebut berjalan monoton dan membosankan. Pembelajaran diberikan secara klasikal melalui metode ceramah dan praktikum langsung tanpa banyak melihat kemungkinan penerapan metode lain yang sesuai dengan jenis materi. Akibatnya siswa kurang berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut dan membuat siswa cenderung bosan dan kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan oleh guru, yang akan mempengaruhi hasil belajarnya. Hal yang sangat menonjol adalah siswa kurang kreatif, kurang terlihat dalam proses pembelajaran, kurang memiliki inisiatif dan konstribusi baik secara intelektual maupun emosional. Pertanyaan, gagasan dan pendapat dari siswa jarang muncul, kalaupun ada pertanyaan yang muncul jarang diikuti oleh pendapat lain sebagai respon. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut adalah dengan mengganti metode pembelajaran yang kurang relevan, dengan metode yang tepat diterapkan dalam pembelajaran. Harus ada interaksi sosial baik antara siswa yang satu dengan yang lain maupun antara siswa dengan guru untuk meningkatkan pengetahuan dalam menguasai materi pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tindakan tersebut akan membantu siswa dalam meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan yang telah terbina sebelumnya. Penggalian kemampuan yang terpendam yang dimiliki siswa harus dilakukan secara maksimal. Sebenarnya, setiap siswa mempunyai potensi untuk berkembang, namun terkadang potensi itu tidak tergali atau bahkan terabaikan. Hal ini disebabkan kurangnya inovasi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran.

4 Guru menjadi pusat pembelajaran, kegiatan tersebut berdampak pada perkembangan potensi murid tidak berjalan dengan baik dan murid menghasilkan hasil belajar yang kurang maksimal. Kondisi dilapangan yang dirasakan peneliti saat beberapa waktu lalu melakukan pendidikan pelatihan langsung di SMP Negeri 26 Bandung menunjukkan bahwa guru yang melakukan pembelajaran mata pelajaran TIK selalu menjadi pusat dari suatu kegiatan pembelajaran dan murid cukup dengan menerima. Hal itu berdampak pada kondisi kelas yang berjalan monoton. Murid tidak ikut berperan aktif didalam pembelajaran, yang kadang berdampak pada kondisi kelas yang berubah tidak kondusif. Hal ini jelas suatu masalah ditengah tuntutan kreatifitas dan peran aktif murid berpartisipasi di dalam kelas. Hasil belajar mata pelajaran TIK pun mendapatkan dampaknya dari hal tersebut. Pemahaman siswa mengenai pelajaran TIK tidak berjalan secara lancar dan mengakibatkan hasil belajar yang kurang maksimal. Murid menampakkan hasil belajar yang kurang maksimal malah cenderung mengecewakan. Hal ini dapat dilihat pada nilai siswa SMP Negeri 26 Bandung kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 bahwa kurang lebih sekitar 70% siswa yang ada menghasilkan nilai yang tidak melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal atau dengan kata lain belum tuntas dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hal tersebut jelas mengkhawatirkan ditengah tuntutan peningkatan mutu sumber daya manusia dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Menurut Surakhmad (1982 : 14) memaparkan tentang peran guru bahwa: Disinilah guru dibutuhkan. Ia dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Ia harus dapat memberikannya dalam situasi yang tertentu. Ia harus memberikan secara edukatif. Tegasnya ia harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif. Ia tidak memakai pendekatan otoriter yang hanya memerintah dan memaksa. Ia tidak sekedar menyuap anak didik dengan fakta dan informasi. Penyataan tersebut memaparkan bahwa peran guru itu bukan hanya sebagai pemberi didalam pembelajaran, namun pernyataan tersebut mengharapkan adanya peranan lebih dari guru. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut

5 ialah dengan cara mendesain pembelajaran TIK dengan baik salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan berinovasi. Guru diharapkan mampu berinovasi dalam proses pembelajaran, agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas serta mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Diharapkan pula dapat berdampak pada hasil belajar mata pelajaran TIK yang memuaskan. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif agar dapat mempengaruhi hasil belajar dari mata pelajaran TIK siswa menjadi lebih baik dan memuaskan. Model pembelajaran kooperatif bisa dijadikan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran TIK, khususnya pada penyampaian materi yang bersifat teori karena model pembelajaran kooperatif dikatakan sebagai strategi pembelajaran yang dapat menambahkan unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Isjoni (2010 : 14) menjelaskan bahwa : Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Didalam pembelajaran kooperatif pula diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Kegiatan tersebut yang nantinya dapat membantu agar siswa memiliki tingkat pemikiran yang jauh lebih baik dan akan berdampak pada hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe atau teknik, seperti Jigsaw, Make a match, Snowball Throwing, Teams Games Tournament, Number Head Together, Berkirim Salam dan Soal serta lain sebagainya. Adapula salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang

6 dapat digunakan dalam pembelajaran adalah tipe Two Stay-Two Stray. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran, selain itu model ini memberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa sehingga siswa dapat berdiskusi dengan temannya, tentu saja hal ini dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe ini tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar model pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok secara konvensional. Ciri khas dari model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dalam kelompok yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompok untuk memberikan informasi kepada kelompok lain. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas bertemu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mendiskusikan dan membahas kembali hasil kerja mereka. Sehingga setiap siswa dilatih untuk mengungkapkan idenya dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini sebelumnya sudah dikaji oleh Digitaliawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA, ia menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray lebih tinggi daripada peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran konvensional. Selain itu, berdasarkan hasil angket dan jurnal harian siswa

7 menunjukkan bahwa antusias siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Tipe Two Stay-Two Stray semakin baik. Selain itu hasil kajian yang dilakukan oleh Ersah (2007) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA, menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan penggunaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang lebih membelajarkan siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam belajar. Suatu model pembelajaran dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila dapat meningkatkan hasil belajar berupa motivasi, minat, keaktifan dan nilai akademik siswa dalam pembelajaran dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimilikinya. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray diharapkan dapat membantu dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada diri siswa seperti perasaaan takut terhadap pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, tidak menyukai pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, sikap menghindari pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik, karena seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah memperoleh hasil belajar yang telah dicapai yakni perubahan tingkah laku. Perkembangan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, sehingga siswa dituntut mengikuti perkembangan teknologi tersebut agar dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dirasa peneliti dapat secara efektif membantu proses pembelajaran pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi agar menjadi hidup, menarik dan memperkecil kemungkinan munculnya aktivitas negatif yang tidak dikehendaki. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi akan membantu siswa untuk mengerti dan memahami

8 materi belajar dengan rekan sebaya dan kelompok-kelompok kecilnya, juga untuk meningkatkan rasa sosialisasi siswa dengan siswa lainnya, sehingga dapat berdampak pada hasil belajar pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi siswa sesuai dengan kompetensi hasil belajar yang sudah ditetapkan, sehingga menjadikan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat berguna bagi bangsa dan masyarakat. Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengambil judul : Perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two staytwo stray dengan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Guru ketika memberikan materi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kurang menarik perhatian peserta didik. 2. Metode pembelajaran yang dilakukan bersifat teacher center. 3. Keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang. C. Rumusan Masalah Penelitian 1. Rumusan Masalah Umum Dilihat dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah umum yang diangkat yaitu Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung? 2. Rumusan Masalah Khusus Untuk lebih rinci, rumusan masalah secara khusus yang akan dikaji, yaitu:

9 a) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; b) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; c) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan pada ranah kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung?; D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

10 a. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek mengingat antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung. b. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek memahami antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung. c. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan pada ranah kognitif aspek menerapkan antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam Dan Soal pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Untuk Sekolah Bisa dijadikan suatu saran atau masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik. Sehingga proses pembelajaran berhasil sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Bagi kepala sekolah yang sebagai pembina dari sekolah tersebut agar dapat mempertimbangkan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray bersama guru-guru dan staf sekolah dan juga mampu mengembangkannya kembali. 2. Untuk Guru Dapat sebagai masukan untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga mampu meningkatkan hasil belajar domain kognitif aspek mengingat,

11 aspek memahami dan aspek menerapkan siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dan juga dapat memberikan motivasi dan inovasi bagi guru agar tetap semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran. 3. Untuk Siswa Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini siswa akan memperoleh hasil belajar yang lebih maksimal lagi dari sebelumnya. Dan juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa agar siswa dapat menjadi lebih aktif, partisipatif dan semangat dalam menghadapi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. 4. Untuk Peneliti Penelitian ini dapat memberikan hasil secara jelas sejauh mana pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray kepada hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Secara lebih, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan pribadi dari dalam diri peneliti yang akan sebagai calon pendidik agar dapat menerapkan dan mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ini pada peserta didik dalam proses pembelajaran nanti. 5. Untuk Peneliti Berikutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal bahan masukan dan bahan inspirasi bagi peneliti berikutnya yang tertarik mempelajari ataupun menggunakan strategi pembelajaran yang secara khususnya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray. F. Struktur Organisasi Skripsi Berikut ini adalah rincian tentang urutan rincian dari setiap bab dan bagian bab yang terdapat dalam skripsi ini. BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi

12 BAB II BAB III BAB IV BAB V Kajian pustaka yang berisi penjabaran teori-teori atau dalil-dalil yang melandasi peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis. Kajian teori yang mendukung dalam penyusunan skripsi ini adalah hakikat belajar dan pembelajaran, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Berkirim Salam dan Soal, hasil belajar ranah kognitif dan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Metode Penelitian ini berisi penjabaran terkait hal-hal penelitian termasuk lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, desain penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data dan tahapan analisis data Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi penjabaran hasil analisis data dan pembahasan atau analisis temuan Kesimpulan berisi penjabaran terkait penafsiran atau pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Sedangkan saran ditujukan untuk pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian, dan peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.