BAB I PENDAHULUAN. faktor yaitu faktor sosial,pendidikan, dan ekonomi yang luar biasa pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. nasabah penabung (investor awal) dengan nasabah lain (peminjam kredit).

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada bulan Oktober dan November tahun 2010 yang lalu menimbulkan permasalahan pada beberapa faktor yaitu faktor sosial,pendidikan, dan ekonomi yang luar biasa pada masyarakat daerah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Hal ini dapat terlihat pada mayoritas masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi dari keempat wilayah yang terkena erupsi Gunung Merapi kehilangan mata pencaharian dan tempat tinggal. Sebagai contoh riil adalah kerusakan di wilayah kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman. Kerusakan yang terjadi akibat letusnya Gunung Merapi sedikitnya terdapat 2.271 rumah warga yang rusak, 239 infrastruktur masyarakat seperti sekolah, puskesmas, dan pasar juga rusak. Beberapa sarana peribadatan seperti masjid hancur juga tidak luput dari dampak letusan Gunung Merapi. 5 Dari beberapa faktor yang ada, faktor ekonomi dalam bidang produksi, industri, dan perdagangan menjadi faktor penting dalam pemulihan aktivitas warga lereng Merapi maupun warga Yogyakarta pada umumnya. Dalam pemulihan faktor ekonomi masyarakat, tentunya diperlukan dukungan 5 Pemda Sleman, 2010, Rumah Warga Rusak Akibat Erupsi Gunung Merapi,http://www. Slemankab.go.id.

financial yang tinggi sebagai modal awal untuk faktor produksi baik barang maupun jasa yang dapat membantu untuk dapat menopang kehidupan masyarakat tersebut. Dimana penulis ketahui bahwa mayoritas masyarakat lereng Gunung Merapi pada umumnya memiliki usaha berternak, berkebun, dan berdagang. Usaha usaha masyarakat tersebut sebagian besar telah lenyap diterjang awan panas maupun lahar dingin dari keganasan erupsi Gunung Merapi. Perlunya dukungan financial dalam rangka pemulihan faktor ekonomi masyarakat, tentunya membutuhkan suatu perangkat hukum yang kuat dan pasti, salah satunya adalah melalui lembaga keuangan yaitu lembaga perbankan. Menurut Johanes Ibrahim 6 fungsi bank adalah sebagai satu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediaries), sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian, dalam fungsinya mentransfer dana dana (lonable funds) dari penabung atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit. Peranan bank sebagai lembaga intermediasi, bank adalah memiliki fungsi sebagai perantara keuangan. Dalam menjalankan peranan sebagai lembaga intermediasi ini, hubungan yang ada antara bank dengan nasabah pada prinsipnya didasarkan oleh dua unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kerpercayaan. Suatu bank dapat berkembang usahanya dan meningkatkan 6 Johanes Ibrahim,2004, Cross Default dan Cross Colateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Aditama, Bandung, Hlm. 1

laba, apabila bank mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menempatkan dana yang dimilikinya ke dalam produk produk perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan tersebut, bank dapat memobilisasi dana dari masyarakat untuk ditempatkan di banknya, dan menyalurkanya kembali dalam bentuk kredit serta memberikan berbagai jasa jasa perbankan yang telah ditawarkan. Dalam operasional bank sangat memerlukan seperangkat peraturan sebagai payung hukum bagi para pihak dalam bertransaksi. Transaksi perbankan merupakan hubungan hukum antara bank dan nasabah di bidang bisnis, yang di dalamnya terdiri atas transaksi di bidang perkreditan. Adapun bentuk kredit dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, kerdit usaha mikro, dan jenis jenis kredit lainnya sesuai dengan kebutuhan debitur. Kredit kredit tersebut umumnya dinikmati oleh para nasabah yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Masyarakat memilih kredit yaitu untuk membantu menopang perekonomian keluarga, yang bertujuan agar dapat mengembangkan usahanya sehingga pendapatan yang akan diterima akan bertambah. Namun sungguh tidak disangka apabila usaha yang ada lenyap seketika akibat semburan awan panas dan lahar dingin dari erupsi Gunung Merapi. Di Sleman, daerah yang terkena dampak cukup parah antara lain wilayah Turi, Pakem, Cangkringan dan Tempel. Debitur yang terkena dampak langsung sebanyak 4.009 rekening debitur dengan total nilai kredit sebanyak Rp 63,9

miliar. 7 Adanya bencana alam erupsi Gunung Merapi telah menimbulkan kegelisahan dalam masyarakat, masyarakat gelisah hilangnya mata pencaharian mereka akan sulit bagi mereka untuk kelangsungan hidup mereka, tidak hanya untuk kehidupan yang primer seperti makan, minum dan pendidikan bagi putra putri mereka tapi bagi mereka yang memiliki kredit di lembaga keuangan khawatir tidak dapat terpenuhinya kewajiban mereka untuk membayar kredit. Dalam implementasinya, kegelisahan pada masyarakat terkait dengan kredit yang di miliki pada suatu lembaga keuangan tersebut menimbulkan beberapa permasalahan permasalahan sebagai berikut: 1. Munculnya berbagai macam pertanyaan dari masyarakat, khususnya nasabah korban erupsi Gunung Merapi. Mengapa disaat sedang tertimpa bencana di mana harta benda bahkan ada yang diantara salah satu anggota keluarga meninggal dunia akibat semburan awan panas dan lahar dingin Gunung Merapi, terdapat beberapa petugas bank yang menagih kredit di suatu lokasi posko pengungsian. Hal ini menimbulkan asumsi masyarakat atas sikap bank yang dianggap tidak mau tau kesulitan ekonomi yang dialami nasabah pasca erupsi Gunung Merapi tahun akhir tahun 2010 yang lalu. 7 Endot Brilliantono, 2010, BI kaji keringanan kredit korban Merapi, http//www.bisnisjateng.com.

2. Permasalahan kedua yaitu kegelisahan penyitaan jaminan kredit, diantara beberapa nasabah yang memiliki kredit pada bank/lembaga keuangan yang lain, kekhawatiran terhadap kesulitan atau terhambatnya pembayaran angsuran kredit mengakibatkan kegelisan terhadap harta benda yang mereka jaminkan sebagai agunan kredit pada bank tersebut. Kesulitan dan terhambatnya pembayaran sering kali mereka dihadapkan pada ancaman dari petugas mengenai penyitaan jaminan kredit. 3. Permasalahan yang ketiga adalah pemotongan gaji terhadap debitur berpenghasilan tetap dilakukan oleh pihak bank. dimana kondisi pasca erupsi merapi kreditur yang termasuk korban erupsi merapi telah mengalami kondisi keuangan yang sulit. Permasalahan kredit pasca erupsi merapi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan permasalahan kredit pasca gempa Tektonik tahun 2006 yang lalu. Permasalahan kredit pasca gempa tektonik 2006 bank mengacu pada Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/10/PBI/2006 tentang perlakuan khusus terhadap kredit Bank Pasca Bencana Alam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah sekitarnya di propinsi Jawa Tengah. Tujuan utama dari Peraturan Bank Indonesia Nomor : 8/15/PBI/2006 tersebut adalah mengatasi potensi gagal bayar kredit yang melanda nasabah kreditor yang berada di daerah bencana pasca gempa Yogyakarta dan menyelamatkan dana nasabah debitur dari kehilangan tabungan atau investasinya di perbankan.

Mengingat telah tiga tahun pasca gempa tepatnya tahun 2009 dan terdapat masih banyak dana yang belum dikembalikan oleh nasabah dari kredit yang telah direstrukturisasi maka pertengahan tahun Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia baru Nomor 11/27/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No 8/10/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank Pasca Bencana Alam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Sekitarnya di Propinsi Jawa Tengah. Sama halnya dengan kondisi yang terjadi pasca gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006 yang lalu, pasca erupsi merapi di daerah Sleman bulan November 2010 yang lalu kebijakan kredit mengenai keadaaan pasca bencana erupsi merapi di dasarkan pada peraturan yang di keluarkan oleh Bank Indonesia Nomor 11/27/PBI/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No 8/10/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank Pasca Bencana Alam di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Sekitarnya di Propinsi Jawa Tengah. Selain ini Bank Indonesia mengeluarkan suatu keputusan Gubernur Bank Indonesia mengenai perlakukan khusus terhadap kredit bank di beberapa daerah yang terkena bencana yaitu Nomor 12/80/Kep.GBI/2010 tentang penetapan beberapa kecamatan di Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Sleman sebagai Daerah yang memerlukan perlakuan khusus terhadap kredit Bank. Berdasarkan Keputusan Gubernur bank Indonesia tersebut ditetapkan beberapa daerah di Kabupaten

Sleman yang mendapat perlukuan khusus terhadap kredit di bank ada 5 kecamatan diantaranya Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Tempel. Perlakuan khusus tersebut diberikan untuk kredit pada Bank yang mengalami masalah akibat adanya keadaan memaksa/ force majeure pada sebuah perjanjian kredit perbankan pasca erupsi merapi. Force majeure adalah suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya perjanjian, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya, dimana debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko serta tidak dapat menduga hal tersebut dapat terjadi pada waktu perjanjian dibuat. Dengan kata lain force majeure merupakan suatu keadaan memaksa yang terjadi di luar dugaan para pihak sebelum melakukan perjanjian. Suatu keadaan memaksa diatur dalam Pasal 1244 KUHPerdata, mengatakan bahwa : Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum untuk mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak dapat memuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tidak terduga pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika iktikad buruk tidaklah ada pada pihaknya. Pasal 1245 menyebutkan bahwa : Tidaklah biaya, rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. Lebih lanjut dalam Pasal 1444 KUHperdata disebutkan bahwa : Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian, musnah, tidak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak diketahui

apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berutang lalai menyerahkan sesuatu barang sedangkan ia tidak telah menganggung terhadap kejaadian-kejadian yang tak terduga, perikatan hapus jika ba rangnya akan musnah secara yang sama di tangan si berpiutang, seandainya sudah diserahkan kepadanya. Si berutang diwajibkan membuktikan kejadian tak terduga, yang dimajukan itu. Dengan cara bagaimanapunn sesuatu barang, yang telah dicuri, musnah atau hilang, hilangnya barang ini tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya untuk mengganti harganya. Kondisi seperti halnya erupsi Gunung Merapi ini tentunya merupakan suatu kejadian yang diluar dugaan sebelumnya. Akibatnya nasabah (debitur) kesulitan membayar angsuran kreditnya kepada pihak Bank. Hal tersebut menjadi risiko pihak bank atas kredit macet pasca bencana erupsi Gunung Merapi. Menurut Gatot Supramono 8, yang disebut kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Salah satu Bank yang terdapat pada Kabupaten Sleman yang terkena dampaknya yaitu Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman diantaranya yaitu Bank Rakyat Indonesia Unit Cangkringan, Unit Turi, Unit Pakem, Unit Besi, Unit Ngemplak 1, Unit Ngemplak 2, Unit Tempel 2. Kredit Macet yang disebabkan oleh kejadian yang diluar dugaan tersebut hingga kini belum terselesaikan, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetahui dan mengkaji lebih lanjut permasalahan tersebut. Berdasarkan Uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Penyelesaian 8 Gatot Supramono,1996, Perbankan Dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Penerbit Jamatan, Jakarta,hlm. 131.

Kredit Macet Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman Akibat Erupsi Gunung Merapi Di Kabupaten Sleman B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebur di atas, maka pokok permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan penyelesaian kredit macet pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman akibat erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimanakah kedudukan jaminan dalam proses penyelesaian kredit macet pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman akibat erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Tinjauan Yuridis atas pelaksanaan penyelesaian kredit macet pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman akibat erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman setelah dilakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Universitas Gajah Mada, penulis menemukan beberapa penelitian berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya yaitu : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Andika pada tahun 2010 berjudul Implementasi PBI Nomor 7/5/PBI/2005 Terhadap Penyelesaian Kredit

Macet Pasca Tsunami Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Penelitian ini meneliti mengenai bagaimanakah implementasi PBI Nomor 7/5/PBI/2005 terhadap penyelesaian kredit macet pasca tsunami oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh serta mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dalam penyelesaian kredit macet pasca tsunami oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi PBI Nomor 7/5/PBI/2005 terhadap Penyelesaian Kredit Macet Pasca Tsunami pada PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh dilakukan dengan tahapan pembuatan kebijakan Direksi, Pendataan terhadap debitur, peninjauan dan penilaian terhadap debitur-debitur yang terkena bencana tsunami, serta pelaksanaan kebijakan yang dibuat Direksi. 9 2. Penelitian yang dilakukan oleh Lupitasari pada tahun 2011 berjudul Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Di Bank Bri Cabang Katamso Yogyakarta. Penelitian ini meneliti mengenai tata cara untuk meyelesaikan kredit macet dengan jaminan fidusia, menganalisis upaya yang diambil dalam hal terjadi pelangggaran undang-undang fidusia yaitu menjual benda yang diikat dengan fidusia, dan mengetahui peranan seorang notaries dalam hal pengikatan jaminan fidusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara penyelesaian kredit macet dengan jaminan fidusia di BRI cabang Katamso Yogyakarta yaitu dengan cara 9 Andika, 2010, Implementasi PBI Nomor 7/5/PBI/2005 terhadap penyelesaian kredit macet pasca tsunami oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakrta.

restrukturisasi, meliputi (1) meneliti kembali kebenaran seluruh suratsurat/dokumen penting;(2) Melakukan pengikatan secara nyata terhadap agunan yang masih belum bersertifikat; (3) memberikan peringatan tertulis minimal 3 (tiga) kali kepada debitur agar segera menyelesaikan kewajibannya sesuai yang di perjanjikan, apabila tidak berhasil pihak BRI menyerahkan pengurusan piutang kredit macet BRI kepada PUPN dan DJPLN, untuk menyelesaikan piutang kredit macet. Dalam hal benda jaminan telah dijual, upaya yang dilakukan PT. BRI Cabang Katamso adalah cara damai antara lain : (a) Bank meminta kepada debitur untuk mengganti dengan barang yang nilainya sama sebagai jaminan; (b) meminta hasil penjualan dari benda jaminan tersebut untuk melunasi hutangnya, apabila hasil penjualan tidak dapat menutup hutang maka bank berhak menuntut pelunasan dari benda-benda lain milik debitur meskipun tidak diikat jaminan fidusia; (c) mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri untuk mengeksekusi benda jaminan yang telah dialihkan, dalam hal akta jaminan fidusia tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. 10 3. Penelitian yang dilakukan oleh Yurina Persada pada tahun 2011 berjudul Penyelesaian Kredit Bermasalah dengan Jaminan Hak Tanggungan Pasca Gempa Bumi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero) Tbk Cabang Pariaman. Penelitian ini membahas bagaimana cara penyelesaian kredit bermasalah dengan jaminan hak tanggungan pasca gempa bumi, dan untuk 10 Lupita Sari, 2011, Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia di Bank BRI Cabang Katamso Yogyakarta, Tesis, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.

mengetahui usaha-usaha yang dilakukan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pariaman dalam penyelesaian kredit bermasalah dengan jaminan Hak Tanggungan pasca gempa bumi serta mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dalam penyelesaian kredit bermasalah tersebut. Hasil penilitian menunjukan bahwa penyelesaian kredit bermasalah dengan jaminan hak tanggungan pasca gempa bumi dilakukan dengan tahap pembuatan kebijakan, pendataan terhadap debitur, peninjauan dan penilaian terhadap debitur-debitur yang terkena bencana gempa bumi, adapun usaha yang dilakukan oleh Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Cabang Pariaman yaitu melakukan penyelamatan kredit melalui Restrukturisasi. 11 Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu permasalahan hukum yang penulis angkat adalah permasalah hukum yang memfokuskan pada tinjauan hukum mengenai pelaksanaan penyelesaian kredit macet pasca Erupsi Gunung Merapi serta bagaimanakah kedudukan jaminan kredit pada proses penyelesaian kredit macet pasca Erupsi Merapi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman. Penelitian ini mengembangkan suatu permasalahan yang diteliti oleh Yurina Persada pada tahun 2011 mengenai penyelesaian kredit bermasalah dengan jaminan hak tanggungan pasca gempa bumi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk cabang 11 Yurina Persada, 2011, Penyelesaian Kredit Bermasalah dengan Jaminan Hak Tanggungan Pasca Gempa Bumi pada PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero) Tbk Cabang Pariaman, Tesis, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, tidak dipublikasikan.

Pariaman. Jadi penelitian yang dilakukan ini adalah asli dan dapat diyakini serta dibuktikan kebenarannya. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Tujuan Objektif Tujuan Objektif dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis mengenai : a. Pelaksanaan penyelesaian kredit akibat bencana alam karena erupsi Gunung Merapi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman di Kabupaten Sleman. b. Kedudukan jaminan pada bank dalam proses penyelesaian kredit macet pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Sleman akibat bencana alam erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. 2. Tujuan Subyektif Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Mkn (Magister Kenotariatan) di program Magister Kenotariatan Universitas Gajah Mada. E. Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap permasalahan yang berhubungan dengan permasalahan kredit

macet pada Bank Rakyat Indonesia cabang Sleman akibat bencana alam yaitu erupsi Gunung Merapi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada semua pihak, khususnya kepada bank sebagai lembaga keuangan yang mendapatkan dampak terhadap kredit yang dikeluarkan kepada debitur dan sebagai pemegang jaminan pada kredit yang terkena dampak erupsi merapi.