BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi pada kenyataannya selama rentang kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan kesehatan dan salah satunya berupa penyakit yang diderita (Patricia, 2005). Telah kita ketahui bahwa gagal ginjal tergolong penyakit kronis yang mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, umumnya pasien juga tidak dapat mengatur dirinya sendiri dan biasanya tergantung kepada para profesi kesehatan. Kondisi tersebut tentu saja menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual pasien (Rivai, 2009). Kelainan ginjal adalah masalah kesehatan pada masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, kelainan ginjal dapat terjadi akibat adanya kelainan pada ginjal (penyakit ginjal primer) atau komplikasi penyakit sistematik (penyakit ginjal sekunder) seperti penyakit ginjal sekunder), seperti kencing manis (diabetes). Kelainan ringan pada ginjal dapat sembuh sempurna bila penyebabnya sudah diatasi. Kadang cukup dengan pengobatan dan pengaturan diet. Namun, bila keadaanya memburuk, kelainan itu bisa menjadi gagal ginjal yang akut. Baru - baru ini kasus gagal ginjal di dunia meningkat lebih dari 50%, di Indonesia sendiri sudah mencapai sekitar 20% (Lukman, 2009). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus dan pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus. Sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami GGK (Gagal Ginjal Kronis) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang pada akhir tahun 1996 didapatkan sebanyak 167.000 penderita yang 1
menerima terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000 penderita (Djoko, 2008). Prevalensi gagal ginjal kronik telah mengalami peningkatan pada awal tahun 1990- an dan hanya menyerang lansia di Asia. Prevalensi gagal ginjal kronik berkembang secara merata. Gagal ginjal kronik tidak pandang bulu menyerang golongan muda, yaitu pada usia 15 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan, bahwa 155 juta penduduk dunia tahun 2002 mengidap gagal ginjal kronik. Jumlah ini terus meningkat hingga melebihi 200 juta pada tahun 2025 (Febrian, 2009). Di Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal. Namun di Indonesia yang terdeteksi menderita Gagal Ginjal Kronis yang menjalani cuci darah (Hemodialisa) hanya sekitar 4000 sampai 5000 saja, dengan kata lain 5,7% sampai 7,1% dari total seluruh penderita gagal ginjal. Jumlah pasien Gagal Ginjal di Rumah Sakit Khusus Ginjal (RSKG) mencapai 4500 orang, banyak pasien yang meninggal akibat tidak mampu berobat dan cuci darah, dikarenakan biayanya mahal. Gagal ginjal bisa menyerang semua golongan umur pria dan wanita yang mayoritas berusia 20-40 tahun, tidak memandang tingkatan ekonomi. Hingga tahun 2015 diperkirakan sebanyak 36 juta orang warga meninggal akibat gagal ginjal, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang dewasa (Febrian, 2009). Menurut data Yayasan Peduli Ginjal, saat ini di Indonesia terdapat 40.000 penderita GGK. Namun dari jumlah tersebut, hanya sekitar 3.000 penderita yang bisa menikmati pelayanan cuci darah atau hemodialisa. Namun demikian, jumlah pasien gagal ginjal kronik yang melakukan hemodialisa jumlahnya terus meningkat 5% sampai 10% setiap tahun. Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun 2008 jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2.260 orang dari 2.148 orang pada tahun 2007. Kenaikan jumlah penderita gagal ginjal cukup banyak, karena dalam satu tahun kenaikan jumlah penderita sebanyak 112 pasien. Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di dunia ini, salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit tersebut (Antara Sumut, 2009).
Berdasarkan data dari Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun 2008 jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2.260 orang dari 2.148 orang pada tahun 2007. Kenaikan jumlah penderita gagal ginjal cukup banyak, karena dalam satu tahun kenaikan jumlah penderita sebanyak 112 pasien. Salah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di dunia ini, salah satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit tersebut (Antara Sumut, 2009). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) kurang dari 50ml/menit. Gagal ginjal kronis sesuai dengan tahapanya, dapat ringan, sedang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage) adalah tingkat gagal ginjal yang mengakibatkan kematian kecuali dilakukan terapi pengganti. Insufisiensi gagal ginjal kronik adalah penurunan faal ginjal yang menahun tetapi lebih ringan dari gagal ginjal kronis (Suhardjono, 2005). Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus yang memerlukan terapi hemodialisa sebagai terapi pengganti gagal ginjal untuk menyaring dan membuang sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan tubuh serta menyeimbangkan unsur kimiawi dan menjaga tekanan darah. Penyakit gagal ginjal kronik didasari oleh banyak faktor salah satunya adalah gaya hidup (lifestyle) yang merupakan faktor pendukung yang memicu peningkatan resiko seseorang menderita gagal ginjal kronik (Syamsir & Hadibroto, 2008). Kebiasaan merokok, alkoholoisme, diet tinggi lemak dan kurang sehat, obesitas, stress, narkoba, mengkonsumsi bahan-bahan pengawet (kimiawi), dan kehidupan seks bebas merupakan faktor terjadinya penyakit kronik modern. Membaiknya tingkat ekonomi dapat mengubah pola atau jenis makan seseorang. Banyak bukti menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup individu, baik dalam skala kecil maupun masyarakat secara lebih luas, dapat menurunkan angka kejadian penyakit kronis modern secara dratis. Mengubah gaya hidup atau kebiasaan seseorang berarti harus mengubah cara pandang seseorang, mengubah paradigma seseorang (Suhardjo, 2008). Gaya hidup pasien GGK banyak disebabkan oleh gaya hidup yang salah dengan menkonsumsi alkohol secara berlebihan, kurangnya istirahat & mengkonsumsi suplemen yan berlebihan. Dari berbagai macam penyakit yang ada sekarang ini, sumber akarnya tidak lain
adalah pola hidup yang keliru, dan gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang banyak disebabkan karena gaya hidup yang salah (Suhardjo, 2008). RS PKU Muhammadiyah Gombong adalah rumah sakit swasta yang berlokasi di kota Gombong, Kabupaten Kebumen. Rumah sakit ini memiliki 13 pelayanan diantaranya pelayanan hemodialisa. RS PKU Muhammadiyah Gombong merupakan satu-satunya rumah sakit di Kabupaten Kebumen yang mempunyai pelayanan hemodialisa terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2006 rumah sakit ini resmi menyediakan pelayanan hemodialisa. Dalam Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah Gombong pada bulan Februari 2014, tercatat jumlah pasien yang melakukan hemodialisa sebanyak 74 orang terdiri dari 66 pasien JKM (48 pasien laki-laki dan 18 pasien perempuan) 8 Askes PNS (2 pasien perenpuan dan 6 pasien laki-laki). Dari hasil wawancara pada 7 pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RS PKU Muh Gombong, 1 Pasien PNS, 2 pasien tukang kayu, 2 pasien swasta dan 2 pasien petani. 5 pasien mengatakan bahwa mereka menjalani terapi hemodialisa karena kebiasaan dahulu yang kurang baik, kebiasaan makan yang tidak terkontrol, minum- minuman suplemen, beralkohol, sering minum kopi dan sering merokok. Sedangkan 2 pasien mengatakan dulu sering mengkonsumsi ikan asin, jeroan, j engkol dan minum j amu dari warung. Pada saat ini yang harus dilakukan oleh setiap orang adalah program pencegahan. Pola hidup sehat seperti olah raga setiap hari diharapkan dapat mencegah kemungkinan tersebut. Itu juga perlu ditunjang dengan makanan yang sehat, tidak berlemak dan gizi berimbang. Sedangkan bagi orang dewasa yang telah berusia mulai 40 tahun tampaknya jangan ragu melakukan pemeriksaan rutin. Cek kesehatan itu menjadi penting untuk mengontrol fungsi organ dan tidak hanya ginjal. Bila melakukan cek kesehatan secara rutin tentu akan lebih dini diketahui jika memang ditemui ada sesuatu dengan keadaan ginjalnya (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan Studi Pendahuluan dan wawancara terhadap pasien gagal ginjal kronis di ruang hemodialisa, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gaya hidup pada pasien sebelum menderita gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah bagaimana gambaran gaya hidup pada pasien sebelum mengalami gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada pasien sebelum mengalami gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola makan pasien sebelum menderita gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong. b. Untuk mengetahui pola minum pasien sebelum menderita gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong.. c. Untuk mengetahui pola aktivitas (olahraga, pekerjaan) pasien sebelum menderita gagal ginjal kronis di RS PKU Muhammadiyah Gombong. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Gombong a. Diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi pengelola pasien gagal ginjal kronis RS PKU Muhammadiyah Gombong. b. Diharapkan bagi tenaga medis kususnya pengelola pasien gagal ginjal dapat memberikan motivasi agar lebih memperhatikan gaya hidup kususnya pola makan. 2. Bagi Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) : sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data acuan atau sumber data untuk penelitian dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya subjek penelitian gagal ginjal kronik. E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muharni 2009 dengan judul Pola hidup penderita gagal ginjal kronik sebelum menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola hidup penderita gagal ginjal kronik sebelum menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa, metode yang digunakan yaitu desain deskriptif menggunakan pendekatan metode survey. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Berdasarkan analisa data didapatkan pola hidup sebelum menjalani terapi hemodialisa mayoritas tidak baik (80%) dan bila ditinjau dari aktifitas fisik, pola hidup penderita gagal ginjal kronik sebelum menjalani terapi hemodialisa mayoritas tidak baik (77,50%), ditinjau dari penggunaan zat mayoritas tidak baik (85,00%) dan bila ditinjau dari pola diet mayoritas tidak baik orang (87,50%). Persamaan dalam penelitian ini adalah pendekatan menggunakan metode survey, sedangkan untuk perbedaanya adalah peneliti meneliti gaya hidup pasien gagal ginjal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2012 dengan judul Gambaran Pola Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Sebelum Sakit yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUD Kanjuruan Kepanjen Penalitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola hidup pasien gagal ginjal kronis sebelum sakit yang menjalani terapi hemodialisa di Instalasi Hemodialisa RSUD Kanjuruan Kepanjen Kabupaten Malang. Desain yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 26 sampel dengan menggunakan accidental sampling, Hasil penelitian menunjukan bahwa13 responden (15%) mempunyai pola hidup yang kurang baik dan 2 responden (7,7) mempunyai pola hidup baik. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama sama meneliti tentang pola hidup pasien gagal ginjal kronis sebelum sakit dan menjalani terapi hemodialisa, Sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif.