BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara saling memperkuat, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan negara, hal ini terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut sebagai UUD 1945), Negara Indonesia. kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

kemandirian dan kemajuan suatu bangsa. rata-rata negara dengan kekayaan sejahtera. Namun, hal ini harus diiringi dengan pengelolaan yang baik dan

Dpemerintahan terkecil dan

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERDES APBDes DESA MARGAHAYU TENGAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun merupakan landasan pemerintah dalam mengatur kegiatannya dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan memiliki fungsi perlindungan kepada masyarakat (protective function).

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LUMBUNG KAUH dan PERBEKEL LUMBUNG KAUH

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. kas daerah, baik melalui sumber daya alam maupun dari sumber lainnya, dalam hal sumber

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 7

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

BAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia di dalam bumi ini. Salah satu sumber daya

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah atau wilayah provinsi dan setiap daerah atau wilayah provinsi terdiri atas

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

P E R A T U R A N D A E R A H

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau dengan sebutan lainnya dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 18B yang menyatakan negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-Undang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Desa menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asak usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara kesatuan republik Indonesia.

Pemerintahan Desa juga diberikan wewenang untuk mengatur kehidupan masyarakat desanya sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya. Kepada Pemerintahan Desa diberikan kewenangan untuk membentuk Peraturan Desa. Peraturan Desa dibentuk melalui prakarsa dari Pemerintahan Desa. Namun Badan Permusyawaratan Desa pada prinsipnya hanya dapat mengusulkan rancangan peraturan desa kepada pemerintahan desa. Ruang lingkup pembentukan peraturan desa tidak dapat dilakukan terhadap semua kewenangan yang diberikan kepada desa. Sebagai mana diatur Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terdapat dua jenis ruang lingkup kewenangan desa, yaitu kewenangan yang dapat mengatur dan mengurus serta kewenangan yang hanya untuk mengurus saja dan tidak boleh mengatur. Kewenangan yang mengatur dipergunakan untuk kewenangan yang berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa. Yang dimadsud dengan kewenangan berdasarkan hak asal usul desa yaitu kewenangan yang menjadi hak desa yang merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa desa atau prakarsa masyarakat desa sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat desa, antara lain sistem organisasi masyrakat adat, kelembagaan, pranata dan hukum adat, tanah kas desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa. Sedangkan kewenangan tingkat lokal desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan masyarakat prakarsa masyarakat desa, antara lain tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, pos pelayanan terpadu,sanggar seni dan belajar, serta perpustakaan desa, embung desa,dan jalan desa.

Apabila dilihat dari ruang lingkup kewenangan yang dapat diatur oleh desa, desa hanya diberikan kewenangan yang cukup sempit untuk dapat mengatur terutama untuk hal-hal yang sifatnya strategis. Desa belum diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas pembangunan mana yang menjadi prioritas asli desa, pajak dan retribusi tingkat desa, serta hal-hal lainnya yang menjadi program pembangunan yang modern dan stategis. Desa dalam menyelenggarakan pemerintahannya memiliki anggaran yang bersumber dari dana desa. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun tentang 2014 Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Keuangan Negara yang dikelola wajib dilakukan pengendalian agar penggunaannya dapat terarah dalam jangka waktu yang ditentukan. Pengendalian itu merupakan tanggung jawab pemerintah sehingga tidak terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan keuangan Negara yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 1 Otonomi desa bukanlah sebuah kedaulatan melainkan pengakuan adanya hak untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri dengan dasar prakarsa dari masyarakat. Otonomi dengan sendirinya dapat menutup pintu intervensi institusi diatasnya. 2 1 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, PT Raja Gravindo Persada, Jakarta,2011, hlm. 71. 2 Dadang Juliantara, Pembaharuan Desa, Bertumpu Pada Angka Terbawah,Lappera Pustaka Utama, Yogyakarta, 2003.hlm. 116.

Nagari Koto lamo menyusun dana desa dikelola oleh Wali Nagari beserta Tim Pelaksana Kegiatan pada kenagarian Koto Lamo. Dalam pengelolaan dana desa pada kenagarian Koto Lamo tersebut terdapat berbagai kendala yang dihadapi diantaranya sumber daya manusia yang terbatas dalam mengelola dana desa, minimnya pengetahuan tentang dana desa dan tidak adanya pelatihan khusus tentang laporan pertanggungjawaban dana desa tersebut 3. Dengan berbagai kendala yang dihadapi diatas sehingga perlu adanya pengawasan terhadap dana desa pada kenagarian Koto Lamo supaya pengelolaan dana desanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam lima tahun kebelakang anggaran bagi pembangunan desa dan belanja pemerintahan desa Nagari Koto Lamo. Sebahagian besar dana bagi pembangunan desa yang diterima dan dikelola oleh pemerintahan desa hanya berkisar Rp 250.000.000 dengan adanya bantuan dari pemerintahan pusat berupa dana desa maka pada saat ini anggaran yang dikelola oleh pemerintahan desa +/- Rp 600.000.000 4. Alokasi anggaran pada kenagarian Koto Lamo sebagian besar telah digunakan pihak desa di kenagarian Koto Lamo digunakan untuk pembuatan jalan rabat beton. Proyek tersebut merupakan proyek yang menggunakan dana desa tahun 2015. Agar dana tersebut dapat dikelola oleh Wali Nagari Koto Lamo sesuai peruntukannya dengan perencanaan yang telah disusun oleh wali Nagari beserta aparatur pemerintah desa sehingga pelaksanaan anggaran dana desa kenagarian koto lamo yang sebesar Rp 600.000.000, dapat ditanggungjawaban oleh Wali 3 Hasil wawancara dengan Pendamping Lokal desa 4 Hasil wawancara dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Nagari kenagarian Koto Lama kepada Bamus yang selaku pengawas dana anggaran nagari koto lamo. Oleh karena itu, Bamus dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggaran, legislatif, dan pengawasan agar pengelolaan keuangan nagari dilakukan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Peran bamus di pemerintahan desa kenagarian Koto Lamo melakuan pengawasan sehingga pengelolaan dana desa oleh Walinagari kenagaraian koto lamo sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan mamfaatnya langsung dirasakan masyarakat nagari Koto Lamo. Dana Desa tahun 2015 di kelola oleh Wali Nagari beserta Tim Pelaksana Kegiatan, di dalam tim pelaksana kegiatan tersebut ada yang tingkat pendidikannya rendah, kurangnya pengetahuan tentang Dana Desa dan tidak adanya petunjuk teknis tentang laporan pertanggungjawaban pengelolaan Dana Desa hal itu bertujuan agar dana tersebut memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penggunaannya tepat sasaran. Dalam rangka memberikan gambaran yang sebenarnya tentang bagaimana pengawasan penggunaan dana desa oleh Badan Permusyawaratan nagari maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang PENGAWASAN DANA DESA DI KENAGARIAN KOTO LAMO KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN LIMA PULUH KOTA B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Pengawasan Dana Desa Di kenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota?

2. Bagaimana Pemanfaatan Dana Desa Di kenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui Pengawasan Dana Desa Di Kenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota 2. Mengetahui Bagaimana Pemamfaatan Dana Desa Di Kenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota D. Manfaat penelitian Adapun manfaat yang ingin penulis inginkan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaaat Teoritis a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan di bidang hukum terlebih Hukum Administrasi Negara. b. Penelitian bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisa dan menjawab keingintahuan penulis terhadap rumusan masalah dalam penelitian. Sehingga dapat diketahui bagaimana pengawasan dana desa dikenagarian koto lamo kecamatan kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. c. Melatih kemampuan dalam melakukan penelitian hukum dan menuangkan dalam bentuk tulisan. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dibagi berdasarkan peruntukan manfaatnya, yaitu : a. Bagi kalangan akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dan dasar penelitian hukum lebih lanjut, bagi mereka yang berkeinginan mendalami dan memahami tentang Pengawasan dana desa dikenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota. b. 2 Bagi negara dalam hal ini pemerintah daerah beserta penyelenggara pemerintahan yang berada dibawahnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kedepannya dalam rangka meningkatkan Pengawasan Dana Desa di Kabupaten Lima Puluh Kota. E. Metode Penelitian Fungsi metode penelitian adalah alat untuk mengetahui sesuatu masalah yang akan diteliti, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu-ilmu lainnya. 5 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah bersifat yuridis empiris yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap norma hukum yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada di lapangan. 6 Berdasarkan pendekatan masalah yang bersifat yuridis empiris tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang 5 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hlm. 22. 6 Bambang Sunggono, Metode penelitian Hukum, Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 72

Pengawasan Dana Di Kenagarian Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Data primer Data penelitian yang diperoleh langsung memelalui Wawancaraa dan survei lapangan berkaitan dengan perilaku masyarakat. 7 Dalam hal ini data di peroleh melalui Wawancaraa dengan Walinagari Koto Lamo Kecamtan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Badan Musyawarah Nagari Koto Lamo Kecamtan Kapur Ix Kabupaten Lima Puluh Kota, Camat KecamatanKapur IX, Inspektorat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota b. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu dari bahan dokumentasi dan bahan tertulis : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan Perundang-undangan dan yurisprundesi yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, bahan hukum primer terdiri dari : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah 3. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa. 7 Op.Cit, Zainudin Ali, hlm. 23.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa 7. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pemerintahan Nagari. 8. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pembagian Dana Nagari Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seberti buku-buku yan menunjang penelitian, jurnal hukum, rancangan, undang-undang, hasil-hasil penelitian dan pendapat pakar hukum yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang emberikan petunjuj maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum), kamus bahasa indonesia, dan ensiklopedia. 3. Metode Pengumpulan Data a. Wawancaraa.

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpulan data pewancara dengan sumber data (responden) 8 Metode wawancara yang digunakan adalah semi-tersruktur, penulis telah mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu namun tidak tertutup kemungkinan adanya pertanyaan-pertanyaan baru yang secara spontan sebagai reaksi dari narasumber yang menjadi sampel. b. Studi Dokumen Studi dokumen meliputi pengambilan data-data atau dokumen-dokumen baik berupa berkas maupun dokumen hukum lainnya pada instansi yang relevan dengan objek penelitian. 4. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan dari lapangan dengan lengkap, maka tahap berikutnya adalah mengelola dan menganalisis data, yang pada pokonya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 9 Editing, yaitu pengeditan terhadap data-data yang telah dikumpulkan yang betujuan untuk memeriksa kekurangan yang mungkin ditemukan dan memperbaikinya, editing juga betujuan untuk memperoleh kepastian bahwa data yang diolah akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. b. Analisis Data 8 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Social Dan Hukum, Grafit, Jakarta, 2005, hlm 72 9 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2007, hlm. 125.

Semua data yang telah dikumpulkan yakni data sekunder diolah secara kualitatif, yakni menghubungkan permasalahan yang dikemukakan dengan teori yang relevan sehingga diperoleh data yang tersusun secara sistematis dalam bentuk kalimat sebagai gambaran dari apa yang telah diteliti dan telah dibahas untuk mendapatkan kesimpulan.