BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya (Ardianto, 2009:143). Ketika media cetak dalam sejarahnya dipandang lebih berperan sebagai agen perubahan sosial dan politik, medium film sesungguhnya memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama. Hal tersebut dikarenakan film tidak hanya sekedar bercerita dan berbicara soal pesan saja, tetapi juga menunjukkan visualisasinya sehingga mempercepat proses khalayak dalam menerima pesan ataupun menganggapnya sebagai realitas objektif (Sobur, 2006:127). Hubungan antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Oue Hong Lee menyebutkan film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia. Permulaan sejarah film dengan lebih mudah dapat menjadi alat 1
komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi (Sobur, 2009:126). Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif (Ardianto, 2009: 145). Sebagaimana media massa umumnya, film merupakan cermin atau jendela di mana media massa itu berada. Nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku pada masyarakat akan disajikan dalam film yang diproduksi. Film juga berkuasa menetapkan nilai-nilai budaya yang penting dan perlu dianut oleh masyarakat, bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun (Mulyana, 2008:89). Penelitian ini menggunakan film The Lady. Film yang berkisah tentang pembantaian berdarah yang berlatarkan kemegahan di Burma. Film ini disutradarai oleh Luc Besson yang sebelumnya juga berkarya dalam film La Femme Nikita, The Fifth Element, dan Leon: The Professional. Tentang konflik dan cinta bagi seorang Aung San Suu Kyi. Seorang wanita kelahiran Burma yang menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1991. Ia berjuang untuk mendapatkan keadilan bagi masyarakat dan tanah kelahirannya (Desyana:2012) Film dapat dikelompokkan pada jenis film dokumenter, film cerita, film berita, dan film kartun (Ardianto. 2009: 148). Film dokumenter 2
merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya (Danesi, 2010:134). Dalam film ini Aung San Suu Kyi diperankan oleh Michelle Yeoh. Ia menyatakan kekagumannya pada Suu Kyi, Dia mengajari dunia bagaimana cara memperjuangkan demokrasi tanpa kekerasan. (Palupi:2012). Luc Besson sebagai director mendapatkan penghargaan Cinema for Peace Awards dalam kategori International Human Rights Award pada tahun 2012 (imdb:2012). Film ini mengkisahkan perjuangan Aung San Suu Kyi setelah kepulangannya dari London untuk menjadikan negaranya lebih baik lagi. Ia maju mencalonkan diri untuk menjadi seorang pemimpin Negara menggantikan pemerintahan saat itu dengan dukungan dari masyarakat. Aung San Suu Kyi mengajak masyarakat untuk bersatu dan mencapai demokrasi bagi negaranya. Dengan jiwa sebagai seorang pemimpin, Aung San Suu Kyi rela untuk lebih memilih tinggal di Burma untuk sekian lama dan mempertahankan keinginan masyarakat daripada kembali ke London bersama keluarganya. Luc Besson mengemas keharuan dan ketegangan film ini menjadi sebuah film drama dokumenter yang menarik, ditambah dengan akting dari masing-masing artis yang memerankan tokoh dalam film. 3
Dalam beberapa scene juga digambarkan bagaimana perlawanan serta kekuatan Aung San Suu Kyi untuk melawan junta militer. Sebagai seorang pemimpin ia berusaha untuk menjadi yang terbaik dan berpihak pada masyarakatnya. Film The Lady merupakan sebuah penggambaran sejarah yang diangkat dan didistribusikan. Seperti yang ditulis dalam buku Komunikasi Massa Sebagai Pengantar, sejarah dapat diangkat menjadi film cerita yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan para pahlawan (Ardianto. 2009: 148). Pada umumnya film dibangun dengan banyak tanda seperti gambar dan suara; kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang penting dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu (Sobur, 2006:128). Jika dicermati lebih mendalam terkait dengan film tersebut akan terdapat tanda-tanda atau simbol yang menunjukan konstruksi Aung San Suu Kyi sebagai seorang pejuang demokrasi. Tanda-tanda dan simbol dapat dilihat dari dialog tokoh atau suasana yang dibangun dalam film tersebut. Setiap pesan yang ada dalam film meliputi verbal dan non verbal yang bersifat simbolis yang terdiri dari rangkaian simbolis yang memiliki arti. Konstruksi Aung san Suu Kyi sebagai seorang pejuang demokrasi dapat terlihat baik secara verbal dan non verbal dalam film The Lady. 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang, rumusan masalah dalam skripsi ini : 1. Bagaimana film The Lady mengkonstruksikan Aung San Suu Kyi sebagai pejuang demokrasi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menemukan tanda-tanda ikonik, simbolik dan indeksial dari film The Lady sebagai bentuk dari konstruksi Aung San Suu Kyi sebagai pejuang demokrasi. 1.4 Signifikasi penelitian Signifikasi penelitian dibagi menjadi dua, yaitu signifikasi akademis dan signifikasi praktis. 1.4.1 Signifikasi Akademis Penelitian ini dibuat untuk menambah referensi mengenai analisis atau penelitian media terutama dalam bidang film dengan menggunakan metode semiotika. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan analisis kepada khalayak mengenai bagaimana media menjadi alat untuk menciptakan opini publik dan bagaimana mengkonstruksikan melalui seperangkat media. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi bagaimana film dapat digunakan untuk melihat tanda-tanda perjuangan perempuan sebagai pemimpin dalam Negara pro-demokrasi. 5
1.4.2 Signifikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat membantu masyarakat untuk memahami bagaimana perjuangan perempuan sebagai pemimpin dalam Negara prodemokrasi melalu media seperti film. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membuat masyarakat untuk bisa menangkap tanda dan makna yang disampaikan dalam sebuah film. 6