BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I P E N D A H U L U A N

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

Powered by TCPDF (

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

Rancangan QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 15 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan penanggulangan bencana. Penetapan Undang-Undang tersebut

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sangat rawan terhadap bencana telah mengalami rentetan bencana dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir baik bencana alam maupun bencana sosial. Menurut Indiyanto, (2012:22), rentetan kejadian alam yang menimbulkan bencana, jika dicermati dengan seksama sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan kejadian bencana menyadarkan kita bahwa bagaimanapun manusia sulit menghindar dari ancaman bencana, karena banyak terjadi di luar kendali manusia. Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mengenali gejala dan memahami adanya potensi bencana. Kemampuan manusia tersebut merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan dampak bencana terhadap manusia dan lingkungannya. Kesadaran masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana sangat diperlukan bahwa mereka hidup di lingkungan yang berpotensi terjadinya bencana. Mereka harus hidup berdampingan secara harmonis dengan lingkungan dalam memanfaatkan sumberdaya, namun selalu meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat harus mengetahui keberadaan ancaman bencana, tingkat ancaman bencana dan gejala-gejala alam yang terjadi sebelum ancaman berubah menjadi bencana. Kejadian bencana yang sering dialami oleh Indonesia dari berbagai bencana yang terjadi adalah bencana banjir. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kejadian per bencana yang terjadi di Indonesia seperti pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Jumlah Kejadian Per bencana dari tahun 2002-2010 Sumber: Jurnal BNPB, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2011, hal. 37. Gambar 1.1 menunjukan bahwa bencana banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi yakni 3.347 kejadian, disusul kekeringan yakni 1.293 kejadian dan angin topan yakni 1.292 kejadian. Banyaknya kejadian bencana banjir yang dialami Indonesia telah menimbulkan banyak korban jiwa. Indiyanto (2011:22) mengatakan bahwa berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia telah menimpa banyak tempat dengan intensitas yang berlainan. Jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda semakin lama semakin meningkat. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Suprapto bahwa korban meninggal akibat bencana banjir terus meningkat seperti pada Gambar 1.2. Gambar 1.2. Grafik Korban Meninggal akibat Banjir Sumber : Jurnal BNPB, Volume 2, Nomor 2, 2011, hal. 38

Gambar 1.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia ada 607 kejadian dengan jumlah korban meninggal 1.016 orang. Hal ini menyiratkan bahwa seiring dengan banyaknya jumlah kejadian bencana banjir maka diikuti juga dengan jumlah korban meninggal. Melihat kejadian bencana yang terjadi di berbagai daerah di wilayah Indonesia memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Upaya penanggulangan bencana telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Laporan IFRCRCS (2005) dalam Indiyanto (2012:23) menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah memberikan alokasi perhatian pada kebencanaan sejak 1966 dengan pembentukan tim penanggulangan kondisi darurat yang kemudian dikukuhkan dalam Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 1979 Tentang Pembentukan Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana. Penanggulangan bencana juga telah dituangkan dalam rencana pembangunan jangka panjang tahun 1993-1999 (Repelita V) yang mengupayakan peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana. Laporan IFRCRCS (2005) dalam Indiyanto (2012:23) lebih lanjut melaporkan bahwa dalam satu dekade terakhir, Pemerintah Indonesia telah mengarahkan upaya penanggulangan bencana ke dalam strategi pembangunan nasional melalui publikasi Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Pemerintah juga telah mempublikasikan aturan turunan yang mengatur masalah penanggulangan bencana untuk melengkapi UU Nomor 24 Tahun 2007, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana. Pemerintah telah mengamanatkan tiap wilayah yang memiliki potensi ancaman bahaya untuk membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang dimaksud sebagai pemegang kendali koordinasi multi sektor saat terjadi bencana. Terbentuknya lembaga BPBD di setiap daerah berdasarkan Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD menyiratkan adanya kelembagaan pemerintah daerah yang dapat menjadi koordinator antar instansi atau lembaga terkait dalam penanggulangan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Kabupaten Nias Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kerawanan bencana kategori tinggi. Menurut UNDP Report (2012:24), bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Nias Utara adalah gempabumi, tsunami, tanah longsor dan banjir. Bencana banjir di Kabupaten Nias Utara sering terjadi karena ketidakmampuan lahan untuk mengendalikan limpasan permukaan pada intensitas hujan tertentu dan pasang laut. UNDP Report (2012:115) melaporkan lebih lanjut bahwa bahaya banjir di Kabupaten Nias Utara memiliki potensi yang bervariasi mulai dari rendah, sedang dan tinggi. Potensi bencana banjir di Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada peta indeks risiko bencana banjir seperti pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3. Peta Indeks Risiko Bencana Banjir di Kabupaten Nias Utara Sumber: UNDP, 2012 Gambar 1.3 menunjukkan bahwa Kabupaten Nias Utara memiliki risiko bencana banjir kategori tinggi. Sebelas kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Utara adalah 5 (lima) kecamatan memiliki risiko bencana kategori tinggi, 4 (empat) kecamatan memiliki risiko bencana kategori sedang dan 2 (dua) kecamatan memiliki risiko kategori rendah. Berbasis dari kondisi wilayah Kabupaten Nias Utara yang memiliki potensi bencana kategori tinggi dan Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organsasi dan Tata Kerja BPBD di bentuk lembaga penaggulangan bencana yakni BPBD. Lembaga BPBD di Kabupaten Nias Utara terbentuk pada tanggal 22 Nopember 2011 berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Nias Utara Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Nias Utara. Pembentukan BPBD di Kabupaten Nias Utara diikuti juga dengan

pembentukan Dinas Sosial menjadi satu dinas daerah yang terpisah dari Dinas Kesehatan. Hai ini dilakukan sebagai upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Utara untuk meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana. 1.2 Perumusan Masalah Kabupaten Nias Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki kerawanan bencana banjir. Berdasarkan Laporan Kesbangpollinmas Tahun 2012 dan BPBD Kabupaten Nias Utara tahun 2013 bahwa dari potensi bencana yang sering terjadi di Kabupaten Nias Utara, bencana banjir memiliki dampak paling besar terhadap masyarakat dibandingkan dengan jenis bencana yang lain. Tabel 1.1 menunjukkan jumlah kejadian bencana dan dampaknya terhadap masyarakat Tabel 1.1. Kejadian dan Dampak Bencana Terhadap Masyarakat Selama 3 Tahun (2010 s/d 2012) Di Kabupaten Nias Utara Sumber : Laporan Kesbang 2012 dan BPBD Tahun 2013 Kejadian bencana di Kabupaten Nias Utara seperti pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa bencana banjir memberikan dampak paling besar dengan jumlah pengungsi 13.761 orang dari 19 jumlah kejadian bencana. Banyaknya jumlah pengungsi bencana banjir di Kabupaten Nias Utara menimbulkan permasalahan dalam penyelenggaraan tanggap darurat penanggulangan bencana banjir yakni pendistribusian kebutuhan

pokok yang kurang merata, pelayanan kesehatan yang terbatas dan persediaan tempat penampungan sementara yang kurang memadai. Penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara pada tahap tanggap darurat dari beberapa kejadian yang terjadi bertentangan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 24 Tahun 2007. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat dalam UU No.24 Tahun 2007 pasal 54 berbunyi penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman dan pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan laporan UNDP 2012 bahwa dari beberapa kejadian bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Nias Utara adalah banyaknya pengungsi yang mengeluh akibat permasalahan yang mereka hadapi pada saat datang bencana banjir dan di tempat pengungsian. Beberapa keluhan dan permasalahan yang dihadapi oleh pengungsi telah dicatat oleh UNDP 2012 seperti pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Keluhan dan Permasalahan yang dihadapi pengungsi pada saat bencana banjir di Kabupaten Nias Utara Sumber: UNDP, 2012

Keluhan dan permasalahan yang dialami oleh pengungsi seperti pada Tabel 1.2 menunjukkan kapasitas pemerintah daerah Kabupaten Nias Utara dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir tidak berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini senada dengan yang diinformasikan oleh Surat Kabar Harian Nias Bangkit tangga 12 Desember 2012 bahwa penanganan pengungsi pada beberapa kejadian bencana banjir tahun 2012 di Kabupaten Nias Utara kurang tertangani dengan baik dengan banyaknya pengungsi yang menguluh karena pemerintah daerah terlambat memberikan bantuan, distribusi logistik kurang merata dan pelayanan kesehatan tidak memadai. Tiga lembaga pemerintah daerah yang terlibat secara langsung dalam penanggulangan bencana pada tahap tanggap darurat adalah BPBD, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan tidak cepat menangani permasalahan yang dialami oleh pengungsi. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti memberikan batasan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia dan keuangan dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan oleh peneliti baik dari lembaga penelitian maupun dari civitas akademik perguruan tinggi pasti memiliki tujuan dari penelitian yang dilakukan. Begitu juga dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk: 1. Mengkaji kapasitas kelembagaan dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara.

2. Mengkaji kapasitas sumberdaya manusia dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara. 3. Mengkaji kapasitas keuangan dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara. 4. Menemukenali kapasitas yang berpengaruh dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir di Kabupaten Nias Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memberikan manfaat akademik dan praktis pada berbagai pihak, seperti diuraikan berikut ini. 1. Manfaat akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kajian kapasitas dalam tanggap darurat penanggulangan bencana banjir dan juga memberikan nilai guna ilmiah bagi berbagai pihak yang membutuhkan sebagai dasar pentingnya kapasitas dalam tanggap darurat penanggulangan banjir di berbagai daerah. 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan untuk memperbaiki kinerja penanggulangan bencana banjir pada fase tanggap darurat.