I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien


BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World


PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

HUBUNGAN DIET SERAT TINGGI DENGAN KADAR HBA1C PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21. Negara berkembang seperti Indonesia merupakan daerah yang paling banyak terkena Diabetes Melitus. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita Diabetes Melitus ke-4 terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh Diabetes Melitus. Itu berarti ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan Diabetes Melitus (IDF, 2010). Meningkatnya prevalensi Diabetes Mellitus dibeberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama dikota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, salah satunya adalah penyakit Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2009).

2 World Health Organization (WHO) 2009, memprediksi data Diabetes Melitus di seluruh dunia akan meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun mendatang. Perkiraan untuk Indonesia berdasarkan prediksi oleh WHO dalam PERKENI (Perhimpunan Endokrinologi Indonesia) 2011 dikatakan bahwa penyandang Diabetes Melitus mengalami kenaikan dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 terdapat 133 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun. Dengan prevalensi Diabetes Melitus pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, maka dapat diperkirakan pada tahun 2030 terdapat penyandang Diabetes sejumlah 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Sedangkan menurut laporan hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia (DEPKES RI) menunjukan bahwa prevalensi Diabetes Melitus didaerah urban pada usia diatas 15 tahun sebesar 5,7 %. Prevalensi terkecil terdapat di Papua sebesar 1,7 % dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Utara sebesar 11,1 % (PERKENI, 2011). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2011, tercatat 1406 penderita baru Diabetes Melitus tipe 2 pada tahun 2010 yang terdiri dari 553 pasien rawat jalan dan 853 pasien rawat inap. Pada rentang usia 1 hingga 19 tahun terdapat 15 kasus, 20 hingga 44 tahun 260 kasus, 45 hingga 54 tahun 427 kasus, 55 hingga 59 tahun 348 kasus, 60 hingga 69 tahun 256 kasus, dan usia di atas 70 tahun terdapat 100 kasus. Dari data tersebut

3 dapat dilihat banyaknya jumlah penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang signifikan pada rentang usia di atas 20 tahun (Amalia, 2011). Diabetes Mellitus Tipe 2 mempunyai dua faktor penyebab yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin karena sel beta pankreas mulai terganggu fungsinya. Angka kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 meliputi 90% dari semua populasi Diabetes yang sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku (DEPKES RI, 2005). Pengendalian glukosa darah pada penderita Diabetes Melitus dilihat dari dua hal yaitu glukosa darah sesaat dan glukosa darah jangka panjang. Pemantauan glukosa darah sesaat dilihat dari glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial, sedangkan pengontrolan glukosa darah jangka panjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan Glycate Hemoglobin (HbA1C). Pemeriksaan kadar HbA1C yang dapat memberikan informasi tentang kontrol glikemik pasien selama 2-3 bulan sebelumnya (Jeffcoate SL, 2004). American Diabetes Association (ADA) 2012 menyebutkan bahwa setiap penurunan HbA1C 1% akan menurunkan insiden kematian yang berhubungan dengan Diabetes Melitus sebesar 21%, infark miokard 14%, komplikasi mikrovaskular 37% dan penyakit pembuluh darah perifer 43%. Kriteria diagnosa Diabetes Melitus berdasarkan HbA1C adalah 6,5%. Sedangkan goal terapi direkomendasikan kurang dari 7%. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tingkat HbA1C pada pasien Diabetes Melitus di Poliklinik sebagian besar memiliki tingkat HbA1C yang buruk

4 (54,8%). HbA1C terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 100-120 hari, maka tingkat HbA1C yang buruk mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 3-4 bulan buruk (Price & Wilson, 2009). Tingkat HbA1C yang buruk, mencerminkan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi diabetik. Terapi diabetik merupakan terapi yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus untuk menilai manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, dan terhindar dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. Efektif atau tidaknya terapi diabetik yang diberikan bergantung pada hasil pemeriksaan HbA1C (Suyono, 2009). Terapi atau penatalaksanaan diabetik berupa perencanaan makan (perencanaan diet) dalam buku pedoman PERKENI 2011 disebutkan beberapa komposisi makanan yang dianjurkan dengan pengaturan yang tepat untuk pasien Diabetes Melitus diantaranya karbohidrat, protein, lemak, serat dan pemanis alternatif. American Diabetes Association 2010 merekomendasikan dilakukannya asupan serat pada pasien Diabetes Melitus sebesar 25-35 mg perhari dikarenakan efeknya yang dapat menurunkan kadar kolesterol, terutama serat larut. Dengan mekanisme ini serat akan meningkatkan ketidakmampuan insulin yang resisten. Hasil penelitian membuktikan rekomendasi diet serat ADA dan membandingkan dengan diet serat tinggi yakni mengkonsumsi serat lebih dari

5 50 gram per hari, didapatkan bahwa diet serat yang direkomendasikan oleh ADA menurunkan kadar glukosa darah pasien Diabetes Melitus sebesar 69 mg/dl sedangkan diet serat tinggi mampu menurunkan kadar glukosa darah sebesar 107 mg/dl (Chandalia et al, 2010). Berbagai penelitian telah menyebutkan, disamping akan menolong menghambat penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita Diabetes Melitus tanpa risiko masukan kalori yang berlebih hal ini secara tidak langsung akan menurunkan kadar glukosa darah. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral yang baik bagi pasien Diabetes Melitus (DEPKES RI, 2005). Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek merupakan rumah sakit yang menerima rujukan dari berbagai daerah di Provinsi Lampung. Setiap bulannya, rumah sakit ini dikunjungi oleh pasien. Rata-rata angka kunjungan Laboratorium Rawat Jalan perbulannya adalah 1800 pasien dengan 500 diantaranya merupakan penderita Diabetes Melitus tipe 2. Penderita Diabetes Melitus ini akan bertambah setiap bulannya sekitar 10 hingga 50 kasus (Amalia, 2011). Berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung No.44 Tahun 2009 tentang tujuan rumah sakit sebagai institusi pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, RSUD Abdul Moeloek menyediakan

6 pelayanan laboratorium untuk mengukur kadar HbA1C bagi pasien Diabetes Melitus tipe 2 (Dinkes Provinsi Lampung, 2011). Berdasarkan data-data yang telah dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan diet serat tinggi dengan kadar HbA1C pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan bahwa masalah yang terjadi adalah meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 oleh karena perubahan gaya hidup. Penanganan Diabetes Melitus tipe 2 terbagi menjadi 4 pilar dan salah satunya adalah perencanaan makan dalam hal ini lebih spesifik lagi berupa diet serat tinggi yang ditemukan dapat menurunkan kadar HbA1C. Sehingga dapat dirumuskan permasalahan yang akan saya teliti sebagai berikut: Adakah hubungan diet serat tinggi dengan kadar HbA1C pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan diet serat tinggi dengan kadar HbA1c pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

7 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran diet serat tinggi pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Provinsi Lampung. b. Untuk mengetahui gambaran kadar HbA1c pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Provinsi Lampung. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang diet serat tinggi pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 dan hubungannya dengan kadar HbA1C pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. b. Tenaga kesehatan di RSUD Abdul Moeloek Menjadi bahan masukan kepada para tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan perannya dalam memberikan penatalaksanaan yang sesuai terkait diet serat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung. c. Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diabetes Melitus dan manajemennya, serta meningkatkan kepedulian terhadap keluarga.

8 d. Peneliti lain Sebagai dasar dan informasi tambahan bagi penelitian dengan ruang lingkup yang sama. E. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Teori Menurut La Greca et al tahun 2005, terdapat empat hal penting yang harus di terapkan oleh pasien Diabetes Melitus, diantaranya pengontrolan gula darah, insulin (termasuk obat hipoglikemik oral/oho) dan perencanaan makan, olahraga, serta penanganan segera terhadap hipoglikemik. Teori 4 pilar ini kemudian di sebutkan oleh PERKENI (2011), bahwa pengendalian Diabetes Melitus meliputi edukasi, aktivitas fisik, intervensi farmakologi dan perencanaan makan. Aktivitas self care pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 adalah mengusahakan tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. Tingkat gula darah tidak akan efektif jika hanya dievaluasi dalam jangka pendek (beberapa hari). Pengendalian glukosa perlu dievaluasi juga dalam jangka panjang (beberapa minggu hingga bulan) untuk memudahkan interpretasi. Untuk keperluan ini dilakukan pengukuran hemoglobin terglikosilasi dalam eritrosit atau juga dinamakan hemoglobin glikosilat atau HbA1C (La Greca et al, 2005).

9 Perencanaan makan pun, dilihat sebagai faktor yang berpengaruh, semakin seseorang tidak mematuhi program diet, akan mengindikasikan kadar gula darah terus meningkat dan HbA1C pun akan naik. Dalam hal ini diet serat tinggi akan menurunkan indeks glikemik, maka glukosa yang terakumulasi dalam darahpun akan menurun dan dalam waktu yang lebih lama kadar HbA1C juga akan menurun (Robert MD, 2012). Selain itu, masih banyak faktor lain yang akan memberikan gambaran terhadap perubahan kadar HbA1C diantara lain Anemia hemolitik, kekurangan besi, perdarahan akut dan kronik, inflamasi, profil lipid yang tinggi, Uremia dan kehamilan (Nitin S, 2010) Gambar 1 : Kerangka Teori (PERKENI, 2011)

10 2. Kerangka konsep Gambar 2. Kerangka Konsep F. Hipotesis Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan dalam latar belakang masalah, penulis menyatakan hipotesis bahwa : Terdapat hubungan diet serat tinggi dengan kadar HbA1C pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung Provinsi Lampung.