berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok menyebabkan risiko timbulnya berbagai penyakit atau gangguan kesehatan seperti penyakit tidak menular (PTM) yang dapat terjadi, baik pada perokok itu sendiri rnaupun orang lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Perokok pasif adalah seseorang yang menghirup asap rokok yang dihasilkan oleh tembakau yang terbakar dengan suhu tinggi dan mengandung lebih sedikit oksigen dibandingkan dengan asap yang dihisap oleh perokok aktif. Asap rokok tidak hanya memberikan akibat buruk kepada perokoknya saja, tetapi juga kepada orang lain di sekitarnya yang menghisap asap rokok tersebut. Mereka ini disebut sebagai perokok pasif atau second hand smoke. Perokok pasif dewasa memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru-paru, dan penyakit paru lainnya. Perokok pasif bayi dan anak-anak berisiko tinggi terkena infeksi telinga dan SID (sudden infant death syndrome) (Achadi, 2005). Oleh karena itu, pengetahuan mengenai bahaya merokok sangat diperlukan untuk dapat mencegah seseorang berperilaku merokok. Menurut WHO (World Health Organization), jumlah perokok di dunia sekitar 1,26 miliar orang, yang sebagian besar adalah laki-laki. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diduga, hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang per tahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi di negara-negara maju, dan pada tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari 70% kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara 1

2 berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan. Indonesia termasuk dalam 3 negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia. Prevalensi pengguna tembakau di Indonesia telah meningkat pada berbagai kelompok usia. Rata-rata usia merokok pertama kali di Indonesia semakin lama bergeser ke usia semakin muda (Ng, 2007). Menurut data SUSENAS (2001), sebanyak 31,5% penduduk Indonesia umur 15 tahun ke atas adalah perokok aktif (laki-laki 62,2%, perempuan 1,3%) dan 70% penduduk adalah perokok pasif (Srisantyorini, 2004). Jumlah perokok remaja di Indonesia ternyata juga tinggi di dunia, sekitar 13,2% remaja adalah perokok aktif dari total populasi laki-laki perokok Indonesia, yaitu 69% (Sibarani, 2008). Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi merokok pada usia > 15 tahun adalah 34,7%, terendah di Sulawesi Tenggara 28,3% dan tertinggi di Kalimantan tengah 43,2%. Bila dipisahkan berdasarkan jenis kelamin maka perokok pria > 15 tahun adalah 65,9% dan perokok perempuan > 15 tahun adalah 4,2%. Merokok merupakan sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Tekanan teman sebaya, penampilan diri, ingin terlihat tahu, stres, rasa bosan, ingin terlihat gagah dan menunjukkan sifat menentang, merupakan hal-hal yang dapat mengontribusi remaja mulai merokok (Soetjiningsih, 2004). Selain karena faktor teman sebaya, perilaku merokok juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Remaja menjadi perokok karena terpengaruh orangtuanya sendiri yang perokok berat, yang memungkinkan anak untuk mencontohnya (Mu tadin, 2002). Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor, baik dalam diri maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan. Menurut Green (1980), faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

3 a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan fasilitas adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku merokok misalnya, paparan iklan rokok. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku merokok misalnya, pengaruh teman sebaya dan pengaruh lingkungan keluarga (orangtua). Hasil penelitian Lembaga Menangani Masalah Merokok (LM3) (2003, cit. Srisantyorini, 2004) pada pelajar SMU dan akademi di Jakarta, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk merokok adalah pengaruh teman atau lingkungan (29,6%), menghilangkan kesepian (29,5%), menghilangkan ketegangan (11,6%), sebagai alat pergaulan atau komunikasi (11,2%), untuk konsentrasi belajar (7,7%), ingin diakui dewasa (6,6%), ikut idola atau orangtua (3,6%). Berdasarkan data di atas, dapat dilihat besarnya jumlah perokok remaja di Indonesia. Padahal, semakin muda seseorang memulai untuk merokok, akan semakin sulit untuk berhenti merokok. Remaja merokok juga dipengaruhi oleh paparan iklan dan adegan merokok dalam film. Menurut Braverman dan Aaro (2004), perilaku merokok pada remaja dan keinginan mereka untuk merokok di masa yang akan datang (ketika berusia 20 tahun), berhubungan dengan paparan iklan rokok. Banyaknya remaja menonton film dengan adegan merokok di dalamnya, sangat berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja (Sargent, et al., 2001). Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok pada anak dan menghambat orangtua melarang anaknya untuk merokok, apalagi iklan tersebut menonjolkan maskulinitas yang membuat pria akan merasa percaya diri

4 dengan merokok (Aditama, 1997). Adegan merokok yang diperankan oleh public figure, termasuk artis dalam sinetron-sinetron yang ditayangkan di stasiun televisi, dapat menjadi pemicu kebiasaan merokok di kalangan masyarakat, terutama remaja (Aditama, 2000). Di Indonesia, perusahaan tembakau menjadi sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser musik. Akibatnya, remaja-remaja di Indonesia sangat terpengaruh oleh iklan rokok yang mengasosiasikan merokok dengan keberhasilan dan kebahagiaan (Anonim, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Prabandari (2004) menunjukkan adanya hubungan antara paparan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa SLTP dan SLTA di Yogyakarta. Semakin tinggi paparan iklan rokok yang diterima, semakin tinggi perilaku merokok pada siswa. Kabupaten Brebes terletak di Provinsi Jawa Tengah memiliki 32 sekolah menengah umum negeri, 37 sekolah menengah kejuruan negeri dan 23 madrasah aliyah negeri. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa perilaku merokok remaja SMU di Kabupaten Brebes dapat terlihat dengan jelas. Pada saat jam istirahat, kegiatan merokok sering dilakukan para siswa di lingkungan sekolah. Pada saat jam belajar usai pun, banyak siswa yang merokok sambil berjalan, bahkan pada saat mengendarai sepeda motor. Hal ini dikarenakan adanya toko-toko di sekitar sekolah yang menjual rokok, sehingga para siswa dapat dengan mudah memperoleh rokok. Kegiatan sekolah juga sering disponsori oleh produk rokok. Iklan-iklan rokok di sepanjang jalan protokol di Kabupaten Brebes juga cukup banyak. Hal tersebut mempermudah para remaja untuk bisa mendapat informasi mengenai produk rokok terbaru, sehingga mendorong perilaku untuk merokok. Siswa-siswi SMU yang sedang tumbuh menjadi remaja sangat rawan terhadap paparan perilaku merokok. Survei tentang rokok pada remaja di Kabupaten Brebes belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini menyertakan siswa SMU. Banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi perokok, baik yang berhubungan dengan faktor

5 internal maupun eksternal. Mengingat banyaknya jumlah perokok di kalangan remaja, khususnya siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan bahaya merokok, paparan iklan rokok dan pengaruh sosial terhadap status merokok siswa-siswi SMU di Kabupaten Brebes? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang bahaya merokok, paparan iklan rokok, dan pengaruh sosial dengan status merokok siswa-siswi SMU negeri di Kabupaten Brebes. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang bahaya merokok dengan status merokok b. Mengetahui hubungan antara paparan iklan rokok dengan status merokok. c. Mengetahui hubungan antara pengaruh sosial dengan status merokok. D. Manfaat penelitian 1. Bagi pihak SMU Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam upaya menghindarkan para siswa-siswi SMU dari perilaku merokok dengan memberikan pengetahuan dan informasi yang tetap. 2. Bagi pascasarjana IKM Sebagai masukan yang berguna terhadap upaya pencegahan peningkatan jumlah perokok pemula pada siswa-siswi SMU.

6 3. Bagi peneliti Sebagai referensi bagi peneliti - peneliti selanjutnya E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian yang dilakukan ini, antara lain adalah 1. Prabandari (1994), meneliti metode pendidikan kesehatan melalui seminar dan diskusi sebagai alternatif penanggulangan perilaku merokok pada remaja pelajar SLTA di Kodya Yogyakarta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan melalui seminar lebih efektif daripada diskusi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku merokok pada remaja. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang dilakukan peneliti adalah variabel independen mengenai pengetahuan tentang bahaya rokok, paparan iklan rokok, dan pengaruh sosial (teman sebaya dan keluarga) serta rancangan penelitian, sampel dan lokasi penelitian. Persamaannya adalah pada sampel penelitian menggunakan remaja pelajar SLTA sebagai responden. 2. Manurung (2004), meneliti pendidikan kesehatan oleh peer education sebagai upaya pencegahan bahaya merokok. Diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan pengetahuan dan sikap peer education sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan oleh peer educator. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada, disain dan lokasi serta sampel penelitian. Persamaannya pada topik tentang rokok. 3. Pattinasarany (2004), meneliti hubungan antara persepsi dan sikap remaja tentang merokok dengan perilaku merokok di SMU Kota Masohi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap merokok dengan perilaku merokok remaja. Perbedaan penelitian tersebut dengan yang dilakukan peneliti adalah variabel independen, serta sampel dan lokasi penelitian. Persamaannya adalah keduanya menggunakan rancangan cross sectional dan topik tesisnya hampir sama.