Otonomi Daerah : Implementasi 1
UU No. 22 Tahun 1999 ---- UU No. 32 Tahun 2004 Ada 5-6 yang menjadi urusan pemerintah pusat seperti : Pertahanan Keamanan Moneter dan Fiskal Agama Peradilan (Yustisi) Politik Luar Negeri 2
Kesehatan Pendidikan Sosial Tenaga Kerja Perhubungan Industri Lingkungan Hidup Koperasi PU Pertanian Penanaman Modal 3
Urusan Wajib Pemerintah Daerah Kab./Kota : UU No. 32/2004 1. perencanaan dan pengendalian pembangunan 9. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah 2. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang 10. pengendalian lingkungan hidup 3. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 11. pelayanan pertanahan 4. penyediaan sarana dan prasarana umum 12. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil 5. penanganan bidang kesehatan 13. pelayanan administrasi umum pemerintahan 6. penyelenggaraan pendidikan 14. pelayanan administrasi penanaman modal 7. penanggulangan masalah sosial 15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya 8. pelayanan bidang ketenagakerjaan 16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan 4
Urusan Pilihan Pemerintah Daerah Kab./Kota : UU No. 32/2004 Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. 5
Dalam disain otonomi daerah sebelum diundangkan melalui UU No. 22/1999, yang menjadi indikator keberhasilannya adalah : Perangkat peraturan berupa PAD yg meningkat peraturan dan Semua urusan memungkinkan pemerintah ttg pemerintahan yg penyerahan urusan mendukung secara berdasarkan telah ditinjau seimbang sesuai Masing-masing kriteria yg kebutuhan dan jika Dati II telah kembali dan ditetapkan dan mampu mengurus diselaraskan dgn memungkinkan layak utk nuansa terjadinya RT-nya sendiri. diserahkan kepada percepatan pembangunan yg Dati II telah diarahkan pertumbuhan dilaksanakan. sebagaimana perekonomian daerah. tertulis dalam GBHN. Terwujudnya mekanisme pembinaan teknis oleh menteri teknis, pembinaan umum oleh menteri dalam negeri, pembinaan operasional oleh provinsi tanpa terjadinya pergesekan dan tumpang tingdih antara pembinaan. 6
Kuadran III Kuadran I Provinsi dengan Kinerja Sedang Provinsi dengan Kinerja Tinggi Kuadran IV Kuadran II Provinsi dengan Kinerja Rendah Provinsi dengan Kinerja Sedang Sumber : Dariwardani dan Amani, hal. 6. 7
Kuadran I II III IV Kondisi Kelompok provinsi dengan kinerja tinggi. Kinerja PAD tinggi dengan nilai IPM tinggi. Pemerintah daerah berhasil mengoptimalkan input sehingga berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Kelompok provinsi dengan kinerja sedang. Kinerja PAD tinggi namun nilai IPM rendah. Pemerintah daerah berhasil meningkatkan input namun belum membawa dampak optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kelompok provinsi dengan kinerja sedang. Kinerja PAD rendah namun nilai IPM tinggi. Pemerintah daerah kurang berhasil meningkatkan input namun dengan input terbatas berhasil membawa dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kelompok provinsi dengan kinerja rendah. Kinerja PAD rendah dengan nilai IPM rendah. Pemerintah daerah kurang berhasil meningkatkan input sehingga belum membawa dampak optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 8
Kuadran III Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Barat Jambi Bengkulu DKI Jakarta Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kuadran I Sumatera Utara Jawa Tengah DI Yogyakarta Bali Kuadran IV Lampung Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kuadran II Jawa Timur Sumber : Dariwardani dan Amani, hal. 8 9
Kuadran III Jambi Bengkulu Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kuadran I Sumatera Utara Sumatera Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Bali Kuadran IV Nanggroe Aceh Darussalam Lampung Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Kuadran II Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Sumber : Dariwardani dan Amani, hal. 9. 10
Peringkat Kabupaten Propinsi Sumatera Utara di tingkat Nasional (dari 334 kabupaten/kota) : Tapanuli Utara (48),Serdang Bedagai (63), Samosir (107), Deli Serdang (110), Dairi (120), Tapteng (135), Madina (172), Simalungun (174), Tobasa (184), Humbahas (185), Karo (219), Asahan (228), Labuhan Batu (230), Pakpak Barat (249), Nias (259) dan Nias Selatan (281). (www.samosirkab.go.id) 11
Evaluasi daerah otonom hasil pemekaran 1999-2009 akhirnya disampaikan secara resmi. Hasil evaluasi menunjukkan hampir semua mendapatkan nilai merah untuk indikator kesejahteraan masyarakat, pemerintahan yang baik, pelayanan publik, dan daya saing. 12
Dari 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota hasil pemekaran sepanjang periode 1999-2009, hanya dua daerah yang mendapat nilai total di atas 60 dari nilai tertinggi 100. Kedua daerah itu adalah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dengan nilai total 64,61 dan Kota Cimahi, Jawa Barat, dengan nilai 60,43. 13
Banyak daerah yang mendapatkan nilai minimal untuk kategori-kategori tertentu. Kabupaten Toraja Utara (Sulawesi Selatan), Tulang Bawang Barat (Lampung), Yalimo (Papua), Kepulauan Aru (Maluku), Gorontalo Utara (Gorontalo), Kepulauan Meranti (Riau), Morotai (Maluku Utara), Mesuji (Lampung), Sigi (Sulawesi Tengah), dan Maluku Barat Daya (Maluku) mendapat nol untuk indikator daya saing. Kabupaten Deiyai (Papua) mendapat nilai kosong untuk indikator kesejahteraan rakyat. Kabupaten Puncak Jaya dan Paniai di Papua memperoleh nilai kosong untuk indikator kesejahteraan masyarakat, pemerintahan, dan daya saing. (Kompas, 29 April 2011) 14
Kabupaten Kota Sumber : KPPOD, 2009 15
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 16
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 17
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 18
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 19
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 20
Kabupaten Sumber : KPPOD, 2009 Kota 21