BAB I PENDAHULUAN. adalah bahasa. Melalui bahasa, individu dapat menyampaikan ide kepada orang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis. secara singkat, padat, dan jelas serta dijabarkan dalam indikator.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang digunakan manusia.

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir dapat dipastikan bahwa dalam kehidupan sehari hari tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum KTSP. (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) saat ini menganut pendekatan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanti Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lain atau bahasa kedua yang dikenal sebagai pengetahuan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi yaitu bahasa. Bahasa memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain, demikian sebaliknya. Agar dapat berkomunikasi dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik dan benar secara lisan dan tulis.

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan atau lebih tepatnya hampir mustahil dilaksanakan. Akibatnya guru

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia menekankan pentingnya penguasaan empat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki 4 (empat) kompetensi, yakni kompetensi membaca, menulis, menyimak, dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. bunyi sedangkan bentuk tulisan memakai symbol berupa huruf.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdiri atas keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

Indonesia telah dirancang ke dalam pembelajaran berbasis teks. Di dalam pembelajaran tersebut, siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Inti dari pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara di depan publik seperti berpidato, berceramah, dan

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasai siswa. Dalam keterampilan berbicara diperlukan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat komunikasi yang sangat berperan dalam interaksi sosial adalah bahasa. Melalui bahasa, individu dapat menyampaikan ide kepada orang lain atau sebaliknya sehingga terjadi komunikasi yang baik antara kedua belah pihak dan saling memahami apa yang dimaksudkan oleh lawan komunikasinya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, diperlukan keterampilan berbahasa yang baik. Adapun keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai agar dapat berkomunikasi yang baik yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan antara keterampilan yang satu dengan keterampilan lainnya Dalam praktik berbahasa kegiatan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang dihadapkan dalam keterampilan ini. Wujud kegiatan berbicara dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari baik di dalam sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Salah satu aktivitas kegiatan berbicara yang erat kaitannnya dengan penyampaian informasi secara lisan adalah berpidato. Berpidato merupakan salah satu bentuk keterampilan berbicara menyampaiakan pikiran dan gagasan kepada khalayak umum dengan menggunakan bahasa lisan sebagai media. Keterampilan berpidato bisa merupakan suatu bakat, tetapi keterampilan berpidato yang baik 1

2 memerlukan pengetahuan dan latihan. Berpidato berarti berkomunikasi dengan orang bayak yang bersifat searah, yakni satu orang sebagai pembicara dan yang lainnya hanya mendengar. Agar seseorang mampu berpidato, orang lebih sering lupa memperhatikan cara dan bentuk pikiran yang dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering lupa memperhatikan cara dan bentuk pembicaraan yang diucapkan supaya kedengaran baik. Dalam standar isi, materi berpidato siswa diharapakan mampu menulis teks pidato dengan tema tertentu, membawakan pidato dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat, mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki dari pidato yang disampaikan teman, memperbaiki cara berpidato dan isi pidato berdasarkan catatan atau masukan teman. Hal ini bertujuan agar siswa mampu berpidato di depan umum dengan lafal, intonasi, nada dan sikap yang tepat. Kompetensi tersebut diharapkan dapat diikembangkan melalui pengajaran berpidato dengan menggunakan model pengajaran yang efektif. Dengan pengajaran yang menggunakan model efektif, siswa diharapkan dapat mampu berpidato dengan dengan lafal, inonasi, nada dan sikap yang tepat. Kenyataannya di lapangan menurut pengalaman pada saat PPL kemampuan siswa dalam berpidato belum maksimal. Hal ini sesuai dengan keterangan guru bid. studi Bahasa Indonesia, ibu Rasima Sinaga, S.Pd. menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam berpidato siswa belum maksimal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009) yang berjudul Penerapan Model Time Token Terhadap Kemampuan Berpidato Oleh Siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Medan T.P 2009/2010 dari penelitian tersebut

3 diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata kemampuan berpidato siswa sebelum dilakukan penelitian berada pada kategori 65,71 berada pada kategori rendah. Dari pengalaman yang dialami tidak jarang para guru menemui ketidakmampuan siswa dalam berbicara karena seseorang pembicara khususnya dalam berpidato harus berhadapan dengan orang banyak untuk menyampaikan gagasan didepan umum. Hal ini disebabkan karena kemampuan siswa untuk menguasai materi/isi pidato, teknik maupun metode di dalam berpidato, dan rendahnya persiapan siswa. Rendahnya kemampuan berpidato siswa juga disebabkan oleh pemilihan model pengajaran yang kurang efektif, contohnya seorang guru cenderung mengajar dengan menggunakan model pengajaran dalam betuk penjelasan atau penuturan secara lisan. Hal ini juga seperti yang ditemukan Setiawati dalam jurnal penelitiannya yang mengatakan bahwa, Hambatan yang sering timbul dari siswa dalam berbicara pidato disebabkan oleh 2 hambatan yaitu, hambatan eksternal dan internal. Hambatan eksternal seperti metode dan media pengajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran berbicara tidak dikelola dengan baik oleh guru, sehingga siswa tidak termotivasi untuk terampil berbicara. Dimana pengunaan metode ceramah dan media yang guru lakukan kurang mendukung dalam proses pembelajaran berbicara, akibatnya sering menimbulkan rasa bosan kepada siswa. Hambatan internal yaitu. yang pertama dalam kejelasan kalimat. Hal ini karena kurangnya keberanian dari siswa, mereka cenderung malu dalam berbicara. Kedua yaitu dalam kelancaran kalimat. Hal ini karena kurangnya sikap percaya diri siswa, dalam pengucapan kalimat masih ragu-ragu yang mengakibatkan ketidaklancaran dalam pengucapan. Dalam bentuk model pengajaran ini siswa diharapkan menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru. Padahal dalam kompetensi dasar siswa diharapkan dapat berpidato dengan baik. Pada dasarnya yang dibutuhkan

4 adalah bagaimana siswa mampu berpidato dengan baik bukan hanya teori tentang berpidato saja melainkan pengajaran yang lebih menekankan bagaimana seorang siswa mampu berpidato dan memberikan latihan-latihan terpadu. Oleh karena itu, dibutuhakan model pengajaran yang mampu melatih siswa pada aktivitas agar siswa mampu berpidato dengan baik. Selain itu, rasa kurang percaya diri pada siswa untuk berbicara di depan umum juga sebagai salah satu penyebab seorang siswa kurang mampu berpidato dengan baik. Bagi siswa yang pemalu hal seperti ini dapat membuat seseorang gemetaran, pucat, beban terasa berat dan tidak mampu berbicara. Sementara untuk memliki kemampuan berbicara adalah kebiasaan melatih diri. Setiap orang dapat dan mampu berpidato karena kemampuan berpidato bukan dibawa dari lahir melainkan dipelajari dan dengan banyak berlatih dan terus berlatih. Dengan demikian, guru harus dapat menciptakan kondisi atau pengalaman yang memungkinkan anak berlatih diri dan menguasai kemampuan berpidato secara tahap demi tahap. Dengan kebiasan melatih dan menguasai kemampuan berpidato secara bertahap otomatis akan meningkatkan kemampuan berpidato siswa. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menggunakan model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) untuk mengatasi masalah tersebut serta meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara, khususnya untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa. Model pengajaran langsung (Explicit Instruction) yaitu pengajaran yang menyampaikan materi dengan langkah demi langkah secara bertahap. Pembahasan

5 materi menggunakan model pengajaran langsung (Explicit Instruction) memfokuskan pada pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini disebut Model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) yang diperkenalkan oleh Rosenshine dan Stevens pada tahun 1986. Dengan model ini guru menyajikan materi dengan mendemonstrasikan, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan umpan-balik siswa, dan memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan. Dengan model pengajaran langsung siswa akan mudah mengetahui teknik berpidato dengan baik. Selain itu siswa juga akan lebih terampil dalam berpidato. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul Efektivitas Model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa berpidato rendah. 2. Kurangnya pengetahuan siswa tentang teknik maupun metode berpidato. 3. Model pengajaran yang digunakan dalam pengajaran berpidato kurang efektif.

6 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat berjalan dengan baik, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dibatasi yakni Efektivitas Model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka drumuskanlah masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kemampuan berpidato Siswa Kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014 diajarkan dengan Model Pengajaran Langsung (Explicit Instrucction)? 2. Bagaimanakah kemampuan berpidato Siswa Kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014 diajarkan dengan Model Ekspositori? 3. Apakah Model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) lebih efektif dibandingkan dengan Model Ekspositori dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014?

7 E. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa dengan menerapkan model Ekspositori. 2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpidato siswa dengan menerapkan model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction). 3. Untuk mendeskripsikan keefektifan model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction) dalam meningkatkan kemampuan berpidato Siswa Kelas XII SMA Swasta Santa Lusia Sei Rotan Tahun Pembelajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat kemampuan berpidato siswa. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berpidato siswa dengan menggunakan model Pengajaran Langsung (Explicit Instruction). 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai calon guru kelak akan mengajarkan materi berpidato untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.