BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB 2 BAHAN DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pengambilan data sampel menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Indeks Keanekaragaman ( H) dari Shannon-Wiener dan Indeks Nilai Penting

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB 2 BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PANTAI BAB III METODE PENELITIAN

POSTER KERAGAMAN JENIS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN SUNGAI OGAN, SUMATERA SELATAN 1 Marson 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Biologi.

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

II. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

3. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. 1 Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif yang bersifat eksperimental. Penelitian eksperimental merupakan penelitian laboratorium, meskipun bisa juga dilakukan di luar laboratorium, tetapi pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip penelitian laboratorium. 2 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di Sungai Blorong sebagai sungai dengan pola pendekatan ekohidrolik dan Sungai Glodok sebagai sungai dengan pola pendekatan hidrolik murni di Kabupaten Kendal Jawa Tengah pada bulan Oktober- November tahun 2013. 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 53. 57. 2 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 34

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis makrozoobenthos yang ada di Sungai Blorong dan Sungai Glodok Kendal Jawa Tengah. 2. Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive random sampling, yaitu pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. 3 Sampel dalam penelitian ini adalah semua makrozoobenthos yang didapatkan dari pengambilan substrat dasar dengan menggunakan Ekman grab dan kemudian disaring dengan saringan makrozoobenthos yang memiliki mata saring 1,0 x 1,0 mm. Pengambilan sampel dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB. Sampel dalam penelitian ini adalah jenis-jenis makrozoobenthos yang didapatkan di 3 stasiun yang telah ditentukan. Stasiun sampel disesuaikan dengan panjang sungai yang akan diteliti, yaitu Sungai Blorong sebagai sampel sungai dengan pola pendekatan ekohidrolik dan Sungai Glodok sebagai sampel sungai dengan pola pendekatan 254. 3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 35

hidrolik murni. Rincian masing-masing stasiun pada Sungai Blorong dan Sungai Glodok adalah sebagai berikut : a. Sungai Blorong memiliki panjang 51 km. Penelitian pada Sungai Blorong dilakukan pada tiga stasiun yang telah ditentukan antara lain: 1) Stasiun I Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang jauh dari pemukiman penduduk. Stasiun ini merupakan bagian hulu sungai yang terletak di Desa Darupono Kendal. Kondisi lokasi penelitian di Stasiun I dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut: Gambar 3.1: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun I Sungai Blorong di Desa Darupono Kendal. 36

2) Stasiun II Stasiun ini merupakan bagian tengah sungai Blorong yang terletak di Desa Sudipayung Brangsong Kendal. Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang berada di sekitar pemukiman penduduk, namun jarak antara rumah penduduk dengan bantaran sungai tergolong jauh. Kondisi lokasi penelitian di stasiun II dapat dilihat pada gambar 3.2 sebagai berikut: Gambar 3.2: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II Sungai Blorong di Desa Sudipayung Brangsong Kendal. 3) Stasiun III Stasiun ini merupakan bagian hilir sungai Blorong yang terletak di Desa Turunrejo Kendal. Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang berada di jauh dari pemukiman penduduk dikarenakan hilir 37

Sungai Blorong bermuara ke pantai. Hal ini mengakibatkan lokasi sekitar hilir Sungai Blorong lebih dimanfaatkan penduduk untuk tempat pembuatan tambak-tambak. Kondisi lokasi penelitian di stasiun III dapat dilihat pada gambar 3.3 sebagai berikut: Gambar 3.3: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun III Sungai Blorong di Desa Bandengan Kendal. b. Sungai Glodok merupakan sungai yang melintas di sepanjang Desa Karangsari Kendal. Sungai Glodok memiliki panjang 5,7 km. Penelitian pada Sungai Glodok dilakukan pada tiga stasiun yang telah ditentukan antara lain: 1) Stasiun I Stasiun ini merupakan bagian hulu sungai Glodok yang terletak di Desa Karangsari Brangsong 38

Kendal. Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang berada di dekat pemukiman penduduk. Kondisi lokasi penelitian di stasiun I dapat dilihat pada gambar 3.4 sebagai berikut: Gambar 3.4: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun I Sungai Glodok di Desa Karangsari Brangsong Kendal. 2) Stasiun II Stasiun ini merupakan bagian tengah sungai Glodok yang terletak di Desa Karangsari Brangsong Kendal. Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang berada di sekitar pemukiman penduduk. Penduduk sekitar memanfaatkan sungai ini sebagai tempat untuk buang air besar, mencuci pakaian dan lain-lain. Kondisi lokasi penelitian di stasiun II dapat dilihat pada gambar 3.5 sebagai berikut: 39

Gambar 3.5: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II Sungai Glodok di Desa Karangsari Brangsong Kendal. 3) Stasiun III Stasiun ini merupakan bagian hilir sungai Glodok yang terletak di Desa Karangsari Brangsong Kendal. Stasiun penelitian ini merupakan daerah yang berada di dekat pemukiman penduduk. Penduduk sekitar hilir sungai juga memanfaatkan sekitar sungai sebagai tambak. Hal ini dikarenakan hilir Sungai Glodok bermuara ke pantai. Kondisi lokasi penelitian di stasiun III dapat dilihat pada gambar 3.6 sebagai berikut: 40

Gambar 3.6: Lokasi pengambilan sampel pada stasiun III Sungai Glodok di Desa Karangsari Brangsong Kendal. Rancangan penelitian ini menggunakan teknik sampel transek (transect sampling) dalam menentukan titik sampling. Setiap stasiun dibagi ke dalam 3 titik pengambilan sampel, yaitu titik A, B, dan C dimana 2 titik berada pada tepi dan 1 titik berada di tengah. Rancangan titik pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 3.7 sebagai berikut: 41

A Sungai C B Gambar 3.7: Titik pengambilan sampel secara vertikal dan horisontal. 4 Keterangan : A : Tepi kiri sungai B : Tepi kanan sungai C : Tengah sungai D. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dapat berubah, faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. 5 Dalam penelitian ini menggunakan variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut dengan variabel bebas, atau Independent Variable (X), sedangkan variabel akibat disebut dengan variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variable (Y). 6 4 Dokumentasi Pribadi. 5 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Mentri Pendidikan Nasional RI, 2000), hlm 1258 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 97 42

Variabel bebas (X) yaitu komponen lingkungan abiotik dengan indikator berupa Pengaruh komponen lingkungan abiotik Sungai Blorong dan Sungai Glodok Kendal Jawa Tengah. Meliputi: 1. Suhu 2. Ph 3. Salinitas 4. Intensitas cahaya 5. Kecepatan Arus 6. Kedalaman 7. BOD. Sedangkan Variabel terikat (Y) berupa keanekaragaman makrozoobenthos dengan indikator berupa: 1. Kelimpahan makrozoobenthos 2. Indeks keanekaragaman makrozoobenthos 3. Indeks kemerataan makrozoobenthos 4. Indeks dominansi makrozoobenthos. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi (observation) atau pengamatan. Observasi yaitu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang 43

sedang berlangsung. 7 Observasi dilakukan untuk mendapatkan data primer yang diperlukan dan kemudian digunakan dalam proses analisis data. Observasi dalam penelitian ini dilakukan di masing-masing stasiun sampel yang telah ditentukan di Sungai Blorong sebagai sungai dengan pola pendekatan ekohidrolik dan Sungai Glodok sebagai sungai dengan pola pendekatan hidrolik murni. Observasi dalam penelitian ini menggunakan alat, bahan dan prosedur pengambilan sampel sebagai berikut: 1. Alat a. Parameter Biologi (makrozoobenthos) 1) Ekman Grab: untuk mengambil makrozoobenthos di sungai /perairan yang dasarnya lumpur. 2) Ember: untuk tempat substrat setelah diambil dari sungai. 3) Saringan yang memiliki ukuran mata saring 1,0x1,0 milimeter: untuk menyaring makrozoobenthos dari substrat. 4) Botol sampel: untuk mengawetkan makrozoobenthos. 5) Kertas label: untuk memberi label botol awetan makrozoobenthos. 220. 7 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,, hlm. 44

b. Parameter Fisika 1) Thermometer Hg: untuk mengukur suhu sungai. 2) Stopwatch: sebagai timer pada saat mengukur suhu dan kecepatan arus. 3) Tongkat skala: untuk mengetahui kedalaman sungai. 4) Secchi disk: untuk mengukur kecerahan sungai. 5) Buah jeruk: untuk mengukur kecepatan arus. 6) Tali raffia: pengikat botol saat mengukur kecepatan arus. 7) Cetok semen: untuk mengambil substrat dasar sungai. c. Parameter Kimia 1) ph paper dan ph box 2) Refraktometer : untuk mengukur salinitas air. 3) Stopwacth: sebagai timer pada saat mengukur ph. 4) Botol BOD 125 ml. 5) Pipet tetes. 6) Tabung Erlenmeyer 250 ml. 7) Gelas Ukur 100 ml. 8) Buret 2. Bahan a. Formalin 4%: untuk mengawetkan makrozoobenthos. b. Aquades: untuk membersihkan makrozoobenthos dan untuk menetralkan alat-alat penelitian. 45

c. Larutan PP (fenolftalein 0,5%) dan larutan NaOH 0,023 N: Reagen untuk mengukur kadar CO 2 terlarut. d. MnSo 4, KOH-KI, H 2 SO 4, amilum, dan Na 2 S 2 O 3 0,025 N : Reagen untuk mengukur kadar O 2. 3. Prosedur Penelitian a. Langkah kerja pengambilan sampel makrozoobenthos adalah sebagai berikut: 1) Membuka penutup Ekman grab dan memasukkannya kedalam sungai secara tegak lurus sampai kedasar. 2) Menjatuhkan pemberatnya, menarik pelan-pelan dan membuka penutup Ekman grab. 3) Meletakkan substrat yang didapat dengan pengulangan sebanyak 3 kali kedalam ember. 4) Menyaring substrat menggunakan saringan dengan ukuran 1,0 x 1,0 mm. 5) Membersihkan makrozoobenthos yang didapat dengan air bersih, kemudian dengan aquades. 6) Memasukkan makrozoobenthos ke dalam botol yang telah diisi formalin 4% kemudian memberi label. 8 7) Melakukan identifikasi serta menghitung jumlah dan jenis sampel makrozoobenthos di Laboratorium Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dengan menggunakan buku panduan antara lain siput dan kerang Indonesia yang ditulis oleh Dharma, 8 Ferianita Fachrul, M., Metode Sampling Bioekologi, hlm. 104-105. 46

Invertebrate Zoology yang ditulis oleh Barnes dan lain-lain. b. Langkah kerja pengambilan data faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) yang mempengaruhi kehidupan makrozoobenthos sebagai berikut: 1) Suhu a) Menyiapkan Thermometer Hg. b) Mencelupkannya kedalam air sungai, kurang lebih 5 menit hingga air raksa berhenti. c) Mengangkat thermometer kemudian mencatat hasilnya. 9 2) Kecerahan a) Menurunkan Secchi disc pelan-pelan ke dalam perairan. b) Membaca panjang tali pada saat Secchi disc terlihat samar sampai batas tepat hilang. c) Mencatat kedalaman yang didapat di papan hasil pengamatan. d) Memasukkan data hasil pengukuran ke dalam rumus berikut: Kecerahan = batas samar-samar + batas tepat hilang 10 2 9 Prijadi Soedarsono, dkk., Panduan Praktikum Mata Kuliah Limnologi, (Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, 2012), hlm. 14. 47

3) Kedalaman a) Memasukkan tongkat berskala secara vertikal kedalam air sampai dasar sungai. b) Mencatat skala yang terukur pada tongkat. c) Prosedur 1 dan 2 diulang sebanyak 3 kali pada lokasi yang berbeda sesuai lebar dan panjang badan air. 11 4) Kecepatan arus a) Mengikat jeruk dengan tali raffia sepanjang 1 meter. b) Mengapungkan bola arus (jeruk) di atas air. c) Menghitung waktu yang ditempuh bola arus sepanjang 1 m dengan menggunakan stopwatch. d) Mematikan stopwacth setelah raffia meregang sempurna. e) Menghitung hasil dengan memasukkan ke dalam rumus: v = s t Keterangan: v = kecepatan arus (m/s) 10 C. Ain dan B. Sulardiono, Modul I Topik 1 Praktikum Mata Kuliah Ekologi Perairan Tropis, (Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip, 2012), hlm. 3-4. 11 C. Ain dan B. Sulardiono, Modul I Topik 2 Praktikum Mata Kuliah Ekologi Perairan Tropis, hlm. 7. 48

s = jarak yang ditempuh bola arus (1 m) t = waktu (detik) 12 5) Substrat Dasar Perairan a) Memasukkan cetok semen perlahan-lahan ke dasar sungai. b) Menunggu sampai air kembali tenang sebelum memulai pengambilan substrat dasar menggunakan cetok semen tersebut. c) Mengamati substrat dasar sungai yang didapatkan. 13 6) Salinitas a) Menetralisir refraktometer menggunakan aquades terlebih dahulu untuk menetapkan garis horizontal (pada lensa) dengan angka nol. b) Mengangkat penutup kaca prisma dan meletakkan 1-2 tetes air yang akan diukur, kemudian menutup kembali dengan hati-hati agar tidak muncul gelembung udara dipermukaan kaca prisma. c) Melihat melalui kaca pengintai, dan akan terlihat pada lensa nilai/salinitas dari air yang sedang diukur. 14 12 Prijadi Soedarsono, dkk., Panduan Praktikum Mata Kuliah Limnologi, hlm. 23. 13 Norma Afiati, dkk, Modul Praktikum Mata Kuliah Pengendalian Pencemaran Perairan, Modul I Topik 4, (Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang, 2013), hlm. 1 49

7) ph air a) Menyediakan air sampel dan kertas ph. b) Memasukkan sebagian kertas ph ke dalam air sampel selama 2 menit. c) Mencocokkan warna kertas ph dengan ph box kemudian mencatat hasilnya. 15 8) BOD a) Mengambil sampel air dengan menggunakan botol BOD 125 ml. b) Menambahkan 1 ml MnSO 4 dan 1 ml NaOH dalam KI, kemudian menutup botol dan mengocoknya hingga larutan mengendap. c) Menambahkan 1 ml H 2 SO 4 pekat kemudian menutup botol BOD, mengocoknya sampai larutan berwarna kuning. d) Memasukkan 50 ml sampel ke dalam Erlenmeyer 250 ml. e) Melakukan titrasi dengan 0,025 N Na 2 S 2 O 3 hingga larutan berwarna kuning muda. f) Menambahkan 2 tetes amilum, apabila timbul warna biru kemudian melanjutkannya dengan titrasi Na 2 S 2 O 3 0,025 N hingga bening. 14 Ghufran dan Andi, Pengelolaan Kualitas Air, hlm. 98. 15 Prijadi Soedarsono, dkk., Panduan Praktikum Mata Kuliah Limnologi, hlm. 36. 50

g) Membaca skala penurunan reagen yang digunakan dalan Buret. h) Memasukkan kedalam rumus: DO (mg/l) = ml titran x N titran x 8 x 1000 16 ml sampel Secara keseluruhan pengukuran faktor fisika dan kimia beserta satuan, alat yang digunakan dan tempat pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Alat dan satuan yang digunakan dalam pengukuran fisika dan kimia perairan. No. Parameter Abiotik Satuan Alat Tempat Pengukuran Faktor Fisika 1 Suhu 0 C Termometer air In-situ raksa 2 Kedalaman cm Tongkat skala In-situ 3 Kecerahan cm Secchi disk In-situ 4 Kecepatan m/s Buah jeruk In-situ yang diikatkan pada tali raffia sepanjang 1 m 5 Substrat dasar - In-situ Faktor Kimia 6 Derajat keasaman - ph paper In-situ 7 Salinitas refraktometer In-situ 8 BOD mg/l Metode winkler Laboratoriu m 16 Prijadi Soedarsono, dkk., Panduan Praktikum Mata Kuliah Limnologi, hlm. 28. 51

F. Teknik Analisis Data Proses analisis data dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh sehingga dihasilkan jawaban dari hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian. Teknik analisis data pada kajian abiotik (parameter fisika dan kimia) dan keanekaragaman makrozoobenthos digunakan perhitungan sebagai berikut : 1. Pengukuran kondisi fisika dan kimia air Pengukuran kondisi fisik dan kimia air meliputi pengukuran suhu atau temperatur, kecerahan, kecepatan arus, salinitas, pengukuran ph air, substrat dasar perairan dan nilai BOD suatu perairan. Pengukuran ini dilakukan di lokasi pengambilan sampel (In situ). 2. Kemelimpahan Kemelimpahan adalah jumlah individu per satuan luas atau persatuan volume. Rumus yang digunakan adalah: Di = ni A Keterangan : Di ni = kemelimpahan individu jenis ke-i = jumlah individu jenis ke-i A = luas bukaan alat pengambilan sampel (0,04 m 2 ) 17 3. Indeks keanekaragaman makrozoobenthos Indeks keanekaragaman (diversity index) suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan teori informasi 17 Odum, Dasar-Dasar Ekologi (1993), hlm. 179. 52

Shannon-Wienner (H ). Adapun Indeks tersebut adalah sebagai berikut: s H = - Pi In Pi i=1 Keterangan : Pi = jumlah individu masing-masing jenis (i = 1, 2, 3,..) S H = jumlah jenis = penduga keragaman populasi Perairan yang berkualitas baik biasanya memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi dan sebaliknya pada perairan yang buruk atau tercemar. Beberapa kriteria kualitas air berdasarkan Indeks keragaman jenis Shannon-Wiener dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2: Kriteria Kualitas Air Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener 18 No. Indeks Keragaman Kualitas 1. > 3 1-3 <1 Air bersih Setengah tercemar Tercemar berat 2. 3. 3,0-4,0 2,0-3,0 1,0-2,0 >2,0 2,0-1,0 1,5-1,0 < 1,0 Tercemar sangat ringan Tercemar ringan Setengah tercemar Tidak tercemar Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat 18 Ferianita Fachrul, M., Metode Sampling Bioekologi, hlm. 108. 53

4. Indeks Kemerataan Untuk mengetahui kemerataan jenis-jenis makrozoobenthos digunakan Indeks kemerataan dari Evennes dengan rumus, yaitu : E = H log S Keterangan : E = Indeks kemerataan. S = banyaknya jenis pada zona yang ditentukan. H = Indeks keanekaragaman. Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1. Semakin kecil nilai E, menunjukkan penyebaran individu tiap spesies tidak sama atau ada kecenderungan salah satu spesies mendominasi. Nilai E mendekati 1artinya sebaran jumlah individu tiap jenis cenderung merata. 19 5. Indeks Dominansi Indeks dominansi menggambarkan komposisi jenis dalam komunitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: n D = [ n i ] 2 atau D i = n i x 100 i=1 N N 19 Odum, Dasar-Dasar Ekologi (1993), hlm. 179. 54

Keterangan : D/D i = Indeks dominansi. n i = jumlah individu jenis binatang i. N = jumlah total individu binatang dalam habitat itu. Dalam suatu habitat suatu spesies binatang dikatakan dominan jika D i > 5% dan dikatakan subdominan jika 2% <D i <5%. 20 20 Suwasono Heddy dan Metty Kurniati, Prinsip-Prinsip Ekologi; Suatu Bahasan tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), hlm. 57. 55